Kisah Si Bangau Merah Chapter 04

NIC

Terlalu jauh baginya untuk dapat menolong dan menyelamatkan muridnya, juga gerakan ular itu terlalu cepat. Dia sudah membayangkan betapa leher itu akan dipatuk ular. Bukan ular biasa, melainkan ular hijau yang racunnya amat jahat! Akan tetapi apa yang dilihatnya? Yo Han telah dapat menangkap leher ular, hanya sedikit selisihnya karena moncong ular itu tinggal sejengkal lagi dari leher Yo Han! Dia sendiri, kalau diserang ular secara tiba-tiba seperti itu, masih meragukan apakah berani menghindarkan diri dengan cara menangkap leher ular itu! Perbuatan ini amat berbahaya karena sekali meleset dan leher terpatuk ular beracun itu, amat hebat akibatnya. Kalau kaki yang terpatuk ular, masih banyak harapan untuk diobati, akan tetapi leher demikian dekat dengan kepala dan jantung.

Dia hanya terbelalak memandang dan semakin bengonglah dia ketika melihat apa yang terjadi. Yo Han sendiri terbelalak ketika melihat bahwa yang ditangkap tangannya itu adalah seekor ular hilau yang dia tahu beracun! Dia merasa heran karena sungguh dia tidak menyadari, apa yang dilakukan tangannya tadi, seolah-olah tangan itu bergerak sendiri dengan amat cepatnya menangkap leher ular! Akan tetapi, dia memang seorang anak yang memiliki keberanian luar biasa. Setelah kini dia melihat kepala ular itu, dengan mata yang nampaknya begitu putus asa dan ketakutan, lidah yang terjulur keluar masuk, tubuh yang menggeliat-geliat melibat lengannya tanpa daya karena dia merasa betapa lengannya diisi tenaga yang membuat lengannya itu seperti berubah menjadi baja, timbul perasaan kasihan di dalam hatinya.

"Ular hijau, kenapa engkau hendak mematukku? Kalau seandainya aku menyentuh atau menginjak tanpa kusengaja, sepatutnya engkau memaafkan aku. Engkau yang sengaja hendak mematukku pun dapat kumaafkan. Kita sepatutnya bermaaf-maafan setelah sama-sama diciptakan hidup di dunia ini. Bukankah begitu, ular hijau?"

Sin Hong terbelalak, tak pernah berkedip ketika melihat betapa kini ekor ular yang tadi membelit-belit lengan muridnya itu melepaskan belitannya, dan melihat betapa Yo Han dengan lembut melepaskan leher yang ditangkap tangannya itu, membiarkan ular itu ke atas tanah. Dan ular itu sama sekali tidak nampak buas lagi, tidak menyerang! Juga tidak melarikan diri ketakutan. Ular itu kini perlahan-lahan menghampiri Yo Han yang sudah duduk di atas akar, mengelilingi anak itu, perlahan-lahan, kadang-kadang mendekat dan menyentuh kaki Yo Han dengan tubuhnya, seperti tingkah seekor kucing yang manja mengusapkan tubuhnya ke kaki majikannya. Dan Yo Han sudah tidak mempedulikan ular itu lagi, melainkan asyik dengan pekerjaannya.

Kedua tangannya bekerja dengan cekatan, meremas-remas tanah liat itu sehingga menjadi lunak dan liat, dan mulai membentuk patung yang hendak dibuatnya. Sampai beberapa lamanya, ular hijau itu bergerak di sekitar Yo Han mengusap-kan tubuhnya ke kaki anak itu, kadang menggunakan lidahnya menjilat, Yo Han yang tenggelam ke dalam pekerjaannya seperti sudah melupakan binatang itu dan akhirnya, ular itu pun pergi dengan tenang. Beberapa kali, dalam pengintaian itu Sin Hong menelan ludah. Dia merasa seperti dalam mimpi. Yo Han demikian mudahnya menangkap leher ular yang sedang menyerangnya, ular beracun yang terkenal ganas. Kemudian, lebih aneh lagi, dengan ucapan dan sikapnya, dia mampu membuat seekor ular berbisa yang ganas berubah menjadi seekor binatang yang jinak dan manja seperti kucing.

