"Aduhh.."
Sai-kong itu terhuyung dan Ciam Goan sudah menerjang maju untuk mengirim tusukan terakhir. Akan tetapi pada saat itu tampak sinar putih meluncur cepat dan
"Traanggg.."
Pedang di tangan Ciam Goan terpental dan lepas dari pegangannya. Sebatang sumpit gading yang tadi menghantam pedang itu jatuh ke atas lantai di depannya. Pucat wajah Ciam Goan. Kiranya Ma Kiu yang menyambitkan sumpit itu untuk menangkis pedangnya dan menyelamatkan nyawa Ci-lan Sai-kong. Lemparan sumpit saja sudah dapat meruntuhkan pedangnya. Baru lemparan sumpit begitu hebat, apalagi kalau orangnya maju. Ciam Goan menghela napas dan berkata,
"Kepandaian Thai-lek-kwi memang hebat. Seorang saja sudah sehebat itu, apalagi kalau Cap-ji-liong dari Thian-liong-pang maju bersama. Akan tetapi aku Ciam Goan seorang laki-laki yang tidak takut mati. Majulah kalian semua dan mari kita mengadu nyawa di sini"
Sikap Ciam Goan benar-benar amat gagah sehingga diam-diam Kwi Lan menjadi kagum sekali. Diam-diam gadis ini sudah siap-siap untuk membela orang gagah itu. Ia mendengar kawannya berbisik,
"Kalau dia. dikeroyok, hemmm.. akan kucabuti semua rambut dari muka Ma Kiu berikut bulu-bulu hidungnya"
Mau tidak mau Kwi Lan tertawa geli mendengar ucapan ini. Karena gadis wajar dan polos, maka suara ketawanya tidak ia tahan-tahan. Padahal waktu itu, keadaan sudah amat tegang dan amat sunyi. Tidak ada suara keluar dari para tamu yang menanti perkembangan selanjutnya yang menegangkan. Tentu saja suara ketawa gadis ini terdengar jelas. Sin-seng Losu lalu bangkit berdiri. Suara ketawa Kwi Lan tadi seakan-akan menampar mukanya dan ia berkata,
"Sudahlah kami sedang hendak melakukan upacara penting tidak perlu pertandingan dilanjutkan berlarut-larut. Apalagi, kami tidaklah serendah itu untuk melakukan pengeroyokan terhadap seorang yang tidak berapa pandai seperti Ciam-sicu, kau sudah berhasil mengalahkan Ci-lan Sai-kong, nah, tidak lekas pergi dari sini mau tunggu apa lagi?"
Ciam Goan menghela napas dan berkata,
"Aku harus tahu diri, tak mungkin dapat melawan kalian. Biarlah dua belas orang gadis ini tersiksa di sini, aku tidak berdaya menolong. Akan tetapi ingat, Ciam Goan bukan seorang yang mudah melupakan kejahatan macam ini. Lain kali kita bertemu pula"
Setelah berkata demikian, Ciam Goan memungut pedangnya lalu pergi meninggalkan tempat itu. Ci-lan Sai-kong sudah ditolong dan diobati lengannya yang buntung, tempat itu sudah dibersihkan oleh pelayan dan Ci-lan Sai-kong sudah disuruh mengaso di kamar belakang.
"Cu-wi sekalian dipersilakan berdiri, upacara akan dilakukan sekarang juga"
Sin-seng Losu berseru keras dan semua tamu bangkit berdiri dari tempat duduk masing-masing.
Biarpun merasa tak senang, Kwi Lan yang melihat Hauw Lam berdiri dengan muka melucu, terpaksa bangkit juga. Suasana kembali menjadi sunyi sehingga langkah seorang murid kepala Thian-liong-pang yang membawa panci, diikuti saudara-saudaranya, terdengar nyata. Sambil berlutut murid itu memberikan panci kepada Sin-seng Losu yang sudah bangkit berdiri dari kursinya. Dengan kedua tangan ia memegang panci itu dan pada saat itu Thai-lek-kwi Ma Kiu maju dan berlutut menghadap para tamu. Seorang murid lain datang pula dari belakang dan terdengarlah hiruk-pikuk suara anjing menggonggong. Kiranya murid ini datang menyeret seekor anjing hitam ke depan gurunya. Tanpa berkata sesuatu Sin-seng Losu menggerakkan tangan kiri dengan dua jari terbuka, menusuk leher anjing hitam itu.
