Halo!

Jodoh Rajawali Chapter 03

Memuat...

"Hemmm, kalau begitu suruh wakilnya pergi menyusu!"

Kok Tiong lalu mencari wakil kepala pengawal dan wakil ini segera mengajak dua orang anak buahnya untuk pergi menyusul atau mencari komandan Cio yang sejak tadi pergi mencari air. Kok Tiong yang sudah mulai bercuriga itu menanti dengan hati tegang. Sampai setengah jam kemudian, wakil itu pun belum juga kembali, demikian pula Cio ciangkun belum juga kembali.

"Ayah, saya khawatir terjadi sesuatu dengan mereka,"

Kok Tiong berkata dan kini Jenderal Kao juga mulai merasa curiga.

"Biar saya pergi membawa pasukan pengawal untuk mencari mereka."

Jenderal Kao Liang mengerutkan alisnya dan menggeleng kepala.

"Jangan! Kalau benar ada terjadi sesuatu yang tidak beres, jelas bahwa fihak sana hendak memecah belah kita. Agaknya selagi kita bersatu mereka tidak berani turun tangan, maka kalau kau pergi membawa pasukan, berarti siasat mereka untuk memecah kekuatan kita berhasil."

Kok Tiong mengangguk-angguk, diam-diam kagum akan kecepatan pikiran ayahnya dalam menghadapi keadaan yang mencurigakan itu.

"Lalu bagaimana baiknya, Ayah? Ibu juga sudah menaruh curiga dan tadi sudah beberapa kali menanyakan mengapa pengawal-pengawal yang pergi mencari air belum juga kembali."

"Sebaiknya kita melanjutkan perjalanan saja, selain untuk keluar dari hutan ini, juga agar ibumu tidak menjadi gelisah. Siapkan semua pasukan pengawal,dan kau wakili Cio-ciangkun."

Kok Tiong, dibantu oleh Kok Han adiknya, cepat melakukan perintah ayahnya dan tak lama kemudian berangkatlah rombongan itu dikawal oleh pasukan pengawal yang kini berkurang dengan sembilan orang jumlahnya.

Malam sudah agak larut, sudah hampir tengah malam, bulan sudah berada di atas kepala dan tak lama kemudian rombongan ini sudah mulai tiba di pinggir hutan karena pohon--pohon sudah mulai jarang. Cuaca makin terang karena pohon-pohon tidak sebanyak tadi, kanan kiri lorong tidak selebat tadi. Akan tetapi karena peristiwa menghilangnya sembilan orang itu membuat semua orang merasa curiga dan tegang, mereka melakukan perjalanan dengan diam-diam dan suasana menjadi sunyi bukan main, yang terdengar hanya daun-daun kering terinjak kaki dan napas pemikul tandu. Tiba-tiba semua orang terkejut dan Jenderal Kao cepat membuka tirai tan-dunya dan mengulurkan tangan ke luar sambli berseru,

"Berhenti....!"

Tanpa komando sekalipun, semua orang memang sudah berhenti dengan kaget karena mereka semua mendengar suara hiruk-pikuk, teriakan-teriakan bising seperti suara banyak orang sedang bertempur di luar hutan itu. Jenderal Kao Liang sudah meloncat ke luar dari tandunya dan memberi isyarat dengan tangan agar semua pasukan pengawal berkumpul, mengelilingi tandu-tandu yang dikumpulkan di situ dan siap siaga. Semua pengawal mencabut golok masing-masing dan berjaga-jaga dengan hati penuh ketegangan. Akan tetapi tentu saja mereka tidak merasa takut, karena di situ terdapat Jendera Kao Liang dan dua orang puteranya. Bagi para pengawal itu, lebih baik langsung menghadapi musuh daripada keadaan penuh rahasia seperti lenyapnya sembilan orang kawan mereka tadi.

"Ayah, biar saya pergi menyelidiki."

Kata Kok Tiong.

"Saya akan menemani Tiong-ko,"

Kata pula Kok Han. Jenderal Kao Liang menggeleng kepalanya.

"Jangan, kita tunggu saja di sini. Kita sudah kehilangan sembilan orang pembantu, sebaiknya kita bersatu menghadapi musuh. Biarkan mereka menyerang, kita siap saja menyambut, akan tetapi lebih dulu biar aku yang bicara dengan pemimpin musuh."