Apa artinya semua ini? Tentu saja Sin Hong menjadi penasaran bukan main. Dia adalah guru anak itu. Dan semenjak berusia tujuh tahun, Yo Han selalu ikut dengan dia. Akan tetapi bagaimana sampai saat ini dia sama sekali tidak mengenal muridnya itu? Tidak tahu akan keadaan muridnya yang aneh? Muridnya itu tidak pernah mau melatih ilmu silat yang diajarkan, akan tetapi kini buktinya, anak itu sedemikian lihainya! Kapan belajarnya? Dari siapa? Gerakan tangan ketika menangkap ular berbisa tadi tidak dikenalnya. Mirip dengan jurus Bangau Putih Mematuk Ular. Akan tetapi hanya mirip. Jauh bedanya. Jurus dari ilmu silatnya Pek-ho Sin-kun itu menggunakan jari tangan untuk mencengkeram tubuh ular dan memang yang dimaksud lehernya dan dalam ilmu silat menghadapi manusia dipergunakan untuk menangkap lengan lawan yang menyerang.

Akan tetapi gerakan Yo Han tadi begitu cepat akan tetapi begitu lembut sehingga ketika leher ular tertangkap, ular itu tidak mampu melepaskan diri, akan tetapi juga tidak tersiksa dan tidak luka. Gerakan apa itu? Dan sikapnya kemudian terhadap ular berbisa itu, sungguh tidak dimengertinya! Kenapa Yo Han bersikap seaneh itu dan bagaimana pula ular itu berubah menjadi sejinak itu? Apakah artinya semua itu? Ilmu apakah yang dikuasai Yo Han? Sin Hong adalah seorang pendekar yang gagah dan jujur, tentu saja tidak suka akan hal-hal yang dirahasiakan, tidak suka akan kepura-puraan. Di depannya, Yo Han tidak pernah berlatih silat, sehingga dia dan isterinya menganggap dia lemah dan tidak dapat bersilat.

Akan tetapi apa kenyataannya sekarang? Serangan ular tadi amat cepat dan berbahaya. Hanya seorang ahli silat tingkat tinggi saja yang mampu menghindarkan bahaya maut itu dengan menangkap leher ular yang sedang menyerang dalam jarak sedemikian dekatnya. Dan Yo Han mampu melakukannya. Ini membukti-kan bahwa anak itu sama sekali bukan lemah, hanya berlagak lemah saja. Apakah diam-diam dia telah mempelajari dan melatih ilmu silat lain? Atau mempunyai seorang guru lain? Dia harus membongkar semua rahasia ini, tidak mau dipermainkan lagi. Sekali melompat, Sin Hong sudah berada di dekat Yo Han. Anehnya, anak itu sama sekali tidak kelihatan kaget atau gugup, dan kini teringatlah Sin Hong bahwa muridnya itu memang tidak pernah gugup apalagi kaget atau takut. Selalu tenang saja seperti air telaga yang dalam.

"Suhu....!"

Kata Yo Han memberi hormat dengan membungkuk karena kedua tangannya berlepotan lumpur tanah liat. Sejak tadi Sin Hong mengamati, wajah Yo Han, kini melihat wajah muridnya itu biasa-biasa dan wajar saja, dia melirik ke arah bongkahan tanah liat di tangan anak itu dan dia terkejut, juga kagum. Dalam waktu singkat itu, jari-jari tangan anak itu telah mampu membentuk sebuah boneka anak-anak yang ukurannya demikian sempurna. Kepala, kaki, tangan sudah terbentuk dan demikian serasi. Hanya wajah kepala itu yang belum dibuat.

"Suhu, ada apakah Suhu mencari teecu?"

Tanya Yo Han. Suara dan sikap yang amat wajar itu membuat Sin Hong menjadi bingung dan tak tahu harus berbuat apa.

"Apa yang kau bikin itu?"

Akhirnya dia bertanya.

"Boneka tanah, Suhu, hadiah teecu untuk adik Sian Li,"

Kata Yo Han. Keharuan menyelinap di hati Sin Hong, Juga sedikit iri hati. Tidak ada hadiah yang lebih indah dan memuaskan hati melebihi benda buatan tangan sendiri.

Kalau saja dia mampu membuat boneka tanah seindah yang sedang dibuat Yo Han, dia pun akan senang membuatkan sebuah untuk puterinya! Akan tetapi, renungan Sin Hong buyar seketika karena dia teringat lagi akan ular tadi. Suatu kesempatan yang amat baik untuk menguji muridnya, untuk mengetahui rahasia yang menyelimuti diri muridnya. Tiba-tiba saja, dengan tenaga terukur, kecepatan yang hampir menyamai kecepatan gerakan ular tadi, tangannya meluncur dan jari tangannya menotok ke arah leher muridnya, seperti ular yang mematuk tadi, dari arah yang sama pula dengan gerakan ular tadi. Gerakannya ini pun tiba-tiba selagi Yo Han tidak mengira, kiranya presis seperti keadaannya ketika diserang ular hijau tadi. Dan satu-satunya gerakan yang dilakukan Yo Han adalah gerak refleks atau reaksi yang umum.

