Halo!

Kisah Si Bangau Merah Chapter 05

Memuat...

"Yo Han, aku tadi telah melihat betapa engkau dapat menghindarkan ancaman maut ketika engkau menangkap leher ular yang mematukmu dengan cepat. Ular hijau berbisa, mematukmu secara tiba-tiba dan engkau mampu menangkapnya. Gerakan apa itu kalau bukan gerakan silat?"

"Ahhh....? Itukah yang Suhu maksudkan? Ular itu tadi? Teecu juga tidak tahu sama sekali bahwa teecu diserang ular, dan teecu juga tidak menggerakkan tangan teecu. Tangan itu yang bergerak sendiri menangkap ular, Suhu."

Sin Hong mengerutkan alisnya, hatinya bimbang. Kalau orang lain yang bicara demikian, tentu akan dihardiknya dan dikatakan bohong. Akan tetapi, sukar membayangkan bahwa Yo Han membohong!

"Engkau tidak mempelajari ilmu silat lain kecuali yang kami ajarkan?"

Sin Hong menatap tajam wajah Yo Han, dan anak itu membalas tatapan mata gurunya dengan tenang. Dia tidak menjawab, melainkan menggeleng kepala. Gelengan kepala yang amat mantap dan jelas menyatakan penyangkalannya.

"Engkau tidak mempunyai seorang guru silat lain kecuali kami?"

Kembali Yo Han tidak menjawab, hanya menggeleng kepala.

"Lalu.... gerakan tangan menangkap ular tadi?"

"Bukan teecu yang menggerakkan, maksud teecu"

Teecu tidak sengaja dan tangan itu bergerak sendiri."

"Ahhh....!"

Ingin dia menghardik dan mengatakan bohong, akan tetapi sikap anak itu demikian meyakinkan.

"Coba.... kau ulangi gerakan tanganmu ketika menangkap leher ular itu, Yo Han. Anggap saja lengan tanganku ini ular itu tadi."

Dan Sin Hong menggerakkan tangannya seperti ular mematuk. Akan tetapi Yo Han hanya menggeleng kepalanya.

"Teecu tidak dapat, Suhu. Sama sekali teecu tidak ingat lagi, karena ketika tangan teecu bergerak, teecu sama sekali tidak memperhatikan dan tahu-tahu ular itu telah tertangkap oleh tangan teecu."

"Hemmmm....!"

Sin Hong mengamati wajah muridnya dengan pandang mata tajam menyelidik. Namun muridnya itu tidak berbohong!

"Pernahkah engkau mengalami hal-hal sepertl itu? Ada gerakan yang tidak kau sadari dan yang membantumu?"

Di luar dugaan Sin Hong, anak itu mengangguk! Tentu saja Sin Hong menjadi tertarik sekali.

"Eh? Apa saja? Coba kau ceritakan kepadaku, Yo Han,"

"Seringkali teecu merasa terbimbing, tahu-tahu sudah bisa saja. Misalnya kalau membaca kitab, menghafal dan sebagainya. Kalau teecu merasa kesukaran lalu menghentikan semua usaha, bahkan tertidur, begitu bangun teecu sudah bisa! Padahal sebelumnya teecu mengalami kesulitan besar."

"Kau merasa seperti.... seperti ada sesuatu yang membimbingmu, melindungimu?"

Yo Han mengangguk perlahan, alisnya berkerut karena dia sendiri tidak tahu dengan jelas.

"Kira-kira begitulah, Suhu. Teecu hanya dapat bersukur dan berterima kasih kepada Tuhan."

Sin Hong mengerutkan alisnya, pikirannya diputar.

Kalau anak ini memiliki sin-kang, yaitu hawa murni yang membangkitkan tenaga sakti, dia tidak merasa heran karena tenaga sakti itu juga melindungi tubuh, walaupun perlindungan itu bangkit kalau dikehendaki. Akan tetapi, tenaga mujijat yang melindungi Yo Han ini lain lagi. Lebih dahsyat, lebih hebat karena bergerak atau bekerja justeru kalau tidak ada kehendak! Semacam nalurikah? Atau kekuasaan Tuhan yang ada pada setiap apa saja di dunia ini, terutama dalam diri manusia dan pada diri Yo Han kekuasaan itu bekerja dengan sepenuhnya? Dia tidak tahu, juga Yo Han tidak tahu! Bagaimanapun juga, dia tahu bahwa muridnya ini mendapatkan berkah yang luar biasa dari Tuhan Yang Maha Kuasa, maka diam-diam dia memandang muridnya dengan hati penuh kagum dan juga segan.

