Maling Budiman Berpedang Perak Chapter 22

NIC

Para piauwsu bersorak girang melihat robohnya kepala rampok muka hitam yang tangguh itu, sedangkan pihak perampok menjadi marah sekali. Mereka telah bersiap untuk mengeroyok kalau saja mendapat komando dari kedua saudara Ang. Akan tetapi, baik Ang Touw maupun Ang Houw tidak memberi perintah apa-apa, hanya Ang Touw yang segera melompat maju dengan pedang di tangan, dan yang segera disambut oleh Siok Lan.

“Apakah kau mengiri melihat robohnya adikmu dan ingin juga merasakan betapa senangnya roboh pingsan?” Gadis ini menyindir hingga Ang Touw menjadi marah dan tanpa berkata apa-apa kepala rampok yang tua itu menyerang. Serangannya benar-benar hebat dan kepandaiannya jauh lebih tinggi daripada kepandaian Ciauw Lek hingga Siok Lan mengelak cepat dan berlaku hati-hati.

Kalau pertempuran Ciauw Lek dan Ong Kai tadi mendebarkan jantung para penontonnya oleh karena keduanya mengadu tenaga dan kekuatan hingga debu mengepul di sekitar tempat di mana kaki mereka bergerak, adalah pertempuran kali ini membuat mata para penonton menjadi kabur dan kepala mereka pening. Gerakan kedua orang ini demikian cepatnya hingga tubuh mereka merupakan sinar saja, yakni sinar berkelebatnya pedang mereka yang menutupi tubuh! Diam-diam Tan Hong memuji kepandaian Ang Touw ini, akan tetapi ia percaya akan ketangguhan dan kehebatan Siok Lan.

Memang sebenarnya Siok Lan kalah pengalaman dan kalah ulet, akan tetapi dalam hal ilmu pedang gadis yang telah mewarisi ilmu pedang Bok-san-pai dari ayahnya ini, ternyata masih menang setingkat. Juga oleh karena lawannya sudah tua, maka kegesitan Ang Touw telah banyak berkurang, berbeda dengan Siok Lan yang memiliki ginkang yang cukup sempurna hingga gerakan-gerakannya tiada ubahnya bagaikan seekor burung kepinis saja!

Dalam saat yang tepat, ketika Ang Touw menyerang dengan tipu gerakan Angin Selatan Menghembus Cemara, Siok Lan tidak mau menangkis pedang yang ditusukkan ke arah lehernya, akan tetapi dengan gerakan yang tak terduga gadis ini lalu berjongkok dan dari bawah mengirim tusukan ke arah perut lawannya! Gerakannya lebih cepat daripada gerakan Ang Touw hingga kepala rampok itu terkejut sekali. Untuk menangkis sudah tiada waktu baginya, maka ia terpaksa lalu menjatuhkan diri ke belakang, berjungkir balik dan membuat salto tiga kali di udara baru tubuhnya turun ke tanah. Gerakan ini indah sekali hingga Siok lan menjadi kagum, akan tetapi gadis ini tidak mau memberi kesempatan kepada lawannya, dan cepat mengejar. Baru saja kedua kaki Ang Touw menginjak tanah, tiba-tiba Siok Lan telah menyerang lagi dengan tipu Ikan Leehi Gerakkan Ekor dan pedangnya menyambar kedua kaki Ang Touw. Oleh karena baru saja kakinya turun, maka kakek ini tidak keburu melompat ke atas lagi dan terpaksa cepat menggerakkan pedangnya menangkis. Pada saat itu Siok Lan maju dan menggerakkan tangan kirinya dengan jari telunjuk dan jari tengah terbuka, menusuk ke arah mata lawan! Ang Touw terkejut dan memiringkan kepala sehingga gerakan pedangnya yang menangkis menjadi kalut. Saat ini digunakan dengan baiknya oleh Siok Lan yang mengubah tujuan pedang. Kini ujung pedangnya dimajukan sedikit hingga tahu-tahu Ang Touw merasa tangannya perih sekali dan terpaksa melepaskan pedang sambil melompat ke belakang! Ternyata sebuah jari tangannya telah putus oleh pedang Siok Lan dan darah mengucur keluar!

