Halo!

Pedang Kiri Pedang Kanan Chapter 26

Memuat...

Walaupun begitu berdirinya saja tidak tegak lagi dan ter-huyung2.

Cepat Siau Li memburu maju untuk memapahnya.

"Bawa kesamping Soat-kongcu," kata Kim-leng dengan lemah.

Siau Li mendudukkan Siocianya pada kursi di samping Soat Peng-say itu, begitu lelah sehingga napas Sau Kim-leng tampak megap2.

Apabila orang biasa, cukup Liok-ma menyalurkan sedikit tenaga murninya dan dapat memulihkan kekuatan si nona.

Tapi urat nadi Sau Kim-leng ada kelainan, bila dibantu dengan tenaga murni, bukannya menyembuhkan kesehatannya, sebaliknya akan membikin celaka padanya malah.

Karena itulah Liok-ma hanya menunggui dengan cemas, Siau Li disuruh mengambilkan handuk dingin untuk mengusap muka si nona, sejenak kemudian barulah Sau Kim-leng pulih kembali seperti biasa.

Setelah tenang kembali, dengan suara rendah Sau Kimleng lantas tanya: "Soat-kongcu, tepat tidak ke-17 jurus yang kumainkan tadi?" Peng-say melihat luka di dada si nona telah merembeskan darah lagi sehingga bajunya yang putih berlepotan darah lebih banyak.

Ia mengangguk dan menjawab: "Tepatnya memang tepat, cuma.

" tapi mengingat si nona telah memainkan ke-17 jurus tadi dengan susah payah, ia tidak tega memberi penilaian lagi "Cuma apa" Harap Kongcu bicara terus terang," pinta Kim-leng.

"Nona memang cerdas luar biasa," kata Peng-say secara tidak langsung, "daya ingatanmu juga sangat kuat.

" " Dibalik ucapannya ini se-akan2 hendak mengartikan si nona cuma berdasarkan daya ingatannya yang kuat, maka dapat mengulangi permainan pedang Peng-say yang telah dilihatnya tadi.

Sudah tentu Sau Kim-leng dapat menangkap arti ucapan anak muda itu, sungguh tak tersangka sedemikian kejam hati anak muda itu, ia telah berusaha mati2an, akhirnya cuma sia-sia belaka.

Seketika tubuh Kim-leng menjadi gemetar saking penasaran, selang sejenak barulah ia tanya pula: "Apakah ke-49 jurus itu harus kumainkan seluruhnya baru Kongcu mau percaya?" "Sudahlah, kukira tidak perlu," sahut Peng-say.

Sau Kim-leng lantas meronta turun dari kursinya, katanya dengHn tegas: "Baik, akan kumulai dengan jurus ke-18!" Liok-ma bertambah cemas.

teriaknya bengis: "Soat Peng-say, apakah kau sengaja hendak membikin celaka dia?" Dengan ketus Peng-say menjawab: "Aku kan seperti ikan di dalam kuali dan akan menjadi makananmu yang empuk.

masa aku berani mencelakai Siocia kalian?" Pedih rasa hati Sau Kim-leng mendengar ucapan anak muda itu, dengan rasa getir iapun berkata: "Jangan kuatir, apabila kubikin celaka diriku sendiri, tidak nanti kuminta ganti nyawa padamu." " Habis berkata ia terus melangkah ketengah pula dengan pedang terhunus.

"Biarpun nona dapat memainkan ke-49 jurus secara lengkap dan benar, tetap aku tidak mau mengakui Co-pikiam-hoat ajaran guruku adalah Siang-liu-kiam-hoat." Kim-leng melengak dan berhenti melangkah.

Liok-ma kegirangan melihat sang Siocia dapat dicegah menyerempet bahaya, tapi ia lantas bertanya: "Sebab apa?" " Ia menyangka Peng-say sengaja mencegah permainan pedang si nona, maka ia bertanya dengan nada yang ramah dan pelahan.

Soat Peng-say lantas menjawab: "Betapapun ruwetnya ilmu pedang didunia ini tetap dapat di ingat dengan baik, lalu dimainkan menurut apa yang telah dilihatnya.

