Maling Budiman Berpedang Perak Chapter 33

NIC

Kim Liong Hoatsu tidak mau mengalah. Iapun menggunakan khikang untuk mendorong tubuh yang masih berada di atas itu hingga tubuh Pek Lek Hoatsu yang sial dan bernasib malang itu seakan-akan menjadi sebuah bola yang dipermainkan ke sana ke mari oleh kedua orang kakek tadi! Dan ketika keduanya mengakhiri permainan ini, ternyata tubuh Pek Lek Hoatsu telah tak bernyawa lagi!

"Nah, nah, kau telah membunuhnya!" kata Lui Song si Raja Pengemis kepada Kim Liong Hoatsu.

"Bukan aku, kaulah yang membunuhnya!" jawab kakek ubanan itu.

“Tidak, aku tidak membunuhnya, kaulah yang melakukannya!" jawab Raja Pengemis pula.

"Bukan, kau!" "Kau!"

"Biarlah kita putuskan hal ini di atas papan catur nanti!" kata Kim Liong Hoatsu akhirnya.

"Baik!" Si Raja Pengemis menerima tantangan ini.

Setelah bersitegang yang akhirnya diputuskan untuk mengambil kemenangan di atas papan catur, kedua orang kakek itu menggerakkan tubuh dan lenyap dari situ, dan tak seorangpun tahu ke mana perginya, seperti juga tak seorangpun melihat dari mana tadi mereka muncul!

Semua perwira pengacau telah melarikan diri ketika Pek Lek Hoatsu masih dipakai main bola tadi, dan kini keadaan di situ sunyi. Cin Cin Tojin menggeleng-gelengkan kepala dan menghela napas, "Dewasa ini yang memiliki kepandaian setinggi kepandaian mereka, kurasa hanya dua orang itu saja."

Tan Hong dan Ong Kai merasa agak kecewa mengapa kedua orang kakek yang telah mereka kenal itu sama sekali tidak memperdulikan mereka! Semua orang tiada habisnya memuji dan mengagumi kedua kakek luar biasa yang berilmu tinggi itu.

Setelah banyak perwira para pengacau kena ditewaskan, apalagi setelah Pek Lek Hoatsu yang menjadi orang kuat pengacau Tartar itu tewas pula, maka gerombolan Tartar itu mengundurkan diri dan tidak berani mengganggu daerah perbatasan lagi sebelum tenaga mereka pulih kembali. Para enghiong pun lalu kembali ke tempat masing-masing, melakukan pekerjaan mereka seperti biasa. Tidak sedikitpun tanda jasa atau terima kasih yang mereka terima dari kaisar, bahkan di dalam laporan-laporan nama mereka tak pernah disebut-sebut! Rumah Lo Cin Ki terhias indah dan suasana gembira sekali. Banyak sekali tamu-tamu dari seluruh daerah memeriakan datang menghadiri pesta perayaan yang diadakan oleh jago tua si Garuda Sakti itu untuk merayakan perkawinan anaknya dan muridnya, yakni Siok Lan dan Tan Hong, sedangkan Ong Kai menikah dengan Lai Hwa Eng.

Pada malam harinya, masih banyak tamu yang datang berkunjung dan pihak tuan rumah menyambut para tamu dengan ramah tamah dan suasana makin gembira setelah para tamu diberi hidangan arak wangi dan masakan lezat.

Pada saat orang-orang bergembira ria, tiba-tiba dari luar muncul seorang tosu berbaju putih rambut dan jenggotnya yang putih berkilau itu mendatangkan sikap menghormat daripada sekalian yang hadir.

Lo Cin Ki dan Cin Cin Tojin yang juga hadir di situ, segera maju menyambut dengan menjura dalam sekali, oleh karena dengan kaget dan heran kedua jago tua ini mengenal kakek ini yang tak lain ialah Kim Liong Hoatsu, kakek iuar biasa yang dulu pernah muncul di puncak pegunungan di tapal batas sebelah barat dan yang bersama si Raja Pengemis telah menewaskan Pek Lek Hoatsu! Di belakang Kim Liong Hoatsu kelihatan seorang tua lain yang berjalan di belakang tosu itu dengan sikap takut-takut dan orang tua ini adalah Ang Houw, bekas kepala rampok!

Melihat Ang Houw, Tan Hong dan Ong Kai terkejut, dan Ong Kai segera menyambut tosu itu sambil berlutut dan memanggii, "Suhu."

Kim Liong Hoatsu agaknya terkejut mendengar sebutan ini, akan tetapi ketika memandang muka Ong Kai yang hitam, ia teringat bahwa pemuda ini adalah ahli main catur yang dulu pernah memberi petunjuk padanya. Ia tersenyum dan berkata, "Bangunlah kau muka hitam. Dan di mana adanya Tan Hong yang berjuluk Gin-kiam Gi-to? Panggil ia keluar, pinto hendak bertemu dengannya!" Tosu ini hanya membalas penghormatan Cin Cin Tojin dan Lo Cin Ki dengan anggukan kepala sederhana saja.

Tan Hong yang mendengar bahwa tosu itu mencari dia, segera maju dan berlutut pula, "Locianpwe, teecu Tan Hong berada di sini."

Kim Liong Hoatsu segera memandang dan ia tercengang ketika melihat bahwa si Maling Budiman adalah pemuda yang dulu membantu Raja Pengemis dalam permainan catur.

