Halo!

Jodoh Rajawali Chapter 02

Memuat...

Setelah dipensiun dan dihentikan dari jabatannya, jenderal ini maklum bahwa dia tidak berdaya lagi untuk bertindak sebagai jenderal, maka dia lalu mengum-pulkan semua harta miliknya, dan mengajak keluarganya untuk menlnggalkan kota raja, kembali ke tempat kelahirannya atau tempat kampung halamannya, yaltu di daerah Kang-lam. Dan ingin mendinginkan hati dan pikirannya yang panas, kemudian baru hendak memutuskan apa yang dapat ia lakukan untuk negara dan bangsanya dalam keadaan seperti itu. Tiba-tiba tirai penutup tandu yang paling depan tersingkap dan terdengarlah suara yang berat dan penuh wibawa, yang ditujukan kepada seorang bertubuh tinggi kurus yang memakai pedang di pinggangnya, yaitu kepala pengawal yang jumlahnya dua losin orang itu.

"Kepala pengawal! Kita berhenti sebentar di sini agar para pemikul tandu dapat beristirahat."

Kepala pengawal itu sambil masih berjalan mengiringkan tandu itu membungkuk dan berkata, nada suaranya sungguh-sungguh,

"Yang Mulia, tidakkah lebih baik kalau kita melanjutkan perjalanan sampai kita keluar dari hutan ini baru beristirahat? Di dalam hutan begini keadaannya amat berbahaya karena bahaya dapat muncul dari mana-mana tanpa kita ketahui, tersembunyi di balik pohon-pohon dan semak-semak, berbeda kalau berada di tempat terbuka di mana kita dapat menghadapi ancaman bahaya secara terbuka. Daerah ini terkenal sebagai daerah yang sering diganggu oleh penyamun-penyamun yang berkepandaian tinggi."

"Hemmm.... siapakah yang kau maksudkan dengan penyamun-penyamun berkepandaian tinggi? Mana ada penyamun berkepan-daian tinggi kalau mereka itu bukan bekas orang-orangnya Tambolon? Ataukah dari golongan lain? Bukankah kabarnya mereka semua sudah dihalau dan dibasmi oleh Pendekar Super Sakti dan kedua anak dan mantunya, Puteri Milana dan pendekar sakti Gak Bun Beng?"

"Paduka belum mengetahui perkembangan yang terjadi di dunia hitam selama satu dua tahun ini. Di daerah ini pernah terjadi bentrokan-bentrokan hebat antara dua golongan hitam, yaitu golongan perampok Gunung Cemara di sebelah selatan lembah melawan golongan bajak di timur lembah, di sepanjang Sungai Huang-ho."

"Hemmm, sungguh menarik ceritamu. Lalu bagaimana akhir pertempuran di antara mereka?"

Tanya orang tua bersuara berat dan berwibawa itu yang bukan lain adalah Jenderal Kao Liang sendiri. Pertempuran itu hebat dan makan banyak korban di antara kedua fihak, akan tetapi setelah muncul seorang Pendekar berambut putih yang sangat lihai dan melerai di antara mereka, pertempuran segera berhenti dan berakhir.

"Pendekar rambut putih? Ho-ho, itulah Pendekar Super Sakti!"

Jenderal Kao Liang berseru sambil tertawa girang.

"Bukan, Yang Mulia. Bukan beliau. Pendekar itu masih sangat muda, dan kakinya utuh, tidak buntung sebelah seperti kaki Pendekar Siluman"

"Ehhhhh? Bukan Pendekar Siluman?"

Jenderal Kao makin terheran dan ingin sekali tahu.

"Benar, bukan Pendekar Siluman. Akan tetapi karena kepandaiannya juga hebat luar biasa seperti bukan manusia, apalagi rambutnya juga putih terurai bagaikan benang perak seperti rambut Pendekar Siluman, maka orang menamakan dia Pendekar Siluman Kecil."

"Hemmm.... sungguh luar biasa. Bagaimana mukanya, apakah wajahnya tampan ataukah buruk mengerikan?"

