Melihat ini, kedua saudara kembar she Ang itu lalu maju dan berkata, “Sute, tahan dulu. Biar kita bicara dulu dengan mereka ini!”
Juga Tan Hong yang sebetulnya hanya bermaksud menjadi pendamai saja, mencegah Ong Kai menyerang terus, “Ong-sute, sabarlah dulu. “
Ong Kai menggigit bibirnya. “Kalau tidak dihalangi, pasti aku akan putar batang lehermu sampai putus!” Ang Houw lalu bertanya kepada Tan Hong, oleh karena itu ia tahu bahwa pemuda ini yang menjadi pemimpin rombongan itu.
“Enghiong yang gagah, sekali lagi kami ulangi pertanyaan kami tadi. Apakah maksudmu datang ke sini dan memusuhi kami? Apakah sam-wi sengaja datang hendak membela para piauwsu itu?”
Tan Hong menjawab dengan suara halus dan tenang. “Tai-ong, sebenarnya kami datang hanya hendak mendamaikan urusan yang timbul di antara kalian dan para piauwsu. Kami minta kiranya kalian sudi bertindak bijaksana dan tidak melakukan perampasan terhadap barang-barang yang dilindungi oleh para piauwsu itu. Ingatlah bahwa mereka inipun melakukan tugas pekerjaan mereka dan apabila kalian mengganggu, maka berarti kalian menanam bibit permusuhan yang tiada habisnya. “
“Kau anak muda, kurus kering dan jembel busuk! Siapakah kau ini maka begini cerewet?” Tiba-tiba Ciauw Lek membentak dan menubruk ke arah Tan Hong sambil mengirim kepalan ke arah kepala Tan Hong. Tan Hong berlaku tenang, dengan sedikit memiringkan kepala ia mengelak dari pukulan ini dan tanpa bergerak dari tempatnya, kaki kirinya meluncur ke depan dan tubuh Ciauw Lek tertendang sampai terlempar dua tombak jauhnya! Untung bagi si muka hitam bahwa Tan Hong tidak hendak mencelakakan jiwanya, maka ia hanya mendapat sedikit luka dan kecet saja ketika tubuhnya terlempar ke semak-semak berduri!
Biarpun Ang Touw juga mempunyai watak lebih sabar daripada Ciauw Lek, akan tetapi ia tidak sesabar Ang Houw. Melihat sutenya dirobohkan orang sedemikian mudahnya, naiklah darahnya dan secepat kilat ia maju menyerang dengan pedang di tangan! Ia menyerang dengan gerakan Burung Walet Pulang ke Sarang dan pedangnya meluncur ke arah leher Tan Hong! Melihat kecepatan gerakan ini dan merasa betapa pedang itu mendatangkan angin yang cukup hebat, Tan Hong lalu mencabut pedangnya dan menangkis. Tergetarlah telapak tangan Ang Touw ketika pedangnya kena ditangkis, akan tetapi tangkisan itu tidak cukup kuat untuk membuat pedangnya terpental! Diam-diam Tan Hong juga memuji tenaga orang itu.
Akan tetapi, ketika melihat pedang perak itu berkilauan di tangan Tan Hong, seorang di antara para anak buah perampok berteriak, “Hai, dia adalah Gin-kiam Gi-to si Maling Budiman!”
Terkejutlah ketiga kepala rampok itu mendengar nama ini disebut, Ang Houw segera menjura dan bertanya, “Betulkan, kau Gim-kiam Gi-to?”
Tan Hong tak menyembunyikan nama julukannya dan mengangguk sambil memandang tajam.
Maka merahlah wajah Ang Houw mengetahui bahwa pemuda yang hebat ini benar-benar si Maling Budiman adanya! Ia lalu menuding dan berkata marah, “Gin-kiam Gi-to! Kau seorang maling yang telah membuat nama besar, akan tetapi ternyata kau sama sekali tidak tahu aturan dalam kalangan liok-lim! Kau sendiri seorang maling, mengapa kau membela para piauwsu dan datang memusuhi kami? Apakah ini takkan membuat sesama kaum mengatakan bahwa sebagai seekor bebek kau telah berani masuk ke kandang besar dan menyerang angsa?” Perumpamaan ini dimaksudkan bahwa seekor bebek yang kecil tentu tidak mau menyerang angsa yang masih segolongan dengannya! Tan Hong tersenyum dingin dan menjawab, “Tai-ong, jangan kau berlancang mulut dan menggolongkan aku sebagai golonganmu! Biarpun aku seorang maling, akan tetapi bukan sembarang maling seperti yang kaukira! Memang pada umumnya, seorang maling boleh diumpamakan saudara muda dari seorang perampok! Akan tetapi, kau merampok, membunuh, dan mencelakakan orang lain hanya untuk memenuhi dan menyenangkan kebutuhan sendiri. Kau melakukan kejahatan terdorong oleh nafsu tamak dan terdorong oleh keinginan hidup mewah sehingga melupakan perikemanusiaan dan perikeadilan! Jangan kau persamakan aku dengan golonganmu ini! Selama menjalankan pencurian, aku belum pernah mempergunakan hasil curianku untuk kepentinganku sendiri! Kau dan kawan-kawanmu telah mengganggu dan mencelakakan para piauwsu ini, serta menurut pendengaranku, kalian telah melakukan perampokan ke dusun-dusun, merampok penduduk yang miskin, bahkan melakukan pembunuhan-pembunuhan! Oleh karena itulah maka aku dan kedua adikku ini datang untuk memberi peringatan keras kepadamu!”