Seorang manusia, biarpun masih bocah, yang menerima anugerah sedemikian besarnya dari Tuhan patut dikagumi dan disegani. Pantas saja kadang-kadang anak ini mengeluarkan kata-kata yang sesungguhnya terlampau tinggi bagi seorang kanak-kanak. Kiranya kalau sedang demikian itu, yang bekerja di dalam dirinya bukan lagi hati dan akal pikirnya yang dikemudikan nafsu badan!, melainkan badan, hati dan akal pikiran yang digerakkan oleh kekuasaan Tuhan! Ada pula pikiran lain menyelinap dalam benaknya. Apakah bimbingan gaib yang dirasakan Yo Han itu datang dari.... roh ayah dan ibunya? Dia tidak dapat menjawab. Apa pun dapat saja terjadi pada seorang anak yang telah dapat mencapai tingkat seperti itu, kebersihan batin dari kekerasan! Sin Hong tidak mau mengganggu muridnya membentuk boneka yang sedang dibuatnya. Di sini pun dia dibuat tertegun.

Pernah dia melihat ahli-ahli pembuat patung di kota raja, baik ahli-ahli memahat patung, maupun juga ahli pembuat patung dari tanah liat. Mereka adalah orang-orang yang sudah belajar kesenian itu selama bertahun-tahun, di bawah pimpinan guru-guru yang ahli. Keahlian mereka itu setidaknya masih terpengaruh oleh ilmu pengetahuan, oleh latihan dan belajar. Akan tetapi, Yo Han tidak pernah mempelajari seni membuat patung. Dan lihat! Jari-jari tangan itu demikian trampil, demikian cekatan dan pembentukan patung itu seolah-olah tidak disengaja. Akan tetapi dia mulai melihat bentuk muka puterinya, Sian Li, pada patung boneka tanah liat itu! Diam-diam dia bergidik. Bocah macam apakah muridnya ini? Sungguh tidak wajar, tidak umum! Dia pun meninggalkan muridnya dengan perasaan yang bercampur aduk.

Ada kagum, ada heran, ada pula ngeri! Setibanya di rumah, dia menceritakan apa yang didengarnya dari jawaban Yo Han, juga tentang pembuatan patung boneka, kepada isterinya yang mendengarkan dengan alis berkerut. Akan tetapi Kao Hong Li diam saja, walaupun hatinya merasa gelisah pula. Gelisah mengingat akan puterinya, karena hubungan puterinya dengan Yo Han amat dekatnya. Puterinya amat sayang kepada Yo Han, dan ibu ini khawatir kalau-kalau kelak anaknya akan meniru segala kelakuan Yo Han yang aneh-aneh dan tidak wajar. Ketika hari ulang tahun ke empat dari Tan Sian Li tiba, ulang tahun itu dirayakan dengan sederhana. Hanya keluarga dari empat orang itu, Tan Sin Hong dan Kao Hong Li, murid dan puteri mereka Yo Han dan Tan Sian Li, ditambah dengan tiga orang pembantu rumah tangga yang merayakan pesta kecil yang mereka adakan.

Ketika Yo Han menyerahkan hadiahnya yang dibungkus rapi, Tan Sian Li bersorak gembira. Apalagi ketika bungkusan itu dibuka dan isinya sebuah patung tanah liat yang indah, anak kecil itu tertawa-tawa gembira. Ia tidak tahu betapa ayah ibunya, juga tiga orang pembantu rumah tangga itu, menjadi bengong melihat sebuah patung tanah liat yang merupakan seorang anak perempuan kecil dengan wajah presis Tan Sian Li! Demikian halus buatan patung itu sehingga, nampak seperti hidup saja! Suami isteri itu saling pandang dan kembali Kao Hong Li merasa tidak enak sekali. Makin jelas buktinya bahwa Yo Han bukan orang biasa, bukan anak biasa. Mana mungkin ada anak berusia dua belas tahun yang tidak pernah mempelajari seni membuat patung dapat membuat patung sedemikian indahnya, dan mirip sekali dengan wajah Sian Li?

