Pedang Kiri Pedang Kanan Chapter 30

NIC

Akhirnya setelah kitab pusaka itu diperoleh dan dipelajari, mereka sama mengakui kitab itu berisi ilmu pedang nomor satu di dunia, maka dari mulut mereka itupun tersiar berita itu secara luas.

Lantaran mereka adalah jago pedang ternama.

apa yang mereka ucapkan tentu juga berbobot, maka berita !tu tersiar semakin luas sehingga setiap orangpun menganggap Siang liu-kiam-hoat adalah ilmu pedang nomor satu di dunia.

Tapi di antara belasan orang itu, ada dua orang yang diam2 timbul pikiran jahat." " "Mengapa ibumu hanya menerka dua orang di antaranya?" sela Peng-say.

Sau Kim-leng memandang Peng-say sekejap, katanya kemudian dengan menyesal: "Ibu sendiri cuma menerka satu di antara mereka yang berpikiran jahat.

yang menerka dua orang di antara mereka itu adalah aku sendiri.

Bagaimana pendapatmu?" "Aku tidak tahu," jawab Peng-say dengan kurang senang.

"Janganlah kau marah," bujuk Kim-leng dengan suara lembut.

Peng-say tersadar, ia pikir bila dirinya memperlihatkan rasa tidak senang, ini sama dengan mengakui bahwa dua orang di antaranya yang bermaksud jahat itu termasuk juga gurunva Maka cepat ia menggeleng dan menjawab: "Tidak, aku tidak marah, lanjutkan saja ceritamu!" "Kuharap engkau jangan marah, bilamana penuturanku tidak tepat, hendaklah jangan kau pikirkan.

Menurut taksiranku, demi mengangkangi kitab pusaka ayah, kedua orang itu lantas membunuh teman2nya satu persatu, kemudian mereka sengaja mengarang cerita se-akan2 orang" itu telah hilang agar tidak menimbulkan curiga umum.

Tapi entah mengapa, kemudian kedua orang itu bertengkar sendiri dan masing2 mendapatkan setengah bagian kitab ayah, pula satu di antara kedua orang itu terkutung lengan kanannya, ialah.

" Jelas yang dimaksud si nona ialah gurunva Soat Pengsay, tapi anak muda itu tidak percaya gurunya adalah manusia yang rendah begitu, dengan tegas ia bertanja: "Siapa dia yang kau maksudkan?" "Kukira kau sendiri sudah tahu!" ujar Kim-leng dengan menyesal.

"Aku tidak percaya!" teriak Peng-say.

"Persoalannya sudah cukup gamblang, apapula yang kau ragukan pula?" demlkian pikir Kim-leng di dalam hati, cuma tidak diucapkannya.

Soat Peng-say memang tidak percaya gurunya adalah manusia yang rendah dan keji, dia berteriak membantah pula: "Semua ini cuma rekaanmu saja, sebaiknya jangan sembarangan kau menerka, tidak mungkin terjadi begitu." Dengan rendah hati Kim-leng menjawab: "Apakah betul atau tidak terserah kepadamu, aku cuma mohon bantuanmu agar ikut menyelidikinya." "Menurut ceritera nona, dahulu ibumu sudah menyelidikinya sehingga jelas, kenapa minta bantuan penyelidikanku pula"!" "Meski ibu sudah menarik kesimpulan ada satu di antaranya yang mengangkangi kitab pusaka itu, tapi beliau tidak dapat menemukar siapa gerangan orangnya, kecuali salah seorang jago pedang yang telah hilang itu dapat hidup kembali dan memberi tahukan ibuku, kalau tidak hampir tiada sesuatu petunjuk lain yang dapat ditemukan." Tergerak hati Peng-say, katanya: "Ah, masa begitu"!" "Memang aneh juga, meski ibu telah menyelidiki mulai dari sumber pertama yang menyiarkan berita tentang Siang-liu-kiam-hoat nomor satu didunia sehingga sanak keluarga belasan jago pedang yang hilang itu, ternyata sia2 belaka usahanya." "Apakah ibumu sudah langsung menanyai sanak keluarga belasan jago pedang yang hilang itu?" tanya Peng-say.

"Menurut ceritu ibu, semuanya sudah ditanyai tanpi kecuali, kecermatannya cukup meyakinkan.

