Kisah Si Bangau Merah Chapter 03

NIC

Berseri wajah Yo Han. Memang kedua orang gurunya tidak pernah menyuruh dia bekerja, akan tetapi dia sendiri yang merasa tidak enak kalau harus menganggur. Selalu ada saja yang dia kerjakan. Kini, gurunya memberi dia kesempatan sepenuhnya untuk membuatkan hadiah untuk Sian Li.

"Baik, terima kasih, Suhu. Sekarang pun teecu hendak mulai membuatkan hadiah itu!"

Dan dia pun pergi meninggalkan kebun itu, menuju ke sungai kecil yang mengalir di sebelah selatan rumah itu. Setelah Yo Han pergi, baru Sin Hong bicara dengan isterinya.

"Sudahlah, kalau dia tidak mau berlatih silat, kita tidak perlu memaksanya. Kita sudah mengajarkan ilmu-ilmu kita yang paling baik, dan dia sudah menghafalkan semua teorinya. Tinggal terserah kepada dia sendiri hendak melatihnya atau tidak."

"Akan tetapi, dia adalah murid kita. Kalau kelak dunia persilatan tahu bahwa dia murid kita akan tetapi lemah dan tidak pandai memainkan ilmu silat, bukankah kita yang menjadi bahan tertawaan?"

Sin Hong menggeleng kepala.

"Belum tentu demikian. Aku melihat bahwa dia bukan anak sembarangan. Dia pemberani dan tabah, juga amat cerdik. Dan dia mempunyai kasih sayang kepada sesamanya. Lihat saja. Dia tidak pernah menjadi jagoan, akan tetapi semua anak di kota ini mengenalnya dan bersikap amat baik kepadanya. Dia disukai dan disegani, bukan saja oleh anak-anak, juga orang-orang tua tetangga kita selalu memuji-nya karena sikapnya yang sopan dan baik budi."

"Bagaimanapun juga, aku khawatir kalau terjadi serangan orang jahat terhadap dirinya...."

"Tidak perlu khawatir, Li-moi. Biarkan saja dia tumbuh sewajarnya, menurut apa yang disukainya dan kita lihat saja. Yang penting, dia tidak melakukan sesuatu yang menyimpang dari kebenaran, Dan dia amat sayang kepada Sian Li."

Hong Li mengangguk.

"Memang, Sian Li Juga amat sayang kepadanya. Justeru inilah yang kadang merisaukan hatiku."

"Eh? Engkau risau karena anak kita menyayangi Yo Han?"

"Yo Han bagaikan kakak bagi Sian Li dan kelak, tentu Sian Li akan mencontoh segala prilaku Yo Han. Kalau Yo Han membenci ilmu silat, menganggapnya jahat, bagaimana kelau dia mempengaruhi Sian Li dan anak kita juga tidak suka berlatih silat?"

Sin Hong mengangguk-angguk.

"Aku akan bicara dengan Yo Han tentang itu dan minta agar dia jangan menanam-kan pendapatnya itu kepada Sian Li, bahkan agar dia membujuk Sian Li agar suka mempelajari dan berlatih ilmu silat."

Mendengar ucapan suaminya itu, baru legalah rasa hati Hong Li.

"Sungguh seorang anak yang aneh sekali Yo Han itu,"

Katanya menarik napas panjang. Ia sendiri amat suka kepada Yo Han. Siapa yang takkan suka kepada anak yang pandai membawa diri dan rajin itu? Wajahnya tidak pernah muram, terang dan amat ramah, juga berhati lembut. Memang tidak berlebihan kalau wanita pendekar itu mengatakan bahwa Yo Han adalah seorang anak yang aneh sekali. Memang nampaknya saja Yo Han seorang anak biasa yang tiada bedanya dengan anak-anak lainnya. Akan tetapi memang terdapat sesuatu yang luar biasa pada diri anak ini, yang membuat Kao Hong Li dan juga suaminya mengetahui bahwa Yo Han bukanlah anak biasa.

Sikapnya demikian dewasa, pandangannya luas dan kadang-kadang aneh dan tidak pantas dimiliki seorang anak berusia dua belas tahun. Wajahnya memang tampan, akan tetapi itu pun tidak aneh. Dan wataknya sederhana. Pakaian pun amat sederhana walaupun selalu bersih dan rapi. Biarpun kedua orang gurunya amat sayang kepadanya dan selalu berusaha agar dia senang dan tidak kekurangan sesuatu, namun Yo Han tidak pernah minta apa-apa, hanya menerima saja apa pun yang diberikan kepadanya tanpa memilih. Yang membuat suami isteri itu seringkali kagum adalah kecerdikannya. Dia seolah mampu membaca pikiran orang! Terutama sekali dalam pelajaran sastra, anak itu sangat menonjol kecerdasannya. Dalam usia dua belas tahun, dia sudah mampu membaca kitab-kitab yang berat-berat, bukan saja kitab-kitab sejarah juga kitab-kitab agama dan filsafat.

