Halo!

Golok Sakti Chapter 38

Memuat...

"Kalau begitu, kau memaksa juga hendak bertempur dengan aku, biarlah aku mengaku kalah saja. Nah, selamat tinggal."

Ia berbareng mau melompat turun dari luitay, akan tetapi nona Seng sudah dengan gesitnya menghadap di hadapannya. "Keluarkan dahulu kepandaianmu, kalau kau sudah dapat menjatuhkan aku. barulah kau turun daripanggang ini." kata Seng Giok Cin dengan suara ketus.

"Aku aku... " katanya gugup, sebab tidak diberi kesempatan bicara dan diserang dengan hebat oleh Seng Giok Cin

la kelabakan sebentar. Kemudian ia terpaksa melayani sinona bertempur, ia telah mengeluarkan ilmunya warisan Tok-kay yalah Tok-licng cianghoat yang ampuh

Tampak telapakan tangan kirinya sedikit didorong uutuk menangkis serangan si nona sedang tangan kanannya dengan gaya "Kay-thian Pit-tee" atau membuka langit dan bumi, ia balas menyerang.

Tapi serangannya tidak di teruskan, di ganti dengan gaya "Kim-paw Lok tiauw (Macan tutul emas perlihatkan cakarnya).Jari tangannya dibuka sebagai gaetan terus hendak mencengkeram sikutnya si nona.

Seng Giok Cin tahu bahwa tenaganya si-pemuda ada sangat kuat. Pikirnya, bertempur lima belas jurus saja belom pasti ia peroleh kemenangan- ia harus menggunakan kecerdasan diwaktu Ho Tiong Jong lengah, barulah dapat merebut kemenangan.

Serangan si pemuda di tangkis dengan telapakan tangan kanan dan telapakan tangan kirinya balas menyerang. Kaki kanannya di geser maju, sedang yang kiri ditarik mundur. Ia coba menyambuti serangan lawan, akan terapi ia kalah tenaga dan terus terdesak mundur oleh serangannya Ho Tiong Jong.

Dalam tempo sebentaran saja mereka sudah bertempur lima jurus.

Diam-diam Ho Tiong Jong mengeluh dalam hati. Pikirannya, ia tak lama lagi tokh akan mati, untuk apa ia merebut kemenangan? Apa perlunya untuknya Maka lebih baik ia mengalah dan kasihkan dadanya dihajar si nona sampai binasa. ia rela mati ditangannya orang yang pernah

membuang budi padanya. Lagi pula, dengan berbuat demikian ia sudah memberi muka kepada si nona didepannya orang banyak.

Ho Tiong Jong ingin si nona turun tangan betul-betul, maka ia berkata.

"Nona Seng kau boleh menyerang, jangan pakai sungkan-sungkan lagi, aku akan melayani kau dengan betul? Nah keluarkanlah ilmu simpananmu."

Seng Giok Cin diam-diam merasa gemas juga mendengar kata-katanya pemuda tampan itu, ia perhebat serangan-serangannya. Dilain pihak Ho Tiong Jong keluarkan ilmunya Kim ci gin-ciang menyerang dengan telapakan tangan dan menotok dengan jari-jarinya yang kuat, hingga sinona lagi-lagi ke-teter dan hatinya ada sedikit keder juga. Ho Tiong Jong terus mendesak dengan totokannya yang berbahaya.

Dalam keadaan terdesak. Seng Giok Cin menggunakan kegesitannya untuk meloloskan diri dengan melesat tinggi, diudara badannya berputaran sebentar, kemudian meluncur turun lagi, tahu-tahu sudah berada dibelakangnya Ho Tiong Jong.

Sebelumnya sipemuda dapat membaliki badannya, jari-jarinya sinona yang halus telah menotok jalan darah dibagian pinggangnya hingga seketika itu juga ia jatuh lemas. Kegalakannya yang barusan diunjuk menyerang sinona bertubi-tubi, telah lenyap tanpa bekas.

Segera seketika itu terdengar tampik sorak yang riuh sekali menyambut kemenangannya Seng Giok Cin. Tapi sinona tidak menjadi bangga oleh karena kemenangannya itu, malah wajahnya tampak dingin ketika membalas hormat atas samburan yang meriah. Seng Giok Cin suruh orang-orangnya angkut Ho Tiong Jong turun dari luitay.

Seng Eng sementara itu, dengan muka berseri-seri telah mengumumkan bahwa pertandingan dihentikan dan beristirahat dahulu.

Setelah habisan makan dipelataran yang di tanami banyak bunga-bunga terletak dibelakang rumah, kelihatan ada berkumpul beberapa orang ialah- Seng Eng, Kim Hong Jie, Pek Boe Taysu, Ban Siang Tojin, Siluman Khoe Tok dengan tiga muridnya dan si Rajawali Botak Ie Yong, yang menyolok sekali kepalanya botak.

Mereka berunding tentang Ho Tiong Jong yang sudah kena ditangkap. bagaimana harus diambil tindakan terhadapnya. Dua saudara oet-ti dengan ditunjang oleh song Boe Kie mengusulkan agar jiwanya pemuda itu dibereskan saja, supaya jangan jadi bibit penyakit di kemudian hari.