Ang Houw yang melihat betapa kedua orang sutenya berturut-turut dikalahkan, menjadi marah sekali dan sambil mengeluarkan geraman keras, ia menyerang Siok Lan. Akan tetapi Tan Hong lalu melompat maju sambil berkata, “Sabar dulu, tai-ong. Untukmu sudah disediakan lawan, yakni aku sendiri. Akan tetapi sebelum kita bertempur, hendak kujelaskan lagi kepadamu, bahwa pertempuran ini bersifat mengadu kepandaian belaka dan bukan maksud kami hendak mengambil jiwa kalian. Cukup asal kalian merasa bertobat dan tidak akan mengulangi perbuatanmu yang sewenangwenang, dan suka mengembalikan barang- barang para piauwsu yang terampas, kami akan merasa puas.”

“Anak muda! Kau sungguh sombong! Kau hanya bicara tentang kemenanganmu, bagaimana kalau kau kalah olehku?”

Tan Hong tersenyum, “Hal ini bukan tidak mungkin! Kalau aku sampai kalah, maka segala keputusan terserah kepadamu!” “Dengar, Gin-kiam Gi-to! Kalau kau kalah olehku, aku akan menawanmu dan menyerahkan kau kepada pangcu (ketua) kami dengan tuduhan bahwa kau sebagai orang dari golongan liok-lim telah mengkhianati golongan sendiri!”

Tan Hong menjadi heran karena ia tidak menyangka bahwa mereka memiliki pangcu. “Siapakah pangcu yang kau maksudkan itu?”

Juga Ang Houw merasa heran mendengar bahwa Maling Budiman ini belum pernah mendengar nama pangcu dari golongan liok-lim.

“Pangcu kami adalah Kim-liong Hwat-su, dan beliau yang berhak menghukum segala pengkhianat golongan liok- lim. “

Tan Hong merasa heran oleh karena terdengar menggelikan bahwa golongan liok-lim yang terdiri dari segala macam penjahat seperti perampok, bajak, maling dan copet itu mempunyai seorang ketua dan dengan julukan Hwat-su yang berarti seorang berilmu dan ahli kebatinan atau singkatnya seorang pendeta!

“Selain itu, jika kau tak dapat mengalahkan aku, semua piauwsu harus berjanji untuk setiap kali lewat di sini, membayar pajak kepada kami sebanyak sepuluh bagian daripada harga barang yang mereka kawal!”

Semua piauwsu marah mendengar usul yang keterlaluan ini. Sedangkan mereka sendiri yang bekerja keras dan mengawal barang-barang itu, tidak berani menuntut upah yang demikian tingginya!

Tan Hong tersenyum dan bersikap tenang. “Sudah kukatakan tadi bahwa jika kami kalah, semua keputusan terserah kepadamu, akan tetapi ingat, aku belum kalah! Maka mari kita main-main sebentar dan segala macam keputusan itu dapat dilakukan nanti!”

“Baik dan awas pedang!” tiba-tiba Ang Houw berseru dan langsung melakukan serangan pertama. Melihat serangan Ang Houw yang mengembangkan tangan kiri keluar dan memasang bhesi (kuda-kuda) sambil menjungkitkan kedua kakinya, Tan Hong tercengang, inilah Sin-thiauw Kiam-hoat (Ilmu Pedang Rajawali Sakti) yang amat berbahaya dan hebat! Maka ia berlaku hati-hati dan melawan sambil mengeluarkan gerakan-gerakan paling hebat dari Bok-san Kiam-hoat.