Terdengar anjing itu menguik keras akan tetapi oleh murid tadi ekornya dipegang dan tubuhnya diangkat ke atas. Dari lehernya yang berlubang bercucuran darah yang ditampung oleh Sin-seng Losu ke dalam panci tadi. Anjing tadi meronta-ronta dan menguik-nguik, akhirnya darahnya habis dan ia berhenti berkelojotan. Bangkainya lalu dilemparkan ke sudut oleh Si Murid yang lalu mengundurkan diri. Beberapa orang pelayan lalu mengangkat bangkai itu ke belakang dan Kwi Lan mendengar suara Hauw Lam berbisik di belakangnya,
"Hemm, tentu dimasak daging anjing itu."
"Ihhh.."
Kwi Lan berseru kaget, akan tetapi mereka lalu mengalihkan perhatian lagi ke tengah ruangan di mana Sin-seng Losu memegang panci berisi darah anjing hitam. Kakek ini lalu mengangkat panci tinggi-tinggi dan berkata.
"Dengan disaksikan oleh Cu-wi sekalian, dan dengan syarat sudah ditentukan dalam perkumpulan Thian-liong-pang kami, saat ini aku menyerahkan kedudukan Pangcu (Ketua) kepada muridku yang pertama, Ma Kiu. Nyawa anjing hitam itu menjadi saksi dan darahnya menghalau semua iblis yang hendak mengganggu tugasnya"
Setelah berkata demikian, Sinseng Losu menyiramkan darah anjing hitam itu ke atas kepala Ma Kiu yang botak.
"Ihhh.."
Kembali Kwi Lan berseru dan seperti terpesona ia pun menuangkan kecap dari botol ke dalam cangkirnya sampai penuh. Kecap itu kental dan merah seperti darah.
"Hemmm, benar-benar keji dan kotor."
Bisik Hauw Lam di belakangnya.
"Mutiara Hitam, aku sudah muak dan gatal-gatal tanganku diam saja sejak tadi di sini. Apakah menyaksikan lagak badut-badut ini kita harus diam saja? Hayo kau ramaikan tontonan di sini, kau tarik perhatian mereka dan aku akan masuk menolong gadis-gadis tadi. Atau aku yang memancing keributan sedangkan kau yang menolong..?"
"Ah, peduli amat dengan mereka. Kalau kau mau menolong, pergilah. Aku.. aku ingin mencoba sampai di mana kelihaian mereka ini"
Hauw Lam mengangguk lalu diam-diam ia menyelinap pergi menggunakan kesempatan selagi semua orang mencurahkan perhatian kepada upacara pengangkatan ketua baru. Kwi Lan yang memang sejak tadi mendongkol dan tidak senang, mendengar niat Hauw Lam hendak menolong dua belas orang gadis-gadis itu, entah mengapa hatinya makin tidak senang lagi. Dan kini ia ingin menumpahkan kemarahan hatinya kepada orang-orang Thian-liong-pang. Ia membawa cangkir kecap itu menuju ke depan, lalu berkata.
"Pangcu yang baru diangkat dengan siraman darah anjing. Kalau dia suka darah biarlah aku mengucapkan selamat dengan darah naga ini"
Kwi Lan tersenyum manis dan begitu ia menggerakkan tangan kanan.
"darah"
Dalam cangkirnya menyiram keluar dan dengan kecepatan luar biasa menyambar kepala dan muka Ma Kiu yang masih berlepotan darah akan tetapi sudah duduk di kursi ketua yang tadi diduduki suhunya"
Namun Ma Kiu memang lihai. Tanpa turun dari kursinya, ia mengerahkan tenaga dan.. berikut kursi yang didudukinya ia telah meloncat kursinya itu telah pindah ke kiri sejauh satu meter. Akan tetapi karena sambaran kecap itu luar biasa cepatnya, ia tidak dapat menghindarkan lagi sebagian kecap menyiram pipinya dan memasuki mulutnya. Ketika ia tahu bahwa yang menyiram mukanya adalah kecap, mengertilah Ma Kiu bahwa gadis itu sengaja mencari gara-gara. Akan tetapi karena tadi mengira bahwa gadis itu adalah utusan Jin-cam Khoa-ong, Ma Kiu masih menahan kemarahannya, lalu berseru dengan nada marah.
