Halo!

Mutiara Hitam Chapter 22

Memuat...

Hauw Lam mengejek, menggoyang-goyangkan perutnya yang sengaja ia busungkan ke depan. Kemarahan tujuh orang Khitan itu memuncak. Sambil memaki-maki dalam bahasa sendiri kembali mereka menerjang maju, melakukan serangan dahsyat penuh kemarahan. Kali ini tampak sinar putih yang amat lebar menyilaukan mata bergulung-gulung menyambut mereka.

Terdengar suara nyaring beradunya senjata diikuti tujuh batang golok terlempar dalam keadaan patah menjadi dua, disusul pekik tujuh orang itu dan memberebetnya kain robek. Dalam sekejap mata saja tujuh orang itu tidak hanya kehilangan golok, akan tetapi juga baju mereka robek dari leher sampai ke perut. Wajah mereka kini menjadi pucat sekali karena mereka maklum bahwa kalau pemuda itu menghendaki, dalam segebrakan saja tadi tentu mereka akan terobek perut mereka. Si Gigi Ompong lalu menjura dan berkata,

"Kami telah kesalahan terhadap Taihiap, mohon maaf, mengingat bahwa kami jauh dari utara hendak mengunjungi Thian-liong-pang."

Hauw Lam tertawa akan tetapi sebelum ia menjawab, Kwi Lan melompat maju dan menghardik,

"Masih banyak cakap lagi? Kalian ini orang-orang Khitan yang tidak baik. Lekas pergi dan tinggalkan kuda hitam"

Si Gigi Ompong kaget bukan main dan dengan suara gemetar ia menterjemahkan ucapan ini. Kawan-kawannya juga nampak kaget dan memprotes. Si Gigi Ompong kini menghadapi Kwi Lan dan berkata,

"Tidak mungkin, Nona"

Kuda hitam ini adalah persembahan kepada kami untuk dihadiahkan kepada ketua Thian-liong-pang sebagai tanda persahabatan. Bagaimana kami berani meninggalkannya di sini? Hal ini berarti akan hilangnya nyawa kami sebagai penggantinya"

"Huh. Siapa peduli nyawa anjing kalian? Katakan saja kepada Ratumu bahwa yang mengambil kuda hitam adalah Mutiara Hitam. Habis perkara"

Kini Hauw Lam mendengarkan dengan mulut ternganga.

Dara itu terlalu lancang, terlalu berani. Tadi berani menghina dan memandang rendah Bu-tek Siu-lam, kini malah berani menantang Ratu Khitan yang selain terkenal sebagai ratu, juga terkenal memiliki ilmu kesaktian hebat dan mempunyai banyak anak buah yang berilmu tinggi. Apakah yang diandalkan dara ini maka bersikap sedemikian angkuh dan berani menghina orang-orang golongan atas? Kepandaiannya memang hebat dan melihat cara melempar rumput yang sampai kini menempel di muka ketujuh orang Khitan itu, terbukti akan kelihaiannya. Akan tetapi belum tampak ilmu silatnya dan ia merasa ragu-ragu apakah dara semuda ini akan mampu menandingi tokoh-tokoh besar itu? Akan tetapi mendengar ucapan gadis yang memandang rendah Ratu Khitan, tujuh orang itu tidak menjadi marah setelah Si Ompong menterjemahkannya, bahkan nampak heran dan girang. Si Ompong lalu berkata sambil menjura, "Aha, kiranya masih sepaham. Nona yang gagah perkasa, ketahuilah bahwa kami adalah anak buah Pak-sin-ong.."

"Tidak peduli siapa itu Pak-sin-ong"

Bentak Kwi Lan tidak sabar lagi. Akan tetapi Hauw Lam sudah menjadi kaget sekali dan bertanya,

"Apa? Kalian ini anak buah Jin-cam Khoa-ong (Raja Algojo Manusia) yang juga disebut Pak-sin-ong (Raja Sakti dari Utara)?"

Si Ompong berseri wajahnya, akan tetapi jadi menyeringai buruk karena wajahnya masih pucat dan masih tertempel rumput.

