Halo!

Maling Budiman Berpedang Perak Chapter 34 (Tamat)

Memuat...

Suasana menjadi tegang dan sunyi. Tak seorangpun berani bergerak atau bernapas keras-keras, bahkan Cin Cin Tojin dan Lo Cin Ki menjadi pucat. Kedua nona pengantin yang berada di dalam kamar tidak berani keluar oleh karena masih mengenakan pakaian pengantin!

Tiba-tiba kesunyian itu dipecahkan oleh suara Ong Kai yang menubruk dan memeluk kaki Kim Liong Hoatsu. "Suhu, suhu! Mohon bersabar dulu dan janganlah urusan kecil ini menjadi perkara besar! Agaknya suhu sendiri tidak pernah menyangka orang macam apakah Ang Houw ini! Dia adalah seoring pengkhianat yang telah bersekutu dengan para pangacau Tartar!"

"Apa katamu?" Kim Liong Hoatsu menggerakkan kakinya dan tubuh Ong Kai terlempar jauh sampai bergulingan! Akan tetapi oleh karena kakek itu tidak menendang untuk menyerang, hanya karena kaget dan gemas, maka Ong Kai tidak menderita luka dan segera bangkit kembali. Ong Kai lalu menghampiri Tan Hong dan ketika melihat betapa pemuda ini berlutut dan tak bergerak, ia lalu merogoh saku baju Tan Hong dan mengeluarkan sebuah kotak kecil.

Melihat kotak kecil ini, wajah Ang Houw menjadi pucat seperti mayat dan kedua kakinya menggigil. "Suhu, tak perlu teecu banyak bicara karena mungkin suhu takkan percaya. Silakan suhu membaca surat di dalam kotak ini dan suhu akan mengetahui semuanya. Bu Sam Kwi si pengkhianat telah mampus dalam tangan Tansuheng dan bahkan peti inipun dirampas oleh suheng .dari tangan Bu Sam Kwi yang menerimanya dari pengkhianat she Ang ini!"

"Sucouw, jangan percaya obrolannya!" Dengan suara gemetar Ang Houw berkata, akan tetapi sucouwnya melotot kepadanya hingga ia tidak berani berkutik lagi.

"Ha, ha, ha! Bagus, bagus! Anak-anak muda lebih berjasa daripada kita tua bangka yang tak tahu diri!" Si Raja Pengemis menyindir kepada Kim Liong Hoatsu. Sementara itu, si kakek ubanan telah membuka peti kecil itu dan mengeluarkan sepucuk surat. Ketika ia membaca isi surat, wajahnya yang merah itu menjadi pucat dan kedua tangannya gemetar, tanda bahwa hatinya terpukul hebat. Surat itu berbunyi seperti berikut Bu Sam Kwi Ciangkun, Surat ini berikut barang-barang hadiah, kupercayakan kepada seorang pembantuku yang setia bernama Ang Houw, dan apabila bukan dia yang membawa dan mengantarkan padamu, kau bunuh saja pembawa itu!”

“Sebagaimana yang telah kita bicarakan dulu, aku telah bersiap sedia menerima kedatangan kawan-kawan Tartar untuk merobohkan kedudukan kaisar.”

“Harap kau suka membuka jalan agar memudahkan barisan Tartar menerobos tapal batas dan bawalah Ang Houw ini untuk berunding. Aku sudah menyediakan tentara di daerah Tiangan untuk menggabungkan diri dengan tentara Tartar.” “Sekian dan sedikit hadiah ini harap diterima dengan baik sebagai tanda penghargaanku atas bantuanmu. Hadiah besar menyusul kelak.”

“Tertanda, Pangeran Liong Tek Ong.”

Terlepaslah kotak berisi permata dan surat itu dari tangan Kim Liong Hoatsu setelah ia membaca habis isi surat itu. Ang Houw cepat membungkuk untuk menyambar surat itu, akan tetapi tiba-tiba kaki kiri Kim Liong Hoatsu bergerak menendang dan tubuh Ang Houw terpental jauh sekali sampai menghantam dinding dan tubuhnya roboh dengan kepala pecah! Demikian hebat kemarahan dan tendangan Kim Liong Hoatsu ini hingga semua orang menjadi terkejut dan ngeri, "Nah, nah, kau mengumbar nafsumu lagi!" kata Raja Pengemis.

"Bangsat pengkhianat, bagiannya ialah mati seribu kali dalam sehari!" kata Kim Liong Hoatsu dengan marah sekali, kemudian ia menoleh kepada Tan Hong dan bertanya dengan suara keras, "Eh, Maling Budiman, mengapa tidak dari tadi kau keluarkan bukti-bukti keji ini agar aku tidak sampai salah duga kepadamu?"