"Nona sebagai tamu yang kami hormati, sebagai utusan Pak-sin-ong yang kami muliakan, apakah arti perbuatanmu ini?"
Kwi Lan tersenyum mengejek. Sejak tadi ia sudah tidak senang kepada mereka, terutama Ma Kiu. Ia memang tidak peduli akan nasib dua belas orang wanita muda tadi, akan tetapi mereka itu ia anggap terlalu sombong, tidak memandang mata kepadanya sehingga melakukan apa saja di depannya seakan-akan ia tidak akan bisa berbuat sesuatu. Memang watak Kwi Lan aneh sekali dan ia hanya selalu menurutkan perasaan hatinya. Kalau perasaan hatinya suka, seperti terhadap Hauw Lam, ia pun akan bersikap baik.
"Artinya, Brewok, bahwa aku setuju dengan ucapan orang she Ciam tadi, bahwa Thian-liong-pang dipimpin oleh orang-orang yang busuk. Bahwa kuanggap engkau seorang yang suka mandi darah anjing hitam, tak patut menjadi Ketua Thian-liong-pang, patutnya menjadi tukang jagal anjing"
Semua orang terbelalak kaget mendengar ini dan semua tamu menahan napas. Omongan itu merupakan penghinaan yang tiada taranya. Apalagi bagi mereka yang mengenal bahwa dahulunya Ma Kiu adalah seorang tukang jagal, maka omongan gadis itu yang entah disengaja atau tidak mereka tidak tahu tentu amat menyakitkan hati ketua baru Thian-liong-pang ini. Dan memang sesungguhnyalah, setelah sesaat terbelalak seperti arca saking kaget dan herannya, wajah Ma Kiu perlahan-lahan menjadi merah sekali sampai ke telinganya. Kedua tangannya mencengkeram lengan kursinya dan kalau ia tidak ingat bahwa kursi itu adalah kursi ketua tentu telah diterkamnya hancur lengan kursi itu untuk melampiaskan kemarahannya.
"Bocah kurang ajar"
Bentaknya, Suaranya menggetar saking marahnya.
"Biarpun engkau utusan dari utara, apa kau kira kau boleh bersembunyi di balik nama Jin-Cam Khoa-ong untuk menghinaku?"
Kwi Lan tertawa, menggunakan tangan kanannya secara main-main meremas cangkir bekas kecap tadi sehingga cangkir itu hancur lebur menjadi tepung dalam genggaman tangannya yang berkulit halus lalu berkata.
"Siapa bilang aku kaki tangan Jin-cam Khoa-ong? Biar dia algojo manusia maupun algojo anjing seperti engkau, aku sama sekali tidak mengenalnya. Siapa kesudian bersembunyi di belakang namanya?"
Mendengar ini, kembali semua orang melengak kaget. Kalau dara remaja itu tadi bersikap ugal-ugalan dan kurang ajar, mereka semua mengira bahwa gadis itu adalah kepercayaan Jin-cam Khoa-ong dan hal itu tidaklah begitu aneh. Akah tetapi setelah kini gadis itu sendiri menyangkal menjadi orang Pak-sin-ong dan berani menghina tokoh besar itu pula di depan orang banyak, benar-benar mereka menjadi kaget dan heran sekali. Gilakah dara remaja ini? Kalau gila, alangkah sayangnya, dara remaja begitu cantik jelita. Lebih-lebih lagi Ma Kiu sendiri. Kemarahannya meluap-luap dan diam-diam ia pun lega bahwa dara ini bukan utusan Jin-cam Khoa-ong, karena dengan kenyataan ini ia boleh berbuat sesuka hatinya, terhadap gadis ini.