Kalau dibuat perbandingan tentang ilmu pedang Bok-san Kiam-hoat yang dimiliki Tan Hong dan Siok Lan, memang terdapat sedikit perbedaan dan sebetulnya Tan Hong jauh lebih kuat daripada gadis itu. Dulu ketika melawan Siok Lan, sengaja Tan Hong tidak mau mengalahkan dan merobohkan gadis itu. Ayah Siok Lan, yakni si Garuda Sakti Lo Cin Ki, biarpun seguru dengan Cin Cin Tojin, suhu Tan Hong, namun Lo Cin Ki lebih mengutamakan dan memperdalam pelajaran ilmu pengobatan, maka ilmu silatnya agak kurang tinggi apabila dibandingkan ilmu silat Cin Cin Tojin. Apalagi Cin Cin Tojin adalah seorang tosu perantau yang telah banyak sekali mengalami pertempuran dan banyak bertemu dengan orang-orang pandai dari segala cabang persilatan, maka tosu ini telah banyak mempelajari ilmu silat dan karenanya ia dapat menambah kekurangan- kekurangan yang terdapat dalam gerakan ilmu pedang Bok- san-pai. Pula oleh karena Tan Hong mempelajari silat dengan sebuah cita-cita yakni untuk menggunakan kepandaian itu menolong sesama manusia yang menderita sengsara, maka pemuda ini belajar dengan tekun, rajin, dan sepenuh hati hingga tentu saja ia memperoleh hasil yang gemilang. Ang Houw memang hebat sekali dan kalau saja Siok Lan yang menghadapi orang tua ini, maka keadaan mungkin akan berimbang. Akan tetapi kini ia bertemu dengan Tan Hong, maka baru beberapa puluh jurus saja mereka bertempur, tampaklah sudah betapa kepandaian pemuda itu memang lebih tinggi daripada kepandaiannya! Keduanya bergerak perlahan, tidak seperti ketika Siok Lan bertempur melawan Ang Touw, hingga para penonton yang kurang paham ilmu silat tinggi, menganggap bahwa Siok Lan lebih gesit dan lebih hebat daripada Tan Hong. Akan tetapi, gadis itu sendiri, Ong Kai dan juga kedua kepala rampok Ang Touw dan Ciauw lek yang telah dikalahkan, maklum bahwa kedua orang itu telah memperlihatkan kepandaian asli mereka. Setiap gerakan, biar dilakukan dengan lambat atau perlahan, namun mengandung tenaga lweekang yang tinggi dan setiap serangan itu kalau ditangkis oleh sembarang orang, maka penangkisnya akan roboh terpukul tenaga dalam yang melayang keluar dari serangan itu. Tidak ada debu mengebul dari bawah kaki mereka, bahkan gerakan kaki mereka tidak terdengar sama sekali, seakan- akan tidak menginjak tanah, akan tetapi apabila diperhatikan, ternyata daun-daun di sekeliling tempat itu melambai dan bergoyang bagaikan terhembus angin, padahal pada saat itu tidak ada angin menghembus! Inilah angin pukulan yang diterbitkan oleh serangan dan gerakan kedua orang itu!

Merasa bahwa kepandaiannya kalah tinggi, tiba-tiba Ang Houw membuat gerakan serangan nekad. Ia berseru nyaring dan pedangnya membacok, sedangkan tangan kirinya dari bawah mengirim pukulan hebat ke arah perut tan Hong dengan jari-jari tangan miring! Tan Hong mengelak, akan tetapi ia lalu membuat gerakan yang sama, yakni Dewa Mabuk Menolak Gunung. Pedang kedua orang itu bertemu dan menempel, sedangkan kedua tangan kiri mereka juga bertumbuk keras. Untuk sesaat seakan-akan kedua tangan dan kedua pedang itu melekat, akan tetapi, tiba-tiba Ang Houw mengeluh dan tubuhnya seakan-akan terdorong oleh tenaga keras sekali, terhuyung-huyung ke belakang sampai lima langkah! Wajahnya pucat sekali dan ia telah mendapat luka dalam.

Ang Houw menjura. “Gin-kiam Gi-to, kau memang hebat sekali. Aku mengaku kalah, akan tetapi tunggulah datangnya hari pembalasanku!” Setelah berkata demikian, ia ajak kedua sutenya pergi dari tempat itu setelah meninggalkan pesan kepada para anak buahnya untuk mengembalikan semua barang-barang pada piauwsu.

Diam-diam Tan Hong merasa menyesal sekali oleh karena ia maklum bahwa ia telah menanam bibit permusuhan dengan kepala rampok yang tangguh itu. Akan tetapi ia tidak memperlihatkan kemenyesalannya, lalu bersama kawan-kawannya membantu para piauwsu mengambil kembali barang-barang mereka yang terampas dan masih berada di dalam sarang perampok di tengah hutan itu.

Para piauwsu, di bawah pimpinan Lim-piauwsu menghaturkan banyak terima kasih kepada Tan Hong dan kedua kawannya, dan menyebut mereka sebagai Bok-san Sam-hiap atau Tiga Pendekar dari Bok-san, yakni mengingat bahwa ketiganya adalah anak murid dari Bok- san-pai! Ong Kai merasa girang sekali atas kemenangan ini dan berkata, “Mulai sekarang si iblis hitam itu tentu tak berani lagi mengembari nama julukanku!”

Tan Hong dan Siok Lan tersenyum mendengar ini. Diam-diam ketika mereka mendapat kesempatan bicara empat mata, Tan Hong berkata kepada Siok Lan, “Sumoi, mulai sekarang kita harus berhati-hati sekali oleh karena menurut dugaanku, ketiga kepala rampok itu tentu manaruh dendam kepada kita dan berusaha mencari balas!”

Siok lan memandang kepada tan Hong dengan muka kagum setelah mengetahui bahwa kepandaian pemuda ini sesungguhnya masih berada lebih tinggi daripada tingkat kepandaiannya sendiri.

Posting Komentar