Akan tetapi orang yang merupakan sumber berita pertama itu se-akan2 tidak mempunyai sanak keluarga, maka sama sekali tidak dapat menyelidikinya.

Bila betul demikian, cara bagaimana orang ini bisa mengerubut ayahku bersama belasan orang yang hiiang itu?" "Nona Sau, kukira disitulah kesalahan kesimpulan ibumu," kata Peng-say dengan tersenyum.

Kim-leng menggeleng, katanya: "Tidak mungkin, sebab belasan orang itu tidak nanti hilang tanpa sebab.

Menurut pendapat ibuku, bisa jadi orang itu muncul peda saat terakhir dan membantu belasan jago pedang itu membunuh ayahku, namun belasan jago pedang yang hilang itupun tidak kenal dia, maka sukar diperoleh keterangan apapun dan sanak keluarga belasan korban itu." "Tidak, kukira jalan pikiran ini kurang berdasar," ujar Peng-say sambil menggeleng.

"Kupikir di dalam persoalan ini pasti ada rahasia lain lagi, hanya saja sejauh itu tak dapat dipecahkan oleh ibumu." Mendadak Sau Kim-leng berkata dengan berduka: "Setelah gagal menemukan jejak ayah, tidak lama setelah ibu pulang, beliau lantas sakit dan beberapa tahun kemudian beliaupun wafat, Tapi sebelum meninggal ibu tetap tidak putus harapan, kata beliau, lambat atau cepat Siang-liu-kiam-hoat pasti akan muncul didunia Kangouw, maka aku disuruh menaruh perhatian.

Bila Siang-liu-kiamhoat muncul, tentu tidak sukar mencari jejak ayah, sekalipun yang ditemukan hanya abu tulang ayah, lalu dapat dikuburkan bersama ibu, maka tenanglah ibu di alam baka.

Ibupun memberi pesan, apabila ayah ditemukan belum meninggal, maka per-tama2 harus bersembahyang di depan makam ibu agar diketahui arwah beliau dialam baka, kalau tidak, arwah beliau takkan tenang selamanya." Peng-say sangat terharu atas cerita Sau Kim-leng yang terakhir ini, ucapnya dengan tulus: "Nona Sau, pasti akan kubantu mencari jejak ayahmu.

sekalipun nanti diketahui guruku yang mencelakai ayahmu, pasti juga akan kuberitahukan padamu se-jelas2nya." Sau Kim-leng berbangkit dan memberi hormat katanya: "Atas pernyataan Kongcu ini, terimalah hormatku lebih dulu." Soat Peng-aay tidak dapat berdiri untuk mencegahnya, cepat ia menjawab: "Ah, jangan begitu!" Namun Sau Kim-leng tidak berhenti, ia tetap memberi hormat dengan khidmat.

"Dengan penghormatanmu ini, hatiku menjadi tidak tenteram," ujar Peng-say dengan gegetun.

"Ketahuilah bahwa ucapan seorang lelaki sejati pasti akan dilaksanakan, mestinya engkau tidak perlu memberi penghormatan setinggi ini." "Kuberterima kasih dengan setulus hati dan bukannya meragukan pernyataan Kongcu," ucap Kim-leng.

"Jangankan usaha ibumu yang mengharukan itu.

demi membuktikan bahwa guruku pasti bukan orang yang berhati jahat dan keji begitu, pasti juga akan kuselidiki soal ini hingga jelas," kata Peng-say tegas.

"Liok-ma!" mendadak Kim-leng memanggil.

Si nenek mengiakan dan mendekatinya.

"Harap engkau suka menyembuhkan luka Soat-kongcu yang kau tutuk tadi," kata si nona.

"Lukanya cukup parah, tidaklah mudah untuk menyembuhkannya," kata Liok-ma.

Sau Kim-leng lantas uring2an, omelnya: "Salahmu mengapa melukai orang.

Tidak mudah disembuhkan juga harus kau lakukan!" Ia lupa bahwa apa yang dilakukan Liok-ma tadi adalah demi membelanya.

Tapi si necek tidak berani membantah melainkan mengiakan saja.

Segera ia memberi perintah kepada Ang-hay-ji yang sejak tadi berdiri melongo di samping sana: "Lekas panggil Sau Tiong dan Sau Coan ke sini." "Untuk apa memanggil mereka?" tanya Kim-leng.