Dia terkejut dan menarik kepalanya sedikit ke belakang. Tentu saja serangan itu akan dapat mengenai leher Yo Han kalau Sin Hong menghendaki. Sin Hong merasa kecelik. Kenapa Yo Han sama sekali tidak menangkis atau mengelak, sama sekali tidak ada gerakan seorang ahli silat yang mahir? Kalau dia bersikap seperti itu tadi ketika dipatuk ular, tentu dia sudah celaka, mungkin sekarang sudah tewas oleh racun ular! Ataukah Yo Han sudah tahu bahwa dia diuji dan sengaja tidak mau menangkis atau mengelak untuk mengelabuhi gurunya? Ah, tidak mungkin! Seorang ahli silat tinggi memang dapat menangkap gerakan serangan dengan cepat, akan tetapi tidak mungkin dapat menduga secepat itu. Serangannya tadi terlalu cepat untuk diterima dan dirancang pikiran. Jadi jelas bahwa muridnya ini memang tidak tahu ilmu silat sama sekali. Akan tetapi ular tadi?

"Apakah maksud gerakan Suhu tadi?"

Tanya Yo Han dengan sikap masih tetap tenang seolah tidak terjadi sesuatu. Kekagetannya ketika diserang tadi pun hanya merupakan reaksi saja, bukan kaget lalu disusul rasa takut. Ini saja sudah amat mengagumkan hati Sin Hong.

"Yo Han, engkau ini muridku, bukan?"

Tiba-tiba Sin Hong bertanya dan dia pun duduk di atas akar pohon, di sebelah Yo Han. Anak itu menoleh dan memandang wajah suhunya dengan sinar mata mengandung penuh pertanyaan.

"Tentu saja, kenapa Suhu bertanya?"

"Dan sejak lima tahun yang lalu, sejak engkau kehilangan orang tuamu, engkau hidup dengan aku, bukan?"

Sepasang mata anak itu bertemu dengan pandang mata Sin Hong dan pendekar ini merasa seolah sinar mata anak itu menembus dan menjenguk isi hatinya! Dia tahu bahwa muridnya memiliki mata yang tajam dan lembut, akan tetapi baru sekarang dia merasa betapa sinar mata itu seperti menjenguk ke dalam lubuk hatinya.

"Teecu tahu dan teecu selalu ingat akan kebaikan Suhu dan Subo. Selama hidup, teecu akan ingat kebaikan itu, Suhu, dan Suhu bersama Subo, bagi teecu bukan hanya guru, akan tetapi juga pengganti orang tua teecu."

Sin Hong terheran. Anak ini luar biasa, karena memang itulah yang dipikirkannya tadi. Dia merasa penasaran karena anak itu dianggapnya seperti anak sendiri, namun menyimpan rahasia dirinya dan masih berpura-pura lagi!

"Nah, karena itu, Yo Han. Hubungan antara murid dan guru, atau antara anak dan orang tua, sebaiknya tidak menyimpan rahasia, bukan?"

"Memang benar, Suhu. Apakah Suhu mengira teecu menyimpan rahasia? Kiraan itu tidak benar, Suhu. Teecu tidak pernah menyimpan rahasia terhadap Suhu atau Subo."

Anak seperti ini tidak mungkin dibohongi, pikir Sin Hong kaget. Lebih baik berterus terang.

"Yo Han, memang terus terang saja, aku dan subomu merasa heran melihat sikap dan pendirianmu. Engkau menjadi murid kami akan tetapi tidak mau berlatih silat. Lalu apa artinya kami menjadi guru-mu?"

"Bukan hanya ilmu silat yang telah diajarkan Suhu dan Subo kepada teecu. Teecu menerima pelajaran sifat yang gagah berani, adil dan menjauhi perbuatan jahat dari Suhu dan Subo, juga selama ini banyak yang telah teecu pelajari. Sastra, seni, dan banyak lagi. Terima kasih atas semua bimbingan itu, Suhu."

"Engkau benar-benar tidak dapat bermain silat sama sekali, Yo Han?"

Pertanyaan ini tiba-tiba saja karena Sin Hong memang bermaksud hendak bertanya secara terbuka. Yo Han menggeleng kepala, sikapnya tenang saja dan wajahnya tidak membayangkan kebohongan.

Posting Komentar