Tapi kalau tangan tidak memberi gerakan kunci ilmu pedangnya, melulu gerakan kosong saja tetap tiada gunanya." Sau Kim-leng menghela napas, ia putar balik dan duduk kembali di kursi tadi.

"Maaf, nona," kata Peng-say pula, "lantaran permainanmu tadi tiada satu jurus pun yang disertai gerakan kunci, sebab itulah meski permainanrmu tidak salah, namun hal itu tidak dapat menyatakan bahwa nona mahir memainkan Co-pi-kiam-hoat dan lebih2 tak dapat dijadikan bukti.

Bilamana nona tetap ingin membuktikannya, maka silakan menguraikan beberapa kata kunci ilmu pedangnya, asalkan tepat beberapa kalimat diantaranya, maka percayalah aku." "Jangankan beberapa kalimat kuncinya, satu kalimat saja aku tidak tahu," jawab Sau Kim-leng sambil menggeleng.

"Hm, syukur nona mau bicara terus terang," jengek Peng-say, "pantas.

" Mungkin lanjutannya adalah kata2 yang tidak enak didengar, makanya dia tidak menyambung.

"Silakan Kongcu bicara lebih lanjut," desak Kim-leng.

"Nona ingin mendengarnya?" tanya Peng-say.

"Ya, sekalipun kata2 mengejek dan menusuk perasaan.

tetap ingin kudengar." ujar si nona.

"Juga bukan kata2 mengejek.

cuma waktu turun gunung, guruku telah memperingatkan agar jangan sembarangan memainkan Co-pi-kiam-hoat, sebab kalau dilihat oleh orang yang berhati tamak.

bisa jadi orang akan berusaha menipu kunci rahasia ilmu pedang ini." "Kau kira kami ini orang semacam itu?" tanya Sau Kim-leng.

"Mana berani kubilang begitu, Co-pi-kiam-hoat yang tiada artinya ini masa terpandang dimata Pak-cay yang termashur"!" ujar Peng-say.

"Di mulut kau bilang tidak, tapi di dalam hati kau anggap aku bersekongkol dengan Liok-ma, sebab itulah kau tidak mau mengakui Co-pi-kiam-hoat adalah Siang-liu-kiam-hoat, begitu bukan?" "Tidak, ilmu pedang ajaran guruku ini memang bukan Siang-liu-kiam-hoat," jawab Peng-say tegas.

"Apakah kau kuatir secara resmi kami minta kembali bilamana kau mengaku ilmu pedangmu itu adalah Siangliu-kiam-hoat?" tukas Liok-ma.

Terhadap si nenek Soat Peng-say tidak mau sungkan2, segera ia menjawab dengan ketus: "Aku kan sudah jatuh ditanganmu, apakah perlu kau bicara tentang resmi dan sebagainya, kan dapat kau gunakan kekerasan untuk memaksa pengakuanku." Mendongkol si nenek, katanya: "Apa susahnya untuk itu, tiba saatnya nanti masakah kau tidak bicara secara terus terang?" Mendadak Kim-leng berseru: "Liok-ma, apakah aku akan kau bikin menjadi manusia yang tidak berbudi?" "Cara bicara bocah ini terlalu kaku, bila tidak diberitahu rasa sedikit, tentu dia belum kenal kelihayan Pak-cay!" ujar Liok-ma.

"Soat-kongcu," Sau Kim-leng lantas berkata kepada Peng say, "janganlah kau anggap sungguh2 ucapan Liok-ma, sama sekali kami tidak bermaksud menipu atau memeras kunci rahasia ilmu pedangmu." Si nona bicara dengan sungguh dan setulus hati, tapi Soat Peng-say tetap tidak percaya, pikirnya: "Ah, jangan2 kau cuma manis di mulut tapi keji di hati.

Kalian bilang Sau Cing-in menghilang selama 20 tahun, bahwa Co-pi-kiam-hoatku ini adalah Sian-liu-kiam-hoat pusaka keluargamu segala, hm, rupanya setindak demi setindak kalian hendak menjirat diriku agar kukembalikan ilmu pedang yang kalian katakan sebagai Siang-liu-kiam-hoat ini." Tadinya ia mengira Sau Kim-leng adalah seorang nona yang jujur dan perlu dikasihani, tapi sekarang sedikitpun dia tidak kasihan lagi padanya dan menganggap dia cuma pura2 saja.