Dua orang pemuda itu tidak membantah, akan tetapi menanti di situ sambil mendengarkan suara pertempuran yang tidak kelihatan itu menegangkan hati juga. Di dalam hati Jenderal Kao Liang sendiri, timbul berbagai pertanyaan. Dia merasa yakin bahwa pertempuran yang terjadi di luar hutan itu tentu ada hubungannya dengan lenyapnya Cio-ciangkun dan delapan orang anak buahnya, akan tetapi apa yang terjadi sesungguhnya dia tidak dapat memastikan.

Apakah pertempuran di luar hutan itu hanya merupakan pancingan belaka? Apakah memang ada golongan hitam yang mengincar rombongannya? Sebagai seorang bekas panglima besar yang pensiun dan kini menuju ke kampung halamannya, tentu saja rombongannya membawa harta benda yang cukup banyak. Mungkin saja ada golongan hitam yang memang mengincar dan hendak merampas harta yang dibawa rombongannya. Ataukah Cio ciangkun dan anak buahnya yang menghilang itu mungkin berkhianat dan bersekongkol dengan golongan hitam? Mereka itu telah menjadi korban dan tewas oleh golongan hitam, ataukah diam-diam bersekongkol dengan mereka? Dan siapa yang bertempur di luar hutan itu? Tiba-tiba saja, seperti terdengar tadi, suara hiruk-pikuk pertempuran itu berhenti.

Berhenti sama sekali dan tidak terdengar suara sedikit pun. Suasana kembali menjadi sunyi. Bahkan terasa jauh lebih sunyi daripada tadi sebelum ada suara pertempuran. Kini sunyi yang menyeramkan. Beberapa orang pengawal menggigil, sebagian karena dingin hawa malam itu, sebagian besar pula karena merasa seram. Memang amat menyeramkan kesunyian tiba-tiba itu setelah tadi mereka dicekam ketegangan suara pertempuran di luar hutan. Jenderal Kao menanti sejenak, khawatir kalau-kalau fihak musuh memang sengaja memancing dan hendak menjebak. Akan tetapi sampai lama tidak terdengar suara apa pun dan kini daun-daun mulai berkelisik karena mulai tengah malam itu angin menggugah daun-daun pohon yang tadinya tidur. Setelah ternyata benar-benar tidak terdengar lagi suara, Jenderal Kao lalu memanggil Kok Han, puteranya yang bungsu,

"Kok Han, kau bawa sepuluh orang perajurit pengawal dan selidiki di luar hutan depan itu. Akan tetapi jangan melibatkan diri dalam pertempuran. Kalau ada penyerangan, tarik kembali pasukanmu ke sini."

"Baik, Ayah."

Kok Han lalu mengajak sepuluh orang pengawal, berindap keluar dari tempat itu menuju ke tempat dari mana tadi terdengar suara pertempuran, yaitu di sebelah depan. Jenderal Kao Liang tidak mengutus puteranya yang leblh besar karena penjagaan di situ lebih penting diperkuat daripada rombongan penyelidik itu.

Kao Kok Han membawa sepuluh orang pengawal keluar dari hutan dan tak lama kemudian tibalah dia di tempat pertempuran tadi, di luar hutan. Akan tetapi tidak kelihatan seorang pun manusia di situ. Yang ada hanya bekas-bekas pertempuran yang agaknya memang hebat dan seru. Beberapa batang pohon roboh dan darah berceceran di mana-mana, akan tetapi tidak ada sebuah pun mayat tampak di situ. Sungguh mengherankan sekali, seolah-olah yang melakukan pertempuran tadi bukan manusia, melainkan setan-setan dan siluman-siluman penghuni hutan dan yang kini semua telah menghilang kembali. Setelah memeriksa dengan teliti, Kok Han lalu mengajak pasukan kecil itu kembali ke dalam hutan menghadap ayahnya. Jenderal Kao Liang juga merasa terheran-heran mendengar pelaporan puteranya itu.

"Tidak ada mayat sebuah pun? Jangan-jangan itu hanya pancingan dan jebakan, kata Jenderal Kao Liang sangsi.

