"Hemm, bagaimana kau akan membuka penutup besi di atas itu? Pula, siapa tahu begitu kau keluar, hujan senjata akan menyambutmu?"
Hauw Lam terkejut. Beralasan juga kata-kata gadis ini.
"Habis.. bagaimana."
"Kita menanti kesempatan dan sementara itu, duduk mengaso di sini dan kau ceritakan apa yang terjadi tadi."
Malu juga rasa hati Hauw Lam mendengar suara gadis itu yang amat tenang. Ia lalu bercerita.
Ketika tadi melihat datangnya Ci-lan Sai-kong yang menggiring dua belas orang gadis-gadis muda yang diculik, Hauw Lam marah bukan main. Akan tetapi ia menahan-nahan perasaan hatinya dan setelah mendapat kesempatan ia lalu menyelinap ke dalam pada saat perhatian semua orang tertarik oleh perbuatan Kwi Lan yang amat berani. Setelah tiba di ruangan belakang, ia menyergap dan menotok seorang anggauta Thian-liong-pang. Dari orang inilah ia mendapat keterangan tentang dua belas orang gadis itu yang ditahan di kamar belakang, dijaga oleh empat orang anggauta Thian-liong-pang. Ia menotok lumpuh orang itu kemudian melanjutkan penyelidikannya.
Tekad hatinya akan menolong dan membebaskan dua belas orang gadis itu. Dengan kepandaiannya yang tinggi, secara mudah ia merobohkan empat orang penjaga dan pada saat itulah dari atas genteng melayang turun seorang laki-laki yang ternyata adalah Ciam Goan, bekas tokoh Thian-liong-pang yang tadi diusir oleh Ma Kiu. Girang hati Hauw Lam dan diam-diam ia kagum menyaksikan keberanian Ciam Goan. Biarpun sudah jelas bahwa orang gagah itu tak mungkin dapat melawan para pimpinan Thian-liong-pang dan tadi pun sudah dikalahkan, namun orang she Ciam itu masih berani dan berusaha menolong dua belas orang gadis tawanan.
Tanpa banyak cakap mereka lalu memasuki kamar, membebaskan dua belas orang gadis itu. Hauw Lam menyerahkan dua belas orang gadis itu kepada Ciam Goan untuk diajak melarikan diri, sedangkan dia sendiri memancing perhatian orang dengan jalan membakar bangunan samping bagian belakang. Akalnya berhasil baik. Semua orang lari ke tempat kebakaran dan mengeroyoknya, sehingga Ciam Goam dan dua belas orang gadis tawanan itu dapat pergi dengan aman. Hauw Lam sendiri lalu memancing mereka yang mengeroyoknya ke sebelah dalam gedung, bahkan ia lalu menggabung dengan Kwi Lan yang sudah terdesak oleh Cap-ji-liong sehingga akhirnya mereka berdua terjeblos ke dalam sumur perangkap.
"Begitulah."
Hauw Lam mengakhiri ceritanya.
"Kuharap saja orang she Ciam itu berhasil melarikan dan menyelamatkan dua belas orang gadis itu. Dan kau sendiri, apa yang kau lakukan tadi? Wah, kepandaianmu hebat bukan main, Mutiara Hitam. Aku takluk setelah menyaksikan betapa kau melawan pengeroyokan Cap-ji-liong"
"Hemm, mereka memang kuat sekali kalau maju bersama. Sebelum kau datang membantu, hampir aku roboh."
Mutiara Hitam atau Kwi Lan lalu menceritakan pengalamannya. Hauw Lam kagum sekali dan diam-diam di lubuk hatinya ia merasa puas dan tidak akan penasaran kalau mengalami kematian bersama nona ini di dalam sumur.
"Sekarang bagaimana? Aku bukannya takut terkurung seperti ini, akan tetapi kita tidak boleh tinggal diam saja. Kita harus keluar dari sini, terutama sekali engkau.."
Katanya.
"Mengapa aku? Kalau kau bagaimana?"
"Aku juga harus dapat keluar, akan tetapi yang paling penting engkau, Nona. Kau seorang wanita, karena itu harus didahulukan keselamatanmu.."
"Huh, laki-laki dan wanita apa bedanya?"
Hauw Lam tidak mau membantah tentang itu.
"Biar kucoba untuk merayap atau meloncat naik."