Diam-diam ia bergidik ngeri, seperti juga suaminya, Akan tetapi tiga orang pembantu rumah tangga itu memuji-muji penuh kagum. Selain patung kanak-kanak itu, yang membuat Sian Li gembira sekali adalah pakaian yang dipakainya, hadiah dari ibunya. Pakaian yang serba merah! Dasarnya merah muda, kembang-kembangnya merah tua. Indah sekali. Memberi pakaian serba merah kepada anak yang dirayakan ulang tahunnya, merupakan hal yang wajar dan lajim. Namun, tidak demikian halnya dengan Sian Li. Semenjak ia menerima hadiah pakaian serba merah itu, sejak dipakainya pakaian merah itu, ia tidak membiarkan lagi pakaian itu dilepas! Ia tidak mau memakai pakaian lain yang tidak berwarna merah! Ketika dipaksa, ia menangis terus, dan baru tangisnya terhenti kalau Yo Han menggendongnya, akan tetapi ia masih merengek.

"Baju merah.... huuu, baju merah....!"

Tan Sin Hong dan Kao Hong Li menjadi bingung. Anak mereka itu memang agak manja dan kalau sudah menangis sukar dihentikan, kecuali oleh Yo Han. Kini, biarpun tidak menangis setelah dipondong Yo Han, tetap saja merengek minta pakaian merah!

"Suhu dan Subo, kasihanilah Adik Sian Li. Beri ia pakaian merah, karena warna itulah yang menjadi warna pilihan dan kesukaannya. Dalam pakaian merah, baru akan merasa tenang, tenteram dan senang! Tadi ketika Subo memberinya pakaian serba merah, ketika ia memakainya, ia merasakan kesenangan yang luar biasa, maka kini ia tidak mau lagi diberi pakaian yang tidak berwarna merah."

Suami isteri itu saling pandang. Karena mereka tahu bahwa ucapan Yo Han itu bukan ucapan anak-anak begitu saja, mempunyai makna yang lebih mendalam, maka mereka lalu terpaksa membelikan pakaian-pakaian serba merah untuk Sian Li. Dan benar saja. Begitu ia memakai pakaian merah, ia nampak gembira dan bahagia sekali!

Dan sejak hari itu, Sian Li tidak pernah lagi memakai pakaian yang tidak berwarna merah? Malam itu kembali hujan lebat. Hawa udara amat dinginnya. Sian Li sudah tidur nyenyak dan suasana sunyi bukan main. Tan Sin Hong dan isterinya, Kao Hong Li, masih belum tidur. Lilin di atas meja kamar mereka masih menyala dan mereka masih bercakap-cakap, Hong Li duduk di atas pembaringan dan suaminya duduk di atas kursi dalam kamar itu. Mereka biasanya bersikap hati-hati, apalagi malam itu mereka membicarakan tentang murid mereka, Yo Han. Akan tetapi, karena murid mereka sudah masuk kamar, biarpun andaikata belum pulas juga tidak mungkin dapat mendengarkan percakapan mereka. Hujan di luar kamar amat derasnya. Takkan ada orang lain yang mendengarkan percakapan mereka dari luar kamar.

"Bagaimanapun juga, aku merasa tidak enak sekali,"

Kata Hong Li setelah beberapa lamanya mereka berdiam diri.

"Sian Li demikian dekat dengan dia. Sukar untuk mencegah anak kita itu tidak mengikuti jejak Yo Han. Tidak mungkin pula kita menjauhkan anak kita dari Yo Han karena Sian Li sudah menjadi manja sekali dan paling suka kalau bermain-main dengan Yo Han. Bagaimana jadinya kalau anak kita itu kelak tidak mau belajar ilmu silat, dan mengikuti jejak Yo Han menjadi anak.... aneh, anak ajaib tidak seperti manusia! Ih, aku merasa ngeri membayangkan anak kita kelak menjadi seperti Yo Han!"

"Hemm, tentu saja aku pun menginginkan anak kita menjadi seorang manusia biasa, dan terutama menjadi seorang pendekar wanita seperti engkau, ibunya. Akan tetapi bagaimana caranya untuk menjauhkannya dari Yo Han?"

Kata Sin Hong.

"Tidak ada cara lain kecuali memisahkan mereka!"

Kata Hong Li.

"Memisahkan?"

Sin Hong berkata dengan suara mengandung kekagetan.

"Akan tetapi, bagaimana? Yo Han adalah seorang yatim piatu yang tidak mempunyai sanak keluarga lagi, dan dia juga murid kita!"

Dukungan & Donasi

Bantu kami terus update dengan memberi dukungan melalui:

BCA 7891767327
Trakteer
Post a Comment