"Luka Soat-kongcu ini harus dirawat di Ciok-leng-tong (gua susu batu), kupanggil Sau Tiong dan Sau Coan untuk mengusungnya ke sana," tutur si nenek "Sau Tiong dan Sau Coan adalah orang kasar, masa dapat mengusung dengan hati2," ujar Kim-leng sambil memandang Liok-ma, maksudnya menyuruh si nenek sendiri yang membawa Soat Peng-say ke gua yang dimaksud.

Liok-ma merasa enggan, sebab Ciok-leng-tong itu terletak di pedalaman Ngo-tay-san dan harus melalui jalan pegunungan yang tidak dekat, bukan soal lelah yang dipikir Liok-ma, tapi orang tua seperti dia diharuskan memondong seorang anak muda, inilah yang membuatnya enggan, apalagi sikap Peng-say juga tidak ramah padanya.

Namun iapun tidak berani membangkang atas kehendak sang Siocia, selagi ragu itulah, se-konyong2 terdengar suara tertawa seorang lelaki di luar: "Hahaha, adik Leng, sekali ini dapatlah kakanda memergoki kau di rumah!" Meski orangnya masih berada di kejauhan, tapi suaranya yang bernada bangor itu dapat terdengar dengan jelas.

Air muka Kim-leng menjadi pucat, tanyanya cepat: "Sia ....

siapa dia?" "Lekas sembunyi, itulah putera Ciamtay Cu-ih," seru Liok-ma kuatir.

"Mau apa dia datang kemari?" tanya Kim-leng pula.

"Dia ....

dia ....

sudahlah, jangan tanya lagi, lekas sembunyi saja!" Tapi Sau Kim-leng mendengus, katanya: "Hm, mengapa aku harus sembunyi?" "Jika tidak segera bersembunyi tentu tidak keburu lagi!" ujar Liok-ma dengan gelisah.

Mendadak dua orang budak berlari masuk sambil berseru dengan kuatir: "Lolo, wah, orang banyak tidak mampu menahannya!" Kedua budak ini kebetulan adalah Sau Tiong dan Sau Coan yang akan dipanggil tadi.

"Kedatangan kalian sangat kebetulan," kata Liok-ma.

"Lekas kalian membawa Soat-kongcu ke Ciok-leng-tong dengan jalan memutar." Kedua orang itu mengiakan, cepat mereka mengangkat Soat Peng-say.

Peng-say diam saja membiarkan dirinya diangkat, pikirnya: "Untuk apakah putera Ciamtay Cu-ih datang ke sini dari lautan timur yang jauh sana?" Melihat Sau Kim-leng masih tetap berdiri saja, segera Liok-ma berseru pula: "Siau Li.

lekas membawa Siocia dan bersembunyi!" Cepat Siau Li memburu saja, tapi Kim leng lantas rnendelik, katanya dengan menggeleng: "Tidak, aku tidak perlu sembunyi!" Terpaksa Liok-ma bicara terus terang: "Baiklah, biar kukatakan padamu, selama dua tahun ini sudah tiga kali dia dataog kemari, kebetulan kau tidak di rumah, tapi kami tidak berani lapor padamu, sebab dia ....

dia bilang akan menikahi kau dan membawamu ke Tang-hay." Sekujur badan Sau Kim-leng tampak gemetar, ia mendamperat: "Binatang, dasar binataug.

" Diam2 Peng-say merasa heran, kalau tidak mau boleh tolak saja lamaran orang, mengapa mesti maki orang sebagai binatang" Karena Sau Kim-leng tetap tidak mau sembunyi.

Liok-ma mendesak pula: "Siau Li, lekas gendong Siocia, sembunyilah ke Ciok leng-tong bersama Sau Tiong dan Sau Coan." Segera Siau Li hendak menggendong Sau Kim-leng tapi si nona tetap menolak, katanya: "Tidak, akan kumaki dia bila berhadapan nanti!" "Jangan," seru Liok-ma kuatir.

"Orang itu tidak bisa diajak bicara secara baik2, apalagi aku bukan tandingannya." Mendengar satu2nya orang yang diandalkannya ngaku bukan tandingan si penyatron, mau-tak-mau Sau Kim-leng jadi gugup, maka ia tidak menolak lagi ketika Siau Li menggendongnya.

Posting Komentar