Dengan suara tenang dan penuh hormat, Tan Hong berkata, "Maaf, locianpwe, oleh karena locianpwe sedang mengadili sesuatu perkara yang timbul antara teecu dan saudara Ang itu dan yang berlainan sifatnya dengan yang tersebut dalam surat, maka teecu tidak berani mencampuri dengan bukti-bukti lain."

Jawaban ini membuat muka Kim Liong Hoatsu menjadi merah kembali, tanda bahwa marahnya telah lenyap, akan tetapi kini merahnya lebih hebat dari biasanya, tanda bahwa ia merasa malu kepada diri sendiri. Ia memandang kepada Raja Pengemis dan berkata, "Eh, jembel tua. Aku yang pikun memang telah salah ayoh lekas kau persalahkan aku!" Si Raja Pengemis tertawa, "Orang yang lekas marah akan tetapi lekas pula menyadari kesalahannya adalah orang bijaksana!" Kemudian kakek jembel ini menjura kepada tuan rumah dan berkata, "Garuda Sakti harap kau maafkan kami dua orang tua bangka yang tak tahu diri dan mengganggu pestamu"

Lo Cin Ki cepat menghampiri dengan muka tersenyum. "Tidak apa, kedatangan jiwi sungguh merupakan kehormatan luar biasa bagi kami sekeluarga. Silakan duduk dan minum arak pengantin. Ingat, arak pengantin mendatangkan rejeki baik, bukan?" Kedua kakek itu saling pandang dan ruang itu lalu penuh suara ketawa Raja Pengemis dan Kitin Liong Hoatsu.

Tan Hong dan Ong Kai cepat memerintahkan orang supaya menyingkirkan jenazah Ang Houw dan menyuruh supaya mayat itu dirawat sebagaimana mestinya. Kemudian keduanya melayani guru mereka dengan penuh penghormatan.

"Eh, muka hitam, ayoh kauambil papan catur dan lawanlah aku. Jangan kau hanya bisa memberi petunjuk kepada Kim Liong Hoatsu seperti dulu!" Raja Pengemis menantang, sebaliknya kakek ubananpun menantang main catur kepada Tan Hong!

Demikianlah, kedua kakek luar biasa itu segera tekun menghadapi papar catur. Lui Song si Raja Pengemis melawan Ong Kai dan Kim Liong Hoatsu melawan Tan Hong sampai semua tamu bubar kedua kakek ini masih berjuang mati-matian melawan kedua pengantin laki-laki! Cin Cin Tojin dan Lo Cin Ki hanya saling pandang tersenyum dan mengangkat pundak!

Ternyata kedua pemuda itu masih unggul dalam permainan catur hingga perlahan tapi tentu, mereka mendesak biji-biji catur kedua kakek itu hingga keduanya sampai mengeluarkan peluh karena terlalu memutar otak!

Tiba-tiba Raja Pengemis yang cerdik dan tidak mau dikalahkan itu, mendapat akal dan berkata, "Eh, tua bangka ubanan, kita ini benar-benar tak tahu diril Dari tadi telinga kiriku berkejutan tanda bahwa ada orang yang marah- marah dan memaki-makiku! Ah tak salah lagi, tentu pengantin perempuan yang memaki-makiku oleh karena aku menahan suaminya terus-terusan! Ah, sudahlah, aku tidak berani menanti lebih lama, khawatir kalau-kalau pengantin wanita keluar dan mengamuk!" Kakek ini lalu berdiri sambil tertawa.

Kim Liong Hoatsu yang juga telah terdesak dalam permainan itu tertawa pula. "Tua bangka jembel, semenjak tadi telingaku juga berbunyi saja, tentu calon isteri Maling Budiman ini juga memaki-maki dan marah padaku. Maaf, maaf!"

Kedua kakek itu lalu berdiri dan sekali melambaikan tangan, keduanya keluar dan lenyap di dalam gelap.

Tan Hong dan Ong Kai saling pandang dengan tersenyum, dan ketika mereka menengok ke arah meja di mana kotak tadi berada, benda itu telah lenyap dibawa oleh kedua kakek tadi!

Kedua pengantin pria ini lalu masuk ke kamar masing- masing di mana calon isteri mereka telah menanti dengan hati penuh kekhawatiran.

Dan pada beberapa hari di kota raja terjadi kegemparan oleh karena Pangeran Liong Tek Ong kedapatan mati tertusuk pedang dadanya dan di bawah pedang itu tertancap surat pengkhianatan yang ditulis oleh pangeran itu sendiri! Siapa yang melakukan hal ini, tak seorangpun tahu, sedangkan Tan Hong, Ong Kai dan keluarga mereka yang mendengar akan hal ini, hanya menarik napas dan kagum atas sepak terjang dua orang kakek yang luar biasa itu.

TAMAT

Dukungan & Donasi

Bantu kami terus update dengan memberi dukungan melalui:

BCA 7891767327
Trakteer
Post a Comment