Halo!

Maling Budiman Berpedang Perak Chapter 31

Memuat...

Bu Sam Kwi memandang rendah kepada Tan Hong dan Ong Kai dan iapun memperlakukan kedua anak muda ini dengan dingin saja, akan tetapi kedua pendekar ini yang sudah mendengar dari Biciu Ngo eng akan sikap perwira ini, tidak ambil pusing.

Malam harinya, kembali para pengacau datang menyerbu dari sebelah kiri di mana penjagaan tidak begitu kuat. Banyak tentara kerajaan kena disergap dan tewas. Kebetulan sekali Tan Hong dan Ong Kai yang meronda di bagian itu untuk melihat-lihat pertahanan sebagai pendatang-pendatang baru yang perlu mengetahui kedudukan pihaknya, berada di situ pada saat penyerbuan terjadi. Kedua anak muda ini lalu mencabut pedang mereka dan mengamuk hingga banyak sekali pengacau tewas di ujung pedang mereka. Pengacau-pengacau yang menyerbu menjadi kalangkabut dan mereka segera mundur kembali ke tempat gelap.

Para tentara kerajaan merasa bersyukur dan tiada habis- habisnya memuji kedua orang muda itu. Hal ini lalu terdengar oleh Bu Sam Kwi yang segera mengubah sikapnya dan menyatakan terima kasih kepada kedua pendekar itu. Tan Hong lalu berkata kepada Bu Sam Kwi, "Bu ciangkun, melihat datangnya serbuan malam tadi, maka akupun beranggapan bahwa sudah seharusnya kita mendahului dan mengejar serta memukul mereka di tempat mereka. Hal ini lebih baik daripada kita harus berjaga-jaga selalu tanpa mengetahui bila mereka akan bergerak menyerang kita. Pula, pertempuran di siang hari lebih menguntungkan kita, di mana kita dapat mengadu kepandaian secara terbuka. Kurasa kita takkan kalah oleh mereka yang hanya memiliki tenaga besar, akan tetapi kurang pandai memainkan senjata."

Bu Sam Kwi memperlihatkan muka tidak senang. "Tan enghiong, aku mendapat tugas dari kerajaan untuk menjaga tempat ini, bukan untuk menyerbu tempat mereka, dan aku tidak mau mengorbankan jiwa anak buahku. Bagaimanapun juga, aku merasa bahwa lebih baik kita berjaga daripada menyerbu tempat mereka yang belum kita ketahui betul. Bagaimana kalau mereka menjebak kita dan mengurung dengan barisan yang besar jumlahnya? Tidak, Tan enghiong, aku tidak sebodoh itu!"

Tan Hong merasa sebal dan gemas sekali, akan tetapi kareha yang memegang komando di situ adalah Bu Sam Kwi, ia tidak berani memaksa. Pada keesokan harinya, ia dan Ong Kai kembali ke Seelok untuk mengadakan perundingan dengan Lee Kun dan untuk mengusulkan agar supaya semua pendekar bergerak sendiri mengejar dan menyerbu para pengacau itu di luar tapal batas. Pada saat ia dan Ong Kai memasuki dusun Seelok, tiba- tiba Tan Hong memegang tangan Ong Kai dan menarik kawan ini bersembunyi di belakang pohon besar. Tan Hong menunjuk ke arah seorang tua yang mendatangi dari depan. Ong Kai memandang dan dadanya berdebar ketika ia mengenali orang itu dan yang tidak lain adalah Ang Houw, kepala rampok yang dulu pernah bentrok dengan mereka dan telah dikalahkan oleh Tan Hong.

"Apa maksudnya datang ke tempat ini?" bisik Tan Hong. "Mungkin jiwa patriotnya tergerak dan ia datang hendak

membantu," jawab Ong Kai.

Tan Hong menggeleng-gelengkan kepala. "Ah, aku tidak bisa mempercayai orang seperti dia itu." Diam-diam mereka lalu mengejar dan mengikuti kepala rampok itu. Ang Houw masuk ke dalam sebuah rumah penginapan dan Tan Hong lalu melompat ke atas genteng melakukan pengintaian. Dari celah-celah genteng ia melihat kepala rampok itu memasuki sebuah kamar, menurunkan buntalannya dan mengeluarkan sebuah kotak kecil dari buntalan itu yang lalu dimasukkan ke dalam saku bajunya. Tan Hong makin curiga, ia segera melompat turun lagi dan diceritakannya kepada Ong Kai apa yang telah dilihatnya.