"Percuma, kita tunggu kesempatan. Kalau ada yang membuka penutup besi di atas itu, sudah kupersiapkan jarum-jarumku. Begitu ada orang di atas, kuserang dengan jarum dan kau boleh melompat dengan bantuan golokmu ditancapkan pada dinding."
"Bagaimana kalau tidak ada yang membuka penutup besi di atas?"
"Kalau begitu, hemm.. kita tinggal di sini selamanya sampai mati"
Mendengar kata-kata yang dikeluarkan seenaknya dan tenang-tenang saja itu, Hauw Lam bergidik. Akan tetapi hatinya menjadi hangat ketika ia ingat betapa gadis itu agaknya senang saja tinggal berdua dengan dia di situ selamanya sampal mati. Ia menjadi terharu dan baru sekali ini selama hidupnya Hauw Lam merasa hatinya terharu sekali dan juga bahagia. Suaranya menjadi gemetar ketika ia berkata, lenyap nadanya yang suka bergurau, suaranya kini bersungguh-sungguh.
"Nona.. aku.., aku pun rela mati di sini, rela tinggal di sini selama hidupku, bahkan aku akan berbahagia sekali.. berdua di sampingmu selamanya.."
"Ihhh. apa maksud kata-katamu yang aneh ini?"
Kwi Lan yang tentu saja masih bodoh dalam hal asmara, bertanya heran. Nada suara gadis ini menyadarkan Hauw Lam, membuat mukanya merah sekali, membuat ia merasa malu sekali. Untung bahwa tempat itu gelap sehingga ia tidak usah menentang pandang mata Kwi Lan, dan kegelapan ini sesungguhnya yang membuat ia berani melanjutkan kata-katanya yang membisikkan suara hatinya.
"Mutiara.. biarpun belum lama aku mengenalmu, bahkan namamu yang sesungguhnya pun aku belum tahu.. akan tetapi.. aku tidak merasa begitu. Bagiku engkau sudah kukenal selama hidupku. Tadinya aku sebatang kara di dunia ini. setelah bertemu denganmu, aku merasa tidak sebatang kara lagi. Mutiara.. ah, aku harus berterus terang.. aku.. aku cinta padamu.."
Saking kaget dan herannya mendengar ucapan yang lama sekali belum pernah didengarnya dan yang baru ia raba-raba maksud sebenarnya ini, Kwi Lan duduk termenung dan menggigit jarum yang dipegangnya. Ia seperti orang terpesona, tidak peduli bahwa pada saat itu, sinar terang menerobos masuk dari atas dan penutup lubang sumur itu dibuka orang. Hauw Lam melihat ini dan cepat melompat, siap untuk menerjang ke atas dan berseru.
"Mutiara.. lekas serang dia.."
Akan tetapi Kwi Lan hanya memandangnya dan berkata bingung,
"Ada apa..?"
"Ssstt.. naiklah.."
Tiba-tiba orang yang membuka penutup sumur itu berkata, kemudian seutas tambang meluncur turun dari atas. Hauw Lam dan Kwi Lan melihat bahwa yang muncul dan melemparkan tambang itu adalah seorang yang berkerudung kain hitam, akan tetapi dari suaranya dapat diketahui bahwa dia seorang laki-laki. Begitu melempar tambang, bayangan itu lenyap kembali.
"Mari kita naik"
Hauw Lam berkata dan cepat-cepat pemuda ini merayap naik melalui tambang seperti seekor kera cepatnya, Kwi Lan juga sudah merayap naik dan sebentar saja keduanya sudah melompat keluar dari sumur. Sejenak mata Hauw Lam menjadi silau karena tiba-tiba dari tempat gelap berada diterang. Ia mengejap-ngejapkan matanya, kemudian ketika matanya bertemu dengan Kwi Lan, tiba-tiba pemuda ini menjadi merah seluruh mukanya.
"Pergi dari sini cepat"
Hauw Lam berkata dan mereka lalu melompat keluar dari ruangan silat yang kini sudah sunyi. Akan tetapi begitu mereka keluar dari ruangan silat dan berada di ruangan tengah, dari kanan kiri berlompatan keluar beberapa orang anggauta Cap-jiliong.
"Celaka, Mereka lolos. Kepung.. tangkap.."
Mereka berteriak-teriak dan empat orang sudah menerjang Hauw Lam dan Kwi Lan.