"Eh, eh, jadi kaukah Gin kiam Gito yang telah berlaku sewenang-wenang itu? Bangunlah berdiri, pinto hendak bicara sedikit!"

Tan Hong bangun berdiri di depan tosu itu dengan menundukkan kepala sebagai penghormatan.

"Gin kiam Gito, benarkah bahwa kau telah berlaku sewenang-wenang, mengkhianati kaum liok-lim dan melukai cucu muridku si Ang Houw ini? Jawablah yang betul, karena aku sangat benci kepada semua kebohongan!"

Tan Hong terkejut dan maklum bahwa ini tentu gara- gara Ang Houw yang tak disangkanya masih cucu murid tosu luar biasa ini sendiri dan ia teringat bahwa dulu Ang Houw akan mengancam hendak melaporkannya kepada pangcu atau ketua dari kalangan liok-lim, yakni Kim Liong Hoatsu! Akan tetapi, sedikitpun pemuda ini tidak memperlihatkan sikap takut-takut.

"Locianpwe, memang teecu pernah mengalahkan saudara Ang Houw ini dalam sebuah pertempuran. Ketika itu para piauwsu minta pertolongan kepada teecu bertiga dan oleh karena teecu yang tadinya hendak mendamaikan urusan itu mendengar pula bahwa anak buah saudara Ang Houw ini mengganggu rakyat jelata, maka teecu berusaha memperingatkannya, akan tetapi hal ini ditolak oleh saudara Ang Houw sehingga kami lalu bertempur. Inilah hal yang sebenarnya terjadi, locianpwe!"

"Kau pandai sekali memutarbalikkan duduknya perkara!" Tiba-tiba Ang Houw membentak dengan galaknya. "Aku bersumpah tak pernah mengganggu rakyat dusun!"

"Tak perlu kita ribut mulut saudara Ang Houw, biarlah locianpwe yang memutuskan. Aku percaya penuh akan kebijaksanaannya." jawab Tan Hong dengan suara tenang.

Sementara itu, semua tamu dan juga Cin Cin Tojin dan Lo Cin Ki, tidak berani mencampuri urusan ini, karena mereka takut kepada kakek yang luar biasa ini.

"Hm, hm, anak muda. Agaknya karena telah memiliki sedikit kepandaian dan mempunyai julukan yang dianggap orang budiman, kau lalu menjadi sombong dan hendak memperlihatkan kepandaianmu di kalangan liok-lim, begitukah?" Suara Kim Liong Hoatsu terdengar mengandung teguran dan ancaman yang menakutkan.

Tiba-tiba Ong Kai maju berlutut, "Suhu, hal ini sama sekali keliru! Tansuheng ini benar-benar pembela keadilan dan perikebajikan dan teecu yang pada waktu itu juga ikut bertempur melawan kawan-kawan Ong taiong ini, berani bersumpah sebagai saksi bahwa Tan suheng sama sekali tidak mengandung maksud untuk menyombong. Semua kesalahan datang dari pihak Ong taiong ini!"

Kata-kata ini diucapkan oleh Ong Kai dengan lantang dan berani dan Kim Liong Hoatsu menganggukkan kepala, "Hm, kau memiliki pribudi dan secara setia kawan, muka hitam, akan tetapi kau masih terlalu muda untuk dapat mengetahui isi hati seseorang!"

Pada saat yang menegangkan itu, tiba-tiba terdengar suara, "Eh, eh, kakek ubanan, kalau menjadi hakim harus yang adil!"

Belum habis gema suara ini, tahu-tahu orangnya telah nampak di hadapan Kim Liong Hoatsu. Orang ini tak lain adalah Lui Song si Raja Pengemis!

Kim Liong Hoatsu tersenyum dingin ketika ia berkata, "Hah! Jembel tua. Lagi-lagi kau datang menggangguku, akan tetapi kali ini aku minta kepadamu dengan baik supaya kau ke pinggir dan jangan mencampuri urusan orang!"

Lui Song maklum bahwa kali ini tosu itu benar-benar marah dan mungkin kalau ia berkeras akan terjadi hal yang tak menyenangkan, akan tetapi ia harus berdiri di pihak yang benar.

"Kim Liong Hoatsu! Kau terkenal sebagai Pangcu dari golongan liok-lim, mengapa kau tidak tahu akan sepak terjang Gin-kiam Gi-to? Aha! Oleh karena orang she Ang yang berwajah pucat ketakutan ini menjadi cucu muridmu, kau telah menjadi berat sebelah!"

"Lui Song! Sekali lagi kuminta kepadamu supaya minggir dan jangan ikut campur. Tunggulah sampai aku memberi hukuman yang setimpal kepada yang bersalah, baru nanti aku akan melayanimu bermain catur lagi!"

"Ha, ha, kakek ubanan! Kalau sekali kau turun tangan, apakah ada obatnya lagi? Kalau kau turunkan tangan yang betul, itu tidak apa dan aku pengemis jembel tidak berkeberatan, akan tetapi kalau kau sampai salah tangan, tidak saja aku yang ikut gemas, bahkan kau sendiri akan menyesal!"

"Jembel tua! Sekali lagi dan untuk penghabisan kali, minggirlah!" ucapan Kim Liong Hoatsu mengandung ancaman hebat

"Tidak, kalau pendirianmu masih seperti tadi!" jawab Lui Song dengan kata-kata yang sama kerasnya!

Posting Komentar