"Kita pura-pura tidak tahu saja," kata Ong Kai, "kurasa kotak itu mempunyai maksud kurang baik. Biarlah kita temui dia dengan biasa saja, akan tetapi diam-diam kita selidiki dan ikuti ke mana ia pergi." Tan Hong menyatakan persetujuannya dan mereka tidak jadi menjumpai Lee Kun, oleh karena ketika itu Ang Houw telah keluar dari kamarnya dan menggendong buntalannya lagi, lalu perampok itu berjalan cepat menuju ke ... Kimkesan!

Kemudian ternyata bahwa perampok itu juga diperbantukan ke Kimkesan oleh Lee Kun atas permintaan Ang Houw sendiri oleh karena ia mendengar bahwa di tempat itulah yang paling membutuhkan tenaga pembantu yang pandai dan kuat. Ketika Ang Houw telah menghadap Bu Sam Kwi dan memberikan surat Lee Kun kepada perwira itu, Tan Hong dan Ong Kai muncul menjumpainya. Ang Houw nampak terkejut dan pucat, tak disangkanya sama sekali akan bertemu dengan kedua anak muda itu di situ. Akan tetapi, dengan ramah tamah Tan Hong menjura dan berkata, "Ah, Ang loenghiong juga datang membantu? Bagus sekali, sekarang kita menjadi kawan seperjuangan."

Lega hati Ang Houw melihat sikap Tan Hong ini, maka iapun balas menjura dan berkata, "Aku girang melihat Tantaihiap juga berada di sini. Dengan adanya kau orang muda yang gagah ini, kita tak usah merasa takut terhadap serangan pengacau!"

Ketika Bu Sam Kwi mengajak Ang Houw memasuki kamarnya karena katanya hendak membicarakan sesuatu perintah yang penting mengenai pertahanan tempat itu, diam-diam Tan Hong mengintai dari belakang tenda. Ia membuat lubang kecil dan mengintai ke dalam. Hatinya berdebar ketika ia melihat betapa Ang Houw mengeluarkan kotak kecil itu dan menyerahkannya kepada Bu Sam Kwi dan ketika perwira itu membuka kotak tersebut, ternyata kotak itu penuh berisi batu-batu permata yang besar berikut sepucuk surat!

Malam itu, kembali para pengacau mengadakan serbuan yang dilakukan secara besar-besaran, agaknya hendak menebus kekalahannya malam tadi. Tan Hong lalu berbisik kepada Ong Kai, "Kau layanilah pengacau-pengacau itu dan ajak Ang Houw bertempur bersama. Aku tinggal di sini menyelidiki isi surat itu." Ong Kai mengangguk maklum dan ia lalu bersama Biciu Ngo eng mengajak Ang Houw untuk menolong bagian yang diserang oleh para pengacau. Ang Houw lalu ikut mereka mengusir pengacau yang datang menyerbu.

Tan Hong kembali mengintai di dalam tenda Bu Sam Kwi. Ia melihat betapa perwira muda itu enak-enak menghitung dan mengagumi permata yang diterimanya dari Ang Houw, sama sekali tidak memperdulikan adanya serbuan pengacau malam itu! Tan Hong lalu mengambil keputusan cepat. Ia cabut keluar pedang peraknya, lalu sekali ia menggerakkan tangan, tenda itu telah pecah dan robek hingga ia dapat melompat ke dalam. Bu Sam Kwi terkejut sekali dan melompat berdiri memandang. Ketika melihat Tan Hong masuk dengan pedang terhunus perwira inipun lalu mencabut pedangnya dan membentak, "Tan enghiong! Apa maksudmu memasuki tendaku tanpa dipanggil dan dengan cara sekasar ini?"

Tan Hong tersenyum. "Tidak apa-apa, hanya serahkanlah peti kecil dan surat dari Ang Houw tadi!"