"Itulah yang aneh, Yang Mulia. Orang tidak pernah bisa melihat wajahnya dengan jelas karena sebagian dari mukanya tertutup oleh rambutnya yang terurai itu, dan gerakannya amat cepat seperti menghilang saja."

Jenderal Kao mengangguk-angguk, lalu menarik napas panjang seperti orang termenung.

"Bukan main! Memang di dunia ini banyak orang-orang muda yang memiliki ilmu kepandaian hebat dan watak yang aneh-aneh."

"Benar, Tuanku. Bahkan putera sulung Paduka sendiri memiliki kepandaian yang amat hebat dan kabarnya tidak kalah dibandingkan dengan Majikan Pulau Es, Pendekar Siluman itu sendiri."

"Hemmm.... agaknya begitulah. Akan tetapi sayang dia tidak berada di sini. Sudahlah, kau hentikan perjalanan ini,jangan takut, kita tetap beristirahat di sini. Sejak dahulu aku tidak pernah bermusuhan dengan golongan sesat secara pribadi, maka perlu apa kita mengkhawatirkan gangguan mereka?"

Kepala pengawal itu tidak berani membantah lagi dan dia pun maklum akan kelihaian jenderal tua ini, apalagi di dalam rombongan itu terdapat pula dua orang puteranya yang biarpun tidak sepandai putera sulung Jenderal itu, namun juga bukanlah orang-orang lemah. Selain itu, dia sendiri pun mempunyai dua losin anak buah yang cukup kuat, maka perlu apa mereka takut beristirahat di dalam hutan ini? Dia lalu mengangkat tangan kanan ke atas, mengeluarkan aba-aba yang cukup nyaring sehingga terdengar oleh semua anak buahnya,

"Berhentiiiii....! Kita beristirahat di sini....!"

Rombongan itu berhenti dan para pemikul tandu menjadi lega hatinya karena memang mereeka sudah merasa lelah sekali, membutuhkan peristirahatan yang cukup untuk mengumpulkan kembali tenaga mereka. Para pengawal lalu bergerak memenuhi perintah kepala pengawal, ada yang mencari kayu-kayu kering dan ada yang membuat api unggun, ada pula yang mulai menyedu air dan sebagian dari mereka melakukan tugas menjaga di sekitar tempat itu. Mereka adalah pe-ngawal-pengawal yang terlatih dan semua bekerja sesuai dengan tugas mereka yang telah dibagi-bagi oleh kepala pengawal. Jenderal Kao Liang turun dari atas tandunya yang telah diletakkan di atas tanah. Jenderal ini usianya sudah hampir enam puluh tahun, akan tetapi berdirinya tegak, dengan dadanya yang bidang itu menonjol ke depan,

Perutnya besar akan tetapi kokoh, rambutnya sudah setengah putih, dan biarpun dia kini bukan seorang panglima lagi, namun dari sikapnya jelas dapat dilihat bahwa dia adalah seorang yang biasa mengatur banyak orang, memiliki wibawa dan ketegasan. Kini jenderal itu duduk di atas sebuah batu besar. Bulan purnama yang sinarnya gemilang itu sudah berada di atas kepala, sebagian sinarnya menerobos di antara daun-daun pohon menimpa tempat yang dijadikan peristirahatan rombongan ini. Dua orang pemuda yang berwajah tampan dan bertubuh tinggi tegap dan bersikap gagah berdiri di belakang bekas jenderal ini. Yang seorang berusia dua puluh satu tahun, bernama Kao Kok Tiong, putera ke dua dari jenderal itu, sedangkan pemuda yang ke dua berusia delapan belas tahun, bernama Kao Kok Han, putera ke tiga atau bungsu dari Jenderal Kao Liang.

Agaknya dua orang putera ini maklum pula bahwa tempat itu mencurigakan dan berbahaya, maka mereka siap di dekat ayah mereka untuk sewaktu-waktu membantu apabila tenaga mereka diperlukan. Sedangkan para keluarga wanita dan anak-anak yang ikut di dalam rombongan itu tetap berada di dalam tandu-tandu yang dikumpulkan di tempat terbuka di antara pohon-pohon di tengah-tengah tempat itu dan terlindung oleh para pengawal yang melakukan penjagaan di sebelah tempat peristirahatan itu. Segera api unggun bernyala besar, menerangi dan menghangatkan tempat itu,juga mengusir nyamuk yang mulai beterbangan menyerang mereka. Kepala pengawal tinggi itu menghampiri Jenderal Kao, memberi hormat dan berkata,

"Karena perbekalan air habis, saya mohon perkenan Paduka untuk mencari air bersih."