"Betul.., betul"

Nona, agaknya Nona belum mengenal nama besar Tai-ong kami yang juga memusuhi Ratu Khitan dan.."

"Bedebah.."

Bentakan ini keluar dari mulut Kwi Lan, disusul berkelebatnya sinar kehijauan dan terciumlah bau yang harum. Akan tetapi tujuh orang Khitan itu menjerit, darah muncrat dan di lain saat Kwi Lan sudah berdiri tegak kembali, sikapnya keren dan mulutnya membentak,

"Lekas pergi dari sini"

Hauw Lam melongo. Sebagai seorang yang memiliki ilmu kepandaian tinggi, tentu saja ia dapat melihat gerakan gadis itu yang luar biasa cepatnya. Ia melihat betapa gadis itu mencabut sebatang pedang yang sinarnya kehijauan dan mengeluarkan ganda harum semerbak, melihat pula betapa dengan gerakan yang amat aneh, dahsyat dan secepat kilat pedang di tangan gadis berkelebat dan dengan persis membabat putus telinga kanan ketujuh orang Khitan itu sebelum mereka mampu mengelak atau melawan. Melihat pula betapa dengan gerakan yang masih sama cepatnya gadis itu telah menyimpan kembali pedangnya sebelum darah yang muncrat dari pinggir kepala tujuh orang itu menyentuh tanah. Sebuah gerakan yang luar biasa sekali, yang aneh, dahsyat akan tetapi juga ganas dan kejam.

Tujuh orang Khitan yang tadinya kegirangan karena mengira bahwa mereka itu sefihak dengan nona ini dalam hal memusuhi Ratu Khitan, tentu saja menjadi kaget dan kesakitan. Sambil menutupi telinga kanan yang sudah tak berdaun lagi, mereka memandang dengan wajah pucat dan mata terbelalak, sejenak lupa akan rasa perih dan nyeri pada telinganya.

"Kami telah menerima pengajaran,"

Kata Si Ompong sambil meringis.

"harap Nona suka memberitahukan nama agar tidak mudah kami melupakannya.."

"Eh-eh, masih banyak tingkah lagi?"

Hauw Lam yang khawatir kalau-kalau nona itu makin marah dan membunuh mereka, memotong.

"Dia ini bernama Mutiara Hitam, apakah kalian buta? Dan aku adalah Berandal. Hayo pergi dan jangan membuka mulut busuk lagi"

Tujuh orang Khitan itu melompat ke atas kuda, sekali lagi mereka menoleh dengan pandang mata penuh kebencian dan sakit hati, kemudian membalapkan kuda mereka pergi dari tempat itu. Kuda hitam ditinggalkan begitu saja dan kuda ini kelihatan tenang makan rumput, kendalinya terlepas dan terseret di atas tanah. Hauw Lam cepat mengambil kendali itu dan kini kuda itu diam saja ketika ditepuk-tepuk lehernya. Agaknya kuda itu tahu bahwa siapa yang memegang kendali adalah majikannya.

"Kuda bagus, kuda hebat.."

Hauw Lam menepuk-nepuknya dan membawanya dekat kepada Kwi Lan.

"Pilihanmu tepat, Mutiara Hitam. Julukanmu Hitam maka tepatlah kalau kau menunggang kuda hitam ini."

"Siapa yang menginginkan kuda? Aku hanya minta kuda ini agar ada alasan mengunjungi Thian-liong-pang.

"Apa? Bagaimana maksudmu?"

Kwi Lan tersenyum mengejek.

"Bodoh"

Kalau kita datang ke sana dan membawa kuda ini sebagai barang sumbangan, bukankah namanya sekali tepuk mendapatkan dua ekor lalat? Maksud Si Raja Algojo yang kau sebut-sebut itu mempersembahkan kuda kepada Thian-liong-pang tak berhasil, berarti dia sudah kalah satu nol melawan kita. Ke dua, dengan hadiah ini, masa kita tidak akan diterima sebagai tamu agung oleh Thian-liong-pang?"