"Kau hendak merampok?" bentak Bu Sam Kwi, akan tetapi dari mukanya yang pucat Tan Hong maklum bahwa tentu ada rahasia sesuatu dalam surat itu.

"Tidak, aku hanya hendak melihat surat tadi!"

Tiba-tiba tangan kiri Bu Sam Kwi menyambar sehelai surat yang tadi terletak di atas meja dan cepat ia menghampiri lilin hendak membakar surat itu. Akan tetapi sebuah tendangan dari Tan Hong membuat surat itu terlepas dan cepat sekali Tan Hong berhasil menyambar surat itu. Dengan tangan kiri Tan Hong membaca surat yang ternyata ditulis oleh Pangeran Liong Tek Ong dari kota raja! "Bangsat, serahkan surat itu kepadaku," Bu Sam Kwi membentak sambil menusuk dengan pedangnya. Akan tetapi, tanpa melepaskan matanya dari surat yang dipegang di tangan kiri, Tan Hong menggerakkan pedangnya menangkis keras hingga pedang Bu Sam Kwi hampir terlepas dari pegangan! Sementara itu, ketika membaca surat tersebut, makin lama wajah Tan Hong makin merah dan sepasang matanya memancarkan sinar kilat. Setelah selesai, pada saat ia melipat surat itu dan memasukkannya ke dalam saku bajunya, kembali Bu Sam Kwi menyerang. Kini Tan Hong tidak memberi kesempatan kepadanya, dan terus memaki, "Bangsat pengkhianat!"

Pemuda ini lalu menangkis sekerasnya hingga pedang perwira itu terlempar menancap tenda dan sebelum ia dapat melarikan diri, pedang perak di tangan Tan Hong telah menembusi punggungnya! Bu Sam Kwi roboh dan tewas. Tan Hong lalu menuju ke tempat pertempuran untuk mencari Ang Houw, akan tetapi Ang Houw telah lari dari situ, bahkan Ong Kai sendiri yang tadi melihat Ang Houw bertempur bersama-sama, tidak tahu ke mana larinya kepala rampok itu. Ketika semua orang kembali setelah berhasil memukul mundur para pengacau, mereka terkejut sekali melihat bahwa Bu Sam Kwi telah mati di dalam tendanya dengan sebuah luka tikaman pedang yang menembusi dadanya!

Ributlah keadaan di situ dan semua orang yang menduga-duga siapa yang berani membunuh perwira ini. Oleh kareha Ang Houw yang baru datang tidak narnpak di situ, maka semua orang menduga bahwa tentu orang itulah yang membunuh Bu Sam Kwi. Yang tahu akan duduknya hal itu sebenarnya hanyalah Tan Hong dan Ong Kai. Ketika Tan Hong memperlihatkan surat yang dirampasnya dari tangan Bu Sam Kwi itu kepada Ong Kai, pemuda muka hitam inipun merasa marah sekali.

"Sayang aku tidak tahu sebelumnya, kalau aku tahu, tentu aku akan menikam dada Ang Houw si pengkhianat tua itu!" katanya menyesal.

Hal adanya surat ini dirahasiakan benar oleh kedua anak muda itu, bahkah Biciu Ngo eng pun tidak mereka beritahu. Pada keesokan harinya, Tan Hong dan Ong Kai menuju ke Seelok dan menjumpai Lee Kun. Tan Hong mengusulkan agar supaya semua enghiong dikerahkan untuk memukul para pengacau di tempat persembunyian mereka, dan kemudian ia memperiihatkan surat rahasia yang dirampasnya.

Setelah membaca surat itu dan mengembalikannya kepada Tan Hong, wajah Lee Kun menjadi pucat. "Pantas saja pengacau-pengacau ini sukar dikalahkan, rupanya mereka telah berhasil menyuap banyak pengkhianat, bahkan telah mengadakan kontak dengan pangeran yang hendak memberontak di kota raja! Baiklah, sekarang kita kerahkan tenaga untuk memukul mereka itu sebelum mereka sempat bersiap-siap!"

Dukungan & Donasi

Bantu kami terus update dengan memberi dukungan melalui:

BCA 7891767327
Trakteer
Post a Comment