Dari Thian-liong-pang itu. Ma Kiu segera berkata, suaranya berubah ramah,
"Ah, kiranya Ji-wi adalah utusan dari Pak-sin-ong? Sungguh merupakan penghormatan besar sekali terhadap Thian-liong-pang dan salah paham yang terjadi beberapa pekan yang lalu adalah kesalahan anak buah kami, mohon Ji-wi sudi memaafkan."
"Aku tidak tahu apa yang kau maksudkan."
Kata Kwi Lan setelah bertukar pandang dengan Hauw Lam.
"Akan tetapi yang jelas, kuda ini bukan sembarangan kuda, melainkan kuda keturunan kuda pribadi Ratu Khitan. Harap Thian-liong-pang suka menerima. anugerah dari Ratu Khitan ini."
Kwi Lan bicara sejujurnya, karena di dalam hati ia tetap condong untuk membela Ratu Khitan yang menurut penuturan guru dan bibinya adalah ibu kandungnya sendiri. Akan tetapi Ma Kiu mendengar ini, mengangguk-angguk dan bertukar pandang dengan sebelas orang saudaranya.
"Kami mengerti.. kami mengerti dan terima kasih banyak.. katanya. Tentu saja Kwi Lan tidak mengerti apa yang ia maksudkan, akan tetapi melihat Hauw Lam berkedip kepadanya, ia pun diam saja. Ia lalu melompat turun dari kudanya dan memberikan kendali kuda kepada Ma Kiu. Calon ketua itu menggapai seorang anggauta Thian-liong-pang yang tinggi besar.
"Bawa kuda ini ke kandang dan pelihara baik-baik beri makan minum secukupnya"
Orang tinggi besar itu memberi hormat dan menerima kendali. Akan tetapi begitu ia menarik kendali, kuda hitam itu yang mencium bau orang baru dan merasai tarikan keras, segera meringkik, membuka mulut dan menerjang orang tinggi besar itu. Si Tinggi Besar terkejut dan berusaha mengelak, namun terlambat, pundaknya kena digigit sehingga ia berkaok-kaok kesakitan dan ketika kuda itu melepaskan gigitannya, daging pundak berikut baju sudah robek dan darah membasahi semua bajunya. Tentu saja anggauta ini menjadi kaget dan melepaskan kendali kudanya. Hauw Lam tertawa bergelak.
"Sudah kuberitahu, kuda ini bukan kuda sembarangan"
"Hemm, memang kuda pilihan. Twa-suheng, biarlah aku yang membawanya ke kandang."
Seorang laki-laki berusia hampir empat puluh tahun, bertubuh kecil kurus, melangkah maju,
Dia ini adalah seorang di antara Cap-ji-liong dan begitu Ma Kiu menganggukkan kepala, Si Kurus sudah menyambar kendali kuda, lalu tubuhnya melayang naik ke punggung kuda hitam. Kuda itu meringkik-ringkik dan meronta-ronta, namun dengan menjepitkan kedua kaki ke perut kuda, Si Kecil Kurus tetap duduk dengan tenang, bahkan lalu membetot-betot kendali kuda. Kuda hitam makin marah, melonjak-lonjak dan meloncat-loncat tinggi menggerak-gerakkan punggungnya. Kalau orang biasa tentu akan terlempar dari punggung kuda, akan tetapi ternyata Si Kecil Kurus itu lihai sekali. Tubuhnya mendoyong ke sana ke mari, namun ia dapat duduk tegak dan tetap. Akhirnya, setelah hidung dan bibir kuda mengeluarkan darah karena tertarik kendali, baru kuda hitam itu kelelahan dan menurut saja disuruh berjalan keluar dari dalam ruangan tamu. Ma Kiu lalu mempersilakan dua orang tamu mudanya untuk duduk di bagian depan. Hauw Lam berbisik.
"Mereka mengira bahwa kita ini tokoh-tokoh kepercayaan Jin-cam Khoa-ong dan memang biasanya orang-orang Pak-sin-ong ini melakukan perjalanan sambil menyamar dan merahasiakan diri, karena selalu menjadi incaran orang pemerintahan Khitan. Tentu Si Brewok tadi mengira kita berpura-pura menghadapi banyak tamu, maka ia bilang mengerti. Pemuda itu tertawa dan Kwi Lan juga tertawa geli. Pelayan datang dengan cepat membawa minuman arak wangi dan masakan-masakan lezat dan mahal. Karena memang sudah lapar dan sudah lama tidak bertemu makanan lezat, Hauw Lam dan Kwi Lan tidak sungkan-sungkan lagi. Kiranya pemuda jenaka itu adalah seorang ahli makanan. Sambil mencoba dan mencicipi belasan macam masakan yang datang membanjir. meja mereka Hauw Lam tiada hentinya mengoceh untuk memperkenalkan tiap masakan kepada Kwi Lan.