Hauw Lam membelalakkan matanya kemudian berjingkrak dan bertepuk tangan,

"Wah, bagus. Kau ternyata pintar sekali. Tapi sesungguhnya sayang kalau kuda sebaik ini dilepaskan kembali kepada orang lain."

"Hal ini dapat diputuskan nanti. Kalau kulihat Thian-liong-pang tidak berharga memiliki kuda ini, bisa saja kita ambil kembali."

Diam-diam Hauw Lam merasa khawatir. Gadis ini memang harus diakui memiliki ilmu kepandaian hebat. Akan tetapi terlalu ceroboh, terlalu sembrono dan terlalu memandang rendah orang lain.

"Ahh, Mutiara Hitam. Engkau benar-benar belum banyak mengenal orang. Engkau tidak tahu siapa dia. Jin-cam Khoa-ong."

"Siapa sih Algojo itu?"

"Aku sendiri belum pernah bertemu dengan tokoh menyeramkan itu, akan tetapi sepanjang pendengaranku, dia tidak kalah terkenalnya daripada, Bu-tek Siu-lam sendiri. Kabarnya dia datang dari daerah Mongol, paling suka membunuh orang. Semua orang yang pernah bentrok dengan dia tidak akan dapat keluar hidup-hidup, semua itu, betapapun gagahnya, tewas di bawah senjatanya yang mengerikan, yaitu berbentuk gergaji berkait. Dia mengangkat diri dengan sebutan Pak-sin-ong untuk memperkenalkan asalnya dari utara, akan tetapi karena kekejamannya yang melewati batas, di dunia kangouw dia dijuluki orang Jin-cam Khoa-ong si Raja Algojo Manusia"

"Huh, makin besar julukannya, makin kosong melompong. Aku tidak takut"

"Dan Thian-liong-pang sungguh tidak boleh dibuat permainan. Bahkan kini merupakan perkumpulan yang paling besar, paling berpengaruh dan paling banyak anggautanya untuk golongan hitam. Karena itulah, para tokoh golongan hitam yang tidak mempunyai perkumpulan besar, masih memandang kepada Thian-liongpang.."

"Sudahlah. Kalau engkau takut, tidak perlu kau banyak mengoceh lagi. Aku pun tidak mengajak engkau. Kau kira aku takut untuk pergi sendiri?"

Sambil berkata demikian, Kwi Lan menyambar kendali kuda dari tangan Hauw Lam, lalu pergi menuntun kuda hitam itu meninggalkan Hauw Lam yang berdiri melongo. Akan tetapi karena selama hidupnya Kwi Lan belum pernah mempunyai kuda, apalagi menunggang kuda, ia canggung sekali dan kuda hitam itu agaknya juga dapat merasakan hal ini. Kuda itu mulai meronta dan mogok jalan. Kwi Lan menarik-narik kendali kuda sambil membentak,

"Kau juga hendak mogok? Kuda sialan. Kupenggal lehermu nanti, kubawa bangkaimu ke Thian-liong-pang, hendak kulihat apakah kau berani mogok lagi"

"Wah-wah-wah.., kenapa kau begini galak, Mutiara Hitam? Apa kau marah kepadaku? Aku sama sekali tidak takut, hanya aku heran menyaksikan keberanianmu menentang semua tokoh-tokoh besar. Mari, biarlah kita pergi bersama. Dan kuda itu.. kenapa repot-repot amat? Lebih baik kau tunggangi dia, kan enak?"

Watak Kwi Lan memang aneh, agaknya ia tiru dari Sian Eng. Ia keras sekali kalau perlu, akan tetapi bisa juga menjadi lunak, bisa gembira dan jenaka, akan tetapi tidak pernah mengenal duka maupun takut. Melihat pemuda itu menghampiri dan wajahnya sungguh-sungguh, ia tersenyum.

"Aku belum pernah menunggang kuda"

Dukungan & Donasi

Bantu kami terus update dengan memberi dukungan melalui:

BCA 7891767327
Trakteer
Post a Comment