Akan tetapi, keampuhan Cap-ji-liong adalah kalau mereka maju bersama. Kini hanya ada empat orang di antara mereka, tentu saja bukan tandingan Hauw Lam dan Kwi Lan. Begitu sepasang orang muda ini menggerakkan senjata empat orang itu sudah melompat mundur untuk menghindarkan bahaya maut. Kesempatan ini dipergunakan oleh Hauw Lam dan Kwi Lan untuk berlari terus. Karena dari depan berbondong datang para anggauta Thian-liong-pang, Hauw Lam lalu menarik tangan Kwi Lan, diajak lari melalui ruangan belakang. Mereka lari masuk ke ruangan dalam, terus ke belakang. Beberapa orang anggauta Thian-liong-pang yang bertemu dengan mereka dan berusaha menghalangi, mereka robohkan dengan tendangan atau pukulan tangan kiri.
Untung bagi mereka bahwa para pimpinan Thian-liong-pang pada saat itu sedang sibuk membuat persiapan untuk mengunjungi pertemuan antara tokoh-tokoh dunia hitam yang akan diadakan di Puncak Cheng-liong-san untuk memilih jagoan nomor satu di dunia. Ma Kiu ketua baru, juga Sin-seng Losu sendiri bersama murid-muridnya bersama beberapa orang tamu penting sudah meninggalkan gedung untuk mengunjungi kota Tai-goan untuk ikut menyambut datangnya seorang tokoh besar yang terkenal dengan julukan Siauw-bin Lo-mo (Iblis Tua Tertawa). Karena tokoh besar ini masih terhitung paman guru Sin-song Losu, tentu saja oleh Thian-liong-pang dianggap sebagai kakek guru dan mereka mengharapkan kakek guru ini akan menjadi jagoan nomor satu sehingga nama Thian-liong-pang akan ikut terangkat tinggi.
Karena kesibukan ini mereka hanya meninggalkan empat orang murid kepala bersama murid-murid bawahan untuk menjaga gedung. Sama sekali mereka tidak menduga bahwa dua orang muda tawanan mereka akan dapat meloloskan diri dan menganggap mereka itu tentu akan tewas kelaparan di dalam sumur. How Lam dan Kwi Lan maklum bahwa kalau para pimpinan Thian-liong-pang keburu datang mengeroyok, keadaan mereka akan berbahaya. Karena mereka datang ke tempat itu hanya untuk "main-main"
Dan tidak mempunyai urusan tertentu dengan perkumpulan ini, mereka pun tidak ada niat untuk melanjutkan pengacauan.
Dihadang oleh murid-murid bawahan Thian-liong-pang tentu saja mereka dengan enak merobohkan semua penghadang, terus lari ke belakang, mencari kandang kuda dan setelah dapat menemukan kuda hitam yang mereka "sumbangkan"
Tadi, mereka lalu menunggang kuda berdua dan membalapkan kuda itu keluar dari Yen-an. Terdengar derap kaki kuda yang ditungganggi para anak buah Thian-liong-pang mengejar, namun tak seekor pun kuda mampu menandingi larinya kuda hitam dari Khitan itu. Setelah kota Yen-an jauh ditinggalkan dan tak tampak adanya pengejar lagi, Kwi Lan yang duduk di depan tiba-tiba menahan kudanya. Mereka berhenti di jalan simpang empat.
"Di sini kita berpisah. Kau turunlah."
Hauw Lam meloncat turun dan memandang gadis itu dengan muka terkejut. Tak disangkanya bahwa secara tiba-tiba gadis itu mengajak mereka saling berpisah. Namun nona itu menundukkan muka, tidak membalas pandang matanya.
"Mutiara Hitam.. Nona.., mengapa kita harus berpisah?"
Suara Hauw Lam gemetar, tidak seperti biasa. Jantung Kwi Lan berdebar aneh. Ia marah dan juga bingung.
"Nona, apakah engkau marah karena pengakuanku di dalam sumur tadi? Maafkanlah, aku bukan bermaksud menyinggung perasaanmu atau menghinamu, aku hanya mengeluarkan isi hatiku sejujurnya. Biarpun kau akan menjadi marah dan membunuhku, aku tak dapat menyangkal bahwa aku.. cinta padamu, Mutiara Hitam."