Jenderal Kao mengangguk.

"Pergilah."

Kepala pengawal bersama lima orang anak buahnya yang membawa guci-guci tempat air, segera pergi meninggalkan tempat itu memasuki hutan untuk mencari air jernih dengan bantuan sinar bulan purnama yang masih terang tidak terhalang awan sedikit pun. Para pengawal lainnya, sambil berjaga-jaga, melepaskan lelah dan duduk di tempat penjagaan masing-masing mengelilingi tempat itu sambil membuat api unggun sendiri."

"Ayah, silahkan minum."

Kao Kok Tiong mengeluarkan tempat airnya dan memberikan kepada ayahnya.

"Kok Han, kau lihat apakah ibumu baik-baik saja, dan beri ibumu minum dan tawarkan kalau-kalau dia lapar dan ingin makan atau ingin sesuatu,"

Kata Jenderal Kao Liang sambil menerima tempat minum puteranya yang ke dua, minum beberapa teguk dan mengembalikannya kepada Kok Tiong.

Sedangkan Kok Han lalu menghampiri tandu ibunya dan kelihatan dia bicara dengan nyonya tua di dalam tandu, kemudian pemuda ini pun memeriksa tandu-tandu lain. Jenderal Kao Liang ditemani dua orang puteranya lalu duduk melepaskan lelah di dekat api unggun, wajah jenderal itu muram karena dia teringat akan keadaan dirinya. Negara sedang kacau, terjadi perpecahan dan pertentangan diantara para kaki tangan pemerintah, dan dia, yang sesungguhnya amat dibutuhkan di saat negara menghadapi bayangan ancaman pemberontakan, dia malah dihentikan! Dia mengerti bahwa penghentiannya itu adalah fitnah atau hasil bujukan mulut beracun kepada kaisar. Akan tetapi kaisar sendiri yang memutuskan itu, tentu saja dia tidak berdaya dan tidak berani atau lebih tepat, tidak mau membantah. Dia adalah seorang jenderal yang setia, yang rela mempertaruhkan jiwa raganya demi negara.

Maka baginya, kehilangan kedudukan itu bukan apa-apa. Dia sama sekali tidak mementingkan diri pribadi, akan tetapi dia merasa prihatin melihat betapa kedudukan kerajaan amat lemah dan bahaya mengancam dari setiap penjuru. Jenderal Kao Liang mengepal tinjunya yang besar dan keras. Biarpun dia sudah bukan panglima lagi, akan tetapi dia tidak akan membiarkan para pengkhianat memberontak. Kalau terjadi hal itu, dia akan membantu negara dan akan membersihkan para pemberontak! Demikian tekad hatinya. Akan tetapi dia harus menyelamatkan keeluarganya dulu, membawa mereka ke kampung halamannya di mana mereka akan hidup tenteram. Setelah itu, dia akan bebas berbuat apa saja, dan dia akan selalu mengikuti perkembangan yang terjadi di kota raja.

"Ayah, sungguh mengherankan sekali, mengapa Cio-ciangkun belum juga kembali dari mencari air,"

Tiba-tiba Kok Tiong berkata dan memandang ke kanan kiri dengan alis berkerut karena pemuda ini merasa tidak enak hati. Sudah hampir setengah jam kepala pengawal she Cio itu pergi mencari air bersama lima orang anak buahnya, namun belum juga kembali.

"Mungkin sukar mencari air di sini,"

Kata Jenderal Kao Liang.

"Akan tetapi, belum lama tadi rombongan kita melewati sebuah sumber air, dan untuk pergi mengambil air ke sana makan waktu sebentar saja,"

Bantah Kok Tlong.

Dukungan & Donasi

Bantu kami terus update dengan memberi dukungan melalui:

BCA 7891767327
Trakteer
Post a Comment