"Ini kodok goreng istimewa. Kodok macam ini hanya terdapat dalam rawa-rawa dan daerah selatan saja, dagingnya empuk, gurih dan harum sedap. Maka harganya pun amat mahal. Sayang ini yang jantan, kalau yang betina lebih lezat. Akan tetapi kodok betina jarang disembelih orang karena dibutuhkan telurnya. Hanya Kaisar yang suka menyuruh buatkan kodok betina goreng"
Memang luar biasa masakan kodok goreng itu. Berbeda dengan swike biasa, kodok ini digoreng berikut kulitnya yang loreng-loreng, akan tetapi justeru kulitnya itu yang enak, kemripik seperti krupuk udang. Juga berbeda dengan swike biasa, tulangnya enak pula dimakan, tidak keras.
"Wah, ini sop buntut menjangan namanya. Dimasak sop dengan campuran kacang polong dan jamur kuning. Hebat, Tapi kalau terlalu banyak membuat badan panas dan darah mengalir cepat. Sedikit cukup untuk menghangatkan tubuh. Dan ini masak tim kaki burung raja air. Kau tahu apa itu burung raja air? Bebek. Ini tim kaki bebek. Enak kenyil kenyil dan gurih. Wah, yang di sana itu panggang ayam angkasa. Sedap"
"Apa itu ayam angkasa?"
Kwi Lan bertanya, gembira oleh penjelasan yang lucu ini.
"Ayam angkasa? Masa tidak tahu? Burung dara. Enak juga, cobalah."
Sampai kenyang sekali perut Kwi Lan karena pandainya Hauw Lam memperkenalkan setiap masakan sehingga tak dapat ia bertahan untuk tidak mencicipinya.
"Eh, ini masakan apa? Mengapa dagingnya bundar-bundar tapi bukan bakso? Licin.."
Hauw Lam mengulur leher menjenguk, lalu mengorek dengan sumpit untuk memeriksa.
"Ini..? Waaahh.. gila amat. Ini.. ini bukan makanan wanita. Celaka, yang begini dikeluarkan. Sialan benar"
Ia mengomel panjang pendek tanpa menjawab pertanyaan Kwi Lan. Gadis itu tentu saja menjadi tertarik sekali,
"Masakan apa sih? Kenapa bukan makanan wanita?"
Heran sekali. Tiba-tiba muka Hauw Lam menjadi merah dan ia tampak gagap-gugup dalam menjawab. Padahal biasanya pemuda ini paling pandai bicara.
"Masakan.. waaahhh, bagaimana ini..? Ini masakan.. masakan..hemmmm.."
Karena mereka berdua tadi bicara keras tanpa mempedulikan orang lain, tentu saja percakapan terakhir ini pun terdengar pula oleh para tamu yang duduk berdekatan. Mereka mulai tertawa-tawa geli menyaksikan sikap Hauw Lam ini.
"Ih, kenapa kau? Sudah mabokkah? Masa menjawab masakan saja begitu sukar? Kalau tidak mengenal, bilang saja terus terang, mengapa susah-susah amat?"
Kwi Lan menegur.
"Siapa bilang aku tidak mengenal masakan ini? Semua masakan di dunia pernah kumakan. Aku pernah memasuki dapur kaisar, pernah ikut dalam perjamuan Beng-kauw di selatan, Ini masakan.. daging kambing saus tomat"
"Uhh, hanya daging kambing saja kenapa tidak dari tadi menyebutnya? Kau bohong agaknya. Kalau benar hanya daging kambing, mengapa bentuknya bulat seperti ini? Dan mengapa pula tadi kau bilang ini bukan makanan wanita?"
"Ha-ha-ha-ha. Itu bukan daging kambing, melainkan.. peluru kambing. Ha-ha-ha"
Riuh rendah suara ketawa itu.
Hauw Lam dan Kwi Lan menengok. Sejak tadi mereka sudah tahu bahwa tidak jauh dari meja mereka, dalam jarak lima meter, terdapat enam orang anggauta pengemis baju bersih yang duduk mengelilingi meja dan sejak tadi memperhatikan mereka berdua. Enam orang pengemis itu rata-rata sudah berusia enam puluh tahun lebih, hanya yang dua inilah mereka masih muda dan kini dua orang inilah yang tertawa-tawa oleh ucapan seorang di antara mereka tadi. Pada saat itu, Kwi Lan dengan sumpitnya telah menusuk dua potong daging kambing itu yang memang berbentuk bundar telur sebesar telur ayam.
"Hanya kambing jantan yang memiliki peluru itu, kambing betina tentu saja tidak punya. Akan tetapi keliru kalau orang bilang wanita tidak boleh memakannya, malah sebetulnya itu makanan wanita, apalagi wanita cantik.., Ha-ha-ha-ha"
Komentar pengemis muda yang ke dua dan kembali dua orang yang duduknya menghadap kepada meja Kwi Lan tertawa-tawa sambil terang-terangan memandang kepada gadis itu.