"Akan tetapi jelas ada tanda-tanda bekas pertempuran hebat, Ayah,"

Kok Han berkata.

"Darah berceceran di mana-mana dan senjata-senjata golok dan pedang berserakan di sekitar tempat itu, bahkan ada pohon-pohon yang tumbang. Melihat bekas-bekasnya, tentu itu merupakan haslil kerja seorang yang memiliki ilmu kepandaian hebat."

Suasana menjadi makin tegang, akan tetapi Jenderal Kao Liang segera meng-hentikan dugaan-dugaan di dalam hati semua pengawal itu dengan kata-kata yang nyaring dan tegas,

"Apapun yang terjadi, harap tenang dan menanti komando. Sekarang kita melanjutkan per-jalanan, tidak perlu tergesa-gesa dan semua pengawal harap waspada dan siap siaga. Rombongan bergerak lagi dan kini Jenderal Kao Liang sendiri tidak naik tandu melainkan ikut berjalan kaki, bah-kan berada di bagian paling depan bersama Kao Kok Han, sedangkan Kao Kok Tiong menjaga di bagian belakang melindungi rombongan itu. Tidak terjadi sesuatu sampai rombongan ini tiba di tempat pertempuran yang tadi telah diselidiki oleh Kok Han.

Jenderal Kao Liang yang mengkhawatirkan adanya jebakan, mengangkat tangannya dan rombongan itu pun berhenti lagi. Tempat pertempuran ini sudah berada di luar hutan, di tempat terbuka sehingga dapat menampung sinar bulan sepenuhnya. Semua orang memandang ke kanankiri ke arah batang-batang pohon dan semak-semak belukar, semua mata terbelalak mencari-cari sesuatu, semua telinga memperhatikan setiap suara yang mungkin terdengar. Tiba-tiba semua orang menengok ke kiri karena mereka mendengar sesuatu. Juga para wanita dan anak-anak yang menyingkap tirai tandu mengintai, menengok ke kiri dan terdengarlah jerit-jerit tertahan dari para wanita dan anak-anak itu ketika mereka melihat seorang yang berlumuran darah merangkak keluar dari semak-semak!

"Dia.... Hun Kai....!"

Tiba-tiba seorang di antara para pengawal berseru ketika dia mengenal wajah yang berlumuran darah itu. Jenderal Kao yang kini juga mengenal seorang di antara para pengawal yang lenyap tadi, cepat memandang penuh selidik ke arah belakang orang itu, kemudian dengan langkah lebar dia menghampiri orang yang sudah terguling di atas rumput itu, lalu berjongkok dan bertanya,

"Apa yang telah terjadi?"

"....Yang Mulia.... hati-hatilah.... ada.... seorang akan.... membunuh seluruh.... rombongan.... i.... ni.... aughhh....!"

Dia terkulai dan tewas di saat itu juga. Semua orang mendengar ucapan itu dan banyak wajah menjadi pucat seketika. Para wanita menjadi panik dan memeluk anak-anak mereka, para pengawal dengan geram memutar tubuh memandang ke empat penjuru. Jenderal Kao Liang berdiri dan berkata, suaranya lantang.

"Jangan takut dan panik. Tenanglah! Apapun yang terjadi, kita masih hidup dan selamat, dan tidak seekor setan pun yang akan dapat dengan mudah membunuh kita selama aku masih berdiri di sini!"

Jelas bahwa jenderal tua ini menjadi marah sekali dan dia menduga bahwa semua pengawal tadi tentu tewas. Sayang bahwa pengawal yang bemama Hun Kai itu tewas sebelum dapat menceritakan dengan jelas apa yang terjadi.

"Paman.... Paman Hun Kai.... ceritakanlah, di mana adanya teman-teman yang lain?"

Kok Han mengguncang-guncang tubuh pengawal itu, berusaha untuk menyadarkannya agar pengawal itu dapat menceritakan sejelasnya. Akan tetapi tubuh yang diguncang-guncang itu terkulai lemas dan tidak dapat memberi jawaban.

Dukungan & Donasi

Bantu kami terus update dengan memberi dukungan melalui:

BCA 7891767327
Trakteer
Post a Comment