Dari air muka Peng-say yang guram itu, Kim-leng tahu apa yang dipikirkan anak muda itu pasti tidak menguntungkan pihaknya, diam2 ia menyalahkan cara bicara Liok-ma yang kasar itu sehingga menambah rasa curiga orang.

Ia berusaha memberi penjelasan, katanya: "Keluarga Sau memiliki tiga macam ilmu pedang, masing2 bernama 'Huingai', 'Liu-jay' dan 'Hoa-hong'.

Ketiga macam ilmu pedang ini hanya diturunkan kepada putera kandung sendiri dan tidak diajarkan kepada murid, bahkan anak perempuan sendiri juga tidak diajari.

Siang-liu-kiam-hoat ciptaan ayahku bersumber dari ketiga macam ilmu pedang leluhur tadi, demi mentaati peraturan leluhur, maka cuma putera ayah saja yang boleh mendapatkan ajaran Siang-liu-kiamhoat.

"Akan tetapi waktu ayah menghilang, ibu belum melahirkan seorang anakpun, sebab itulah selama ayah sendiri tiada orang kedua lagi yang tahu rumus Siang-liu-kiam-hoat, sedangkan kitab pusaka ilmu pedang tersebut juga hilang bersama dengan lenyapnya ayahku." "Hanya saja waktu ayah menciptakan ilmu itu, saking asyiknya beliau sering2 lupa makan dan lupa tidur, mendiang ibuku senantiasa mendampingi ayah, maka setiap gerakan dan setiap jurus ilmu pedang tersebut telah diingatnya dengan baik dan apal, bahkan dari serangan setiap juius, pada waktu diciptakan ayah pasti juga memberitahu kepada ibu, karena itulah ibu sendiri sangat memahami Siang-liu-kiam-hoat, baik gerakannya, nama setiap jurusnya dan daya serangannya.

semuanya diketahuinya dengan jelas, namun rumusnya sama sekali tidak paham.

"Tahu permainannya tanpa memahami rumusnya, tentu saja tidak banyak gunanya, namun ibu tidak mau tanya kepada ayah, andaikan ditanyakan juga ayah takkan memberitahu mengingat petuah leluhur.

Setelah ayah menghilang, ibu telah mencarinya hingga belasan tahun dan tidak bertemu, namun beliau belum lagi putus asa, cuma sayang kesehatan ibu lantas terganggu sehingga tidak sanggup mencari jejak ayah lagi, tugas pencarian itupun lantas diserahkan kepadaku.

"Cuma aku dilahirkan setelah ayah menghilang, selama ini belum pernah kukenal muka ayah, lalu cara begaimana aku mencarinya.

andaikan bertemu muka juga tidak kenal dan usaha pencarian tentu akan sia2 belaka.

Apalagi menghilangkan ayah bersangkutan dengan kitab pusaka Siang-liu-kiam-hoat, hanya melalui pencarian kitab pusaka itulah jejak ayahku dapat ditemukan.

"Mungkin ibu menyadari hidupnya tak tahan lama lagi, maka beliau lantas memberitahukan nama dan gaya permainan Siang-liu-kiam-hoat itu kepadaku.

bahkan dimainkannya dihadapanku meski dalam keadaan sakit, supaya aku dapat mengingat seluruh teori dan praktek Siang-liu-kiam-hoat itu.

Pada saat ibu mangkat, beliau memberi pesan wanti2 agar selama hidupku ini harus mencaritahu kemana menyhilangnya ayah, tapi sejauh ini belum kutemukan sesuatu petunjuk apapun meski setiap tahun sekali aku pasti meninggalkan gunung ini untuk melakukan penyelidikan.

Sampai hari ini .

" "Karena melihat aku dapat memainkan ilmu pedang yang serupa Siang-liu-kiam-hoat, maka kau kira ada petunjuk yang dapat menemukan jejak ayahmu, begitu bukan?" sela Soat Peng-say.

"Ya, maka kumohon Kongcu sudi membantu!" Kim-leng memohon dengan sangat.

Peng-say menggeleng.

Dukungan & Donasi

Bantu kami terus update dengan memberi dukungan melalui:

BCA 7891767327
Trakteer
Post a Comment