Halo!

Maling Budiman Berpedang Perak Chapter 26

Memuat...

“Ha ... ,ha ..., ha ... ! Sungguh lucu! Di utara aku membasmi kawanan perampok dan maling, sebaliknya di sini aku menerima murid secara tidak langsung yang pekerjaannya juga menjadi maling! Ha, ha, ha! Tapi aku telah mendengar tentang pekerjaanmu yang mulia itu. Kalau tidak, tentu kau takkan dapat bertemu dengan aku dalam keadaan selamat!”

Raja Pengemis itu lalu mengajak Tan Hong kembali ketempat mereka bermain catur tadi. Tan Hong melihat bahwa Ong Kai dan Siok Lan telah menanti di situ lagi, akan tetapi kakek berambut putih tadi tidak berada di situ lagi. Melihat wajah Ong Kai yang berseri-seri, tiba-tiba Raja Pengemis tertawa dan berkata kepada si muka hitam, “Ha, ha, muka hitam! Apakah untuk petunjuk-petunjukmu yang telah kau berikan kepada Kim Liong Hoatsu, kau telah diberi hadiah?”

Ong Kai yang maklum bahwa kakek jembel itu bukan orang sembarangan, lalu menjawab sambil memberi hormat, “Teecu telah menerima sedikit petunjuk dari orang tua itu. “

“Ha ..., ha ..., ha ..., bagus! Sekarang tak perlu kalian takuti lagi kedua hwesio tersesat. Naiklah ke sebelah kiri gunung ini, dan di lereng sebelah belakang akan kalian dapatkan musuh-musuh yang kalian cari-cari!” Setelah berkata demikian, si kakek jembel lalu pergi dari situ dengan tindakan kaki lebar.

Mendengar nama Kim Liong Hoatsu, terkejutlah Tan Hong.

“Ong-sute, benarkah kakek rambut putih tadi Kim Liong Hoatsu, pangcu dari sekalian penjahat di liok-lim?” tanyanya kepada Ong Kai.

“Demikianlah menurut pengakuan orang tua hebat itu.” Kemudian Ong Kai menuturkan bahwa ketika ia ikut orang tua itu memasuki hutan, kakek berambut putih itu lalu menurunkan ilmu silat tangan kosong yang disebut Ngo- lian-ciang-hwat atau Ilmu Silat lima Teratai yang mempunyai gerakan delapan belas jurus dan yang merupakan ilmu silat tinggi. Kakek berambut putih itu dengan aneh sekali mengetahui tentang perbuatannya ketika menolong puteri keluarga lai, bahkan berkata, “Muka hitam, perbuatanmu di rumah keluarga lai itu boleh dipuji dan selanjutnya kau harus selalu mengulurkan tangan menolong sesama hidup. Ngo-lian-ciang-hwat ini hanya sekedar sebagai penambah pengertian, asal kau suka melatih diri baik-baik kau tak usah takut kepada segala macam penjahat. O, ya. Keluarga Lai mempunyai maksud baik terhadap kau, jangan kau menolak!” Kemudian kakek itu lalu berkelebat dan pergi!

Tan Hong merasa girang mendengar ini, dan iapun lalu menuturkan pengalamannya. Jika kedua pemuda itu bercakap-cakap dengan girang, adalah Siok Lan selalu menundukkan muka dan tidak mau ikut bicara. Tan Hong lalu menghampiri gadis itu yang tak berani memandang kepadanya, dan berkata halus, “Sumoi ... harap kau maafkan orang tua tadi yang bicara secara sembarangan. Memang orang-orang berilmu tinggi kadang-kadang mempunyai adat dan tingkah laku yang aneh. “

Oleh karena sikap Tan Hong yang tepat dan baik ini, hilanglah perasaan malu yang mengganggu hati Siok Lan, wajahnya berseri kembali dan bibirnya tersenyum ketika ia berkata, “Perduli apa aku akan segala kakek-kakek yang memberi upah orang dengan sedikit ilmu silat? Yang kupikirkan adalah pernyataan Kim Liong Hoatsu terhadap Ong-suheng tadi, bahwa keluarga Lai mempunyai maksud baik terhadap Ong-suheng. Alangkah tepatnya ucapan itu sehingga tiada habisnya aku heran mengapa kakek rambut putih itu dapat mengetahuinya!”

“Eh! Apa maksudmu?” tanya Ong Kai dengan heran. Juga Tan Hong ingin sekali tahu. Sementara itu, Siok Lan merasa bahwa ia telah bicara terlalu banyak, maka ia lalu menyambung, “Ah, tidak apa-apa. Aku tidak boleh menceritakan hal ini sebelum tugas kita selesai. Marilah kita melanjutkan perjalanan menurut petunjuk kakek jembel tadi!”

Mendengar ucapan ini, Ong Kai yang cerdik dapat menduga apakah yang disebut “maksud baik keluarga Lai” itu, maka diam-diam hatinya berdebar girang dan perasaan bangga bercampur malu membayang pada wajahnya yang hitam. “Sudahlah, jangan mengobrol saja di sini, mari kita pergi mencari musuh-musuh kita!” katanya.

Tan Hong hanya tersenyum oleh karena pemuda inipun dapat menduga maksud baik keluarga Lai itu. Mereka bertiga lalu melanjutkan pendakian di bukit yang tinggi dan berbahaya ini tanpa mengalami kesukaran berkat kepandaian mereka yang tinggi. Sebagaimana yang telah ditunjukkan oleh Raja Pengemis, mereka menuju ke lereng gunung sebelah kiri mencari-cari tempat tinggal Bhok Kong dan Kim Kong Hwesio.

Bhok Kong dan Kom Kong Hwesio telah berhasil bertemu dengan kawan mereka Ti Bong Hosiang yang hebat dan tidak kalah jahatnya dengan mereka dan mengajak hwesio ini ke Pek-hoa-san untuk menghadapi serbuan lawan. Dengan adanya Ti Bong Hosiang, mereka berdua tidak takut akan datangnya pembalasan dari si Garuda Sakti, Maling Budiman, dan yang lain-lain.

Demikianlah ketika Bok-san Sam-hiap mendaki lereng sebelah kiri dari bukit Pek-hoasan, tiba-tiba mereka melihat kedua musuh mereka dan seorang hwesio lain lagi yang bertubuh tinggi besar berdiri di depan sebuah gua menanti mereka dengan sikap menantang!

“Bagus sekali! Kalian tiga tikus kecil telah datang mengantar kematian!” Kim Kong Hwesio menyindir dan tersenyum menghina. Hwesio tinggi besar itu memandang ke arah Siok Lan tanpa berkedip, menyatakan kekagumannya melihat kecantikan gadis itu, hingga Siok Lan merasa marah dan gemas sekali.

“Bhok Kong dan Kim Kong, hwesio cabul tersesat!” Ong Kai memaki marah. “Ternyata kalian juga telah mendatangkan seorang keparat lain untuk membantumu!”

“Aduh, musuh-musuhmu ini benar-benar muda dan tabah!” tiba-tiba Ti Bong Hosiang berkata kepada kedua kawannya dengan suaranya yang parau. “Anak-anak muda!

Dukungan & Donasi

Bantu kami terus update dengan memberi dukungan melalui:

BCA 7891767327
Trakteer
Post a Comment