Hafal sudah olehnya kitab-kitab Su-si Ngo-keng, dan andaikata dia mau, dalam usia dua belas tahun itu bukan tidak mungkin dia akan lulus dalam ujian kenegaraan bagi para siu-cai (semacam gelar sarjana). Tan Sin Hong sendiri seorang yang suka membaca dan dia memiliki kumpulan kitab-kitab kuno di dalam kamar perpustakaan-nya. Sama sekali tidak pernah disangkanya bahwa kalau sedang membersihkan kamar itu, Yo Han tenggelam ke dalam kitab-kitab itu, membaca kitab-kitab yang kadang masih terasa sukar bagi Sin Hong sendiri! Banyak hal yang dibacanya, baik dalam kitab sejarah maupun kitab keagamaan, yang mempengaruhi batin Yo Han yang aneh, yang membuat dla ngeri menghadapi kekerasan, membuat dia merasa ngeri melihat kenyataan betapa kehidupan manusia bergelimang kekerasan.

Di samping itu, ada sesuatu yang amat luar biasa pada diri Yo Han, yang seringkali membuat dia sendiri merasa heran. Dia seakan-akan ada kekuatan yang melindunginya, kekuatan yang kadang-kadang bekerja di dalam dan di luar dirinya, bekerja di luar kehendaknya, bahkan di luar pengertiannya. Suatu tenaga mujijat, suatu kekuatan yang bekerja di luar hati dan akal pikirannya. Hal ini tadinya tidak diketahuinya. Akan tetapi karena beberapa kali terjadi hal yang tadinya dianggap suatu "kebetulan"

Saja, mulailah dia menyadari, bahwa hal itu bukanlah suatu kebetulan belaka. Mula-mula keanehan itu terjadi ketika dia membaca sebuah kitab agama kuno yang terisi dongeng-dongeng yang mengandung makna-makna terpendam. Amat sukar dimengerti oleh orang dewasa yang sudah banyak membaca kitab agama sekalipun.

Yo Han menemukan kitab ini dalam kamar perpustakaan suhunya. Dia membacanya dan segera menemui kesulitan. Banyak huruf kuno yang tak dikenalnya, dan lebih banyak pula kalimat yang tidak dimengerti maknanya. Karena dia memang seorang kutu buku, dia tidak putus asa dan terus membaca. Makin dia berusaha untuk mengerti isi kitab, makin sukarlah baginya dan makin bingung dan ruwetlah pikirannya. Akhirnya, karena kelelahan, bukan karena jengkel, dia pun tertidur. Tidur sambil duduk dan kitab itu masih terbuka di atas meja di depannya. Ketika setengah jam kemudian dia terbangun, dia melihat lagi kitab itu dan.... dia dapat membaca dengan lancar, bahkan dapat mengerti apa arti isi kitab itu. Hal yang tadinya dianggap sukar, setelah dia bangun tidur, menjadi mudah, yang gelap menjadi terang.

Hal itu terjadi dengan sendirinya, bukan hasil pemerasan pikiran, seperti secara wajar dan otomatis saja. Demikianlah, banyak hal seperti itu terjadi selama kurang lebih dua tahun ini dan Yo Han mulai mengerti bahwa kekuatan mujijat itu terjadi kalau dia pasrah kepada Tuhan, kalau dia tidak mempergunakan daya hati dan akal pikirannya. Seperti telah diatur saja oleh tenaga mujijat. Setelah gurunya memberi ijin kepadanya untuk segera membuatkan hadiah untuk Sian Li, Yo Han segera pergi ke sungai yang letaknya kurang lebih satu li saja dari rumah gurunya. Dia tahu bahwa bahan yang dibutuhkannya untuk membuat hadiah itu berada di tepi sungai. Bahan itu hanya tanah liat, lain tidak! Dia ingin membuatkan patung kecil atau boneka dari tanah liat, buatan tangannya sendiri, untuk Sian Li! Dia tahu bahwa dia dapat membuat sebuah boneka yang indah dari tanah, liat.

Sudah sering dia bermain-main dengan tanah liat dan dia mendapat kenyataan betapa tanah liat itu demikian penurut dalam remasan jari-jari tangannya, demikian mudahnya dibentuk menjadi apa saja yang dikehendakinya. Dia dapat membuat segala macam patung binatang dari tanah liat. Rasanya seperti kalau dia melukis. Dengan goresan, dia pun dapat membentuk apa saja yang dilihatnya, baik yang dilihatnya dalam kenyataan maupun yang dilihatnya dalam bayangan khayal. Yo Han tiba di tepi sungai dan dia segera menuju ke bagian di mana, terdapat tanah liatnya yang baik. Bagian ini sunyi sekali. Hanya dia dan beberapa orang kawannya bermain, tetangga gurunya, yang mengetahui tempat ini. Kini dia berada di situ seorang diri dan segera dia turun ke tepi sungai dan mengambil tanah liat dengan kedua tangannya.

Mudah saja menggali tanah liat yang lunak dan basah itu, dikumpulkannya sampai cukup banyak, lalu dibawanya tanah liat segumpal besar itu ke bawah sebatang pohon besar di tepi sungai. Baru saja dia menurunkan tanah liat yang dibawanya, ketika dia duduk di atas akar pohon yang menonjol keluar dari tanah, tanpa disengaja kakinya menginjak seekor ular! Bagian ekornya yang diinjaknya itu. Ular itu terkejut, juga marah dan tubuhnya membalik, kepalanya meluncur dan menye-rang ke arah leher Yo Han yang sudah duduk. Tangan kanan Yo Han bergerak dan tahu-tahu leher ular itu telah terjepit di antara jari-jari tangannya. Dia telah dapat menangkap leher ular itu! Tak jauh dari situ, Sin Hong memandang terbelalak! Tadi pun dia melihat serangan ular yang tiba-tiba itu dan wajahnya menjadi pucat.

Posting Komentar