Ucapan Tan Hong ini disertai amarah yang meluap oleh karena ia tidak rela bahwa dirinya dipersamakan dengan mereka, penjahat-penjahat kejam ini!
Merahlah muka Ang Houw, “Jangan sembarangan menuduh! Aku tak pernah merampok penduduk dusun sebagaimana yang kau katakan itu!”
Tan Hong tersenyum menyindir, “Mungkin bukan kau sendiri yang bertindak. Akan tetapi kalau anak buahmu yang berbuat, apakah kau hendak melepaskan tanggung jawab dari tanganmu? Tidak bisa, tai-ong. Anak kecil yang berbuat jahat, orang tua harus bertanggung jawab. Anak buah yang menyeleweng, pemimpinnya tak lepas dari pertanggung jawabnya!”
Kini Ang Touw tak dapat menahan sabarnya lagi. “Gin- kiam Gi-to, apa kaukira kami berdua saudara Ang takut kepadamu? Marilah kita putuskan perkara ini dengan tangan, bukan dengan lidah! Apakah yang kau kehendaki? Kau datang bertiga dan kamipun bertiga pula! Kita mengadu kepandaian tiga lawan tiga atau maju semua dengan piauwsu itu? Anak buah kami juga sudah bersiap!”
Tan Hong maklum bahwa apabila semua maju akan terjadilah pertempuran besar dan akan banyak orang yang terluka atau tewas, maka ia berkata lantang, “Sam-wi tai- ong! Marilah kita mengadu kepandaian sebagai layaknya orang-orang ksatria, dan tidak main keroyokan! Ingin sekali kami bertiga minta pengajaranmu!”
Tiba-tiba Ciauw Lek melompat maju dengan marah. “Aku maju lebih dulu, siapa yang hendak main-main denganku?”
Ong Kai cepat menyambut si muka hitam ini. “Setan palsu! Akulah lawanmu!” Hekbin-mo ini cepat mencabut pedangnya.
“Bagus! Kaukira aku takut kepada tenagamu yang besar? Majulah kau, setan!”
Ong Kai lalu menyerang yang ditangkis dengan gesit oleh Ciauw Lek dan mereka lalu bertempur sengit. Semua orang menonton pertempuran ini dan para piauwsu bersiap sedia menghadapi kemungkinan majunya para anggauta perampok jika akan menyerbu.
Ilmu pedang Ciauw Lek cukup hebat dan ganas dan dari gerakan kaki dan tangan kirinya yang kadang-kadang maju pula menyerang dengan cengkeraman, dapat diduga bahwa ia mempunyai ilmu kepandaian silat dari utara yang tercampur dengan ilmu berkelahi bangsa Mongol. Akan tetapi, menghadapi Ong Kai ia tak mendapat banyak kesempatan, oleh karena selain tenaga lweekang Ong Kai lebih besar, juga ilmu pedangnya yang berdasarkan ilmu pedang Bok-san Kiam-hoat itu ternyata mempunyai gerakan-gerakan yang aneh dan lebih cepat daripada ilmu pedang Ciauw Lek. Akan tetapi, oleh karena Ciauw Lek bertempur dengan nafsu besar dan dengan nekad, untuk beberapa lama Ong Kai belum mendapat kesempatan merobohkannya.
Para penonton merasa khawatir melihat pertempuran yang hebat ini. Tubuh kedua orang itu berputar-putar cepat hingga sukar membedakan mana Ong Kai dan mana Ciauw Lek! Akan tetapi Tan Hong dan Siok Lan dengan girang dapat melihat bahwa Ong Kai berada di pihak yang lebih unggul dan perlahan tapi tentu Hek-bin-mo itu mendesak lawannya.
“Hai, setan busuk! Kau berjanjilah untuk menanggalkan nama julukan Hek-bin-mo, baru aku mau mengampuni kau!” Ong Kai berseru sambil mendesak dengan pedangnya.
“Bangsat rendah, jangan banyak mulut!” balas Ciauw Lek sambil menangkis dengan sekuat tenaga. Akan tetapi ternyata serangan Ong Kai itu hanya gertak belaka dan ketika lawannya menangkis dengan keras, Ong Kai menarik kembali pedangnya dan cepat membuat serangan dari samping. Serangan ini tidak diduga-duga sama sekali oleh Ciauw Lek, oleh karena si muka hitam ini sedang mengerahkan tenaga untuk menangkis serangan pertama, maka tidak ampun lagi ujung pedang Ong Kai mengenai pundak kirinya! Ciauw Lek menjerit dan darah mengucur dari pundaknya, akan tetapi dengan nekad, ia menyerang lagi.
“Eh ... eh, masih belum kapok? Ayoh, berjanjilah untuk tidak mengganggu penduduk kampung, baru aku mau memberi ampun!” Sekali lagi Ong Kai berseru.
“Bangsat sombong, saat ini aku Ciauw Lek akan menyabung jiwa denganmu!”
Melihat keadaan Ciauw Lek, Ong Kai lalu menggerakkan pedangnya bagaikan kitiran angin cepatnya dan ketika Ciauw Lek terdesak mundur hingga terhuyung- huyung, kaki kanan Ong Kai cepat menyambar dan tepat menendang dada lawannya hingga tubuh Ciauw Lek terlempar jauh dan roboh pingsan!