Pek Boe Taysu menyatakan pikirannya, sebaiknya Ho Tiong Jong ditahan saja dahulu jangan dibunuh sebab siapa tahu kalau ia muncul disitu bukan sendirian dan ada tulang punggungnya yang berkepandaian amat tinggi.

Ban Siang Tojin mufakat pemuda itu dibunuh mati, sebab ini berarti pihak Seng Pocu sudah menyingkirkan akhli waris Sanju Lo-Iong Khong Teng Shoe musuhnya golongan Liong Bun, hingga bisa diharapkan golongan Liong Bun akan tunduk kepada pihak Seng keepo. Seng Eng sendiri belum dapat memutuskan bagai mana baiknya.

KARENA tidak ada keputusan, maka Ho Tiong Jong terus ditahan, dalam suatu kamar tahanan yang gelap tak dapat melihat sinar matahari sepanjang hari. la dalam Keadaan tidak berdaya, karena masih tertotok.

Seng Eng telah meninggalkan kawan-kawannya untuk beristirahat dirumah belakang.

Belum lama orang tua itu berada didalam kamarnya pintu kamarnya terdengar diketuk dan kelihatan masuk Seng Giok cin dengan wajah berseri-seri manja.

"Hei, kau pergi kemana? Kenapa tidak menghadiri pertemuan kita ?" tanya sang ayah ketika nampak siapa yang masuk kedalam kamarnya.

Seng Giok cin ketawa. "Aku ada di kamar sembahyang ibu bagaimana dengan keputusan Ho Tiong Jong?" ia menanya.

"Semua orang mufakat dibunuh mati," jawab sang ayah. " Dibunuh mati?" Seng Giok Cin menegasi.

"Ya. Kalau ia dibunuh lantas golongan Liong- bun menyerah pada kita, tidak apa, aku bisa mufakat diambilnya tindakan itu."

"Tapi ayah, belum mengambil tindakan demikian, kata Seng Giok Cin " Lebih baik kita jangan berhubungan lagi dengan golongan Liong bun, aku lihat mereka licik dan bisa membujuk Ho Tiong Jong supaya dia membantu pada kita. Kasih saja ia memangku jabatan penting dalam benteng kita, aku lihat ilmu silatnya bukan sembarangan ?" Seng Eng tidak menjawab, matanya mengawasi pada wajahnya sang putri yang cantik.

"Tapi. biarlah aku nanti coba yang membujuk dia. Kalau benar-benar dia mau menjadi orang kita. lantas kita boleh mengatakan pada para tetamu bahwa dia sudah melarikan diri berbareng kita pura-pura mengirim orang untuk mengejarnya. Barusan aku tidak menghadiri perundingan oleh karena aku hendak bicarakan dengan ayahaku punya pendapatan ini."

Seng Eng kembali tidak menjawab, tapi dari paras mukanya tampak seperti ia setuju dengan pikirannya sang anak yang berakal ini. Terdengar Seng Giok cin berkata lagi.

"Menurut pikiranku, kita hanya permainkan soal Ho Tiong Jong perlahan-lahan dapat melumpuhkan mereka. Sekarang usaha ayah, mengumpulkan banyak orang dari berbagai partai dengan maksud mengetahui sampai dimana masing-masing punya kepandaian, tapi kita tak dapat membasmi mereka guna apa? Kita terang-terangan membunuh mereka tidak bisa, maka kita harus menggunakan akal, bukan? coba ayah pikir benar tidak?"

"Hei akalmu baik sekali cin Jie." tiba-tiba Seng Eng berkata dengan muka girang. "Kalau nanti berhasil, pihak kita menjagoi dikalangan persilatan, kaulah ada satu satunya orang yang berjasa besar." seng Giok cin tertawa.

Sementara itu Seng Eng lalu keluar dan memerintahkan pada Ie Yang supaya Ho Tiong Jong dipindahkan tempat tahanannya, ialah ketempat tahanan yang berair.

Ketika Ie Yong masuk kekamar tahanan Ho Tiong Jong. kelihatan pemuda ini sedang rebah ditempat tidur dengan badan lemas tidak bisa bergerak karena tertotok. Tapi pikiran dan matanya tetap terang. Ketika Ie Yong mengatakan dirinya akan dipindahkan ia tidak berkata apa-apa.

Ia melihat ada dua orang yang membawa usungan keatas ia kemudian direbahkan dan dibawa keluar kamar itu.Jalan yang dilalui ada berliku liku dan melewati beberapa pintu, ia sangat kaget dirinya akan dibawa kemana sih?

Diam-diam ia berpikir, " Kenapa aku masih belum juga dibunuh. Aku mau dibawa ke mana sebenarnya? Kenapa totokan pada jalan darahku masih juga belum dibuka." orang menyiksa aku sampai begini ada perlunya.

Dalam menanya nanya pada dirinya sendiri, tiba ia melihat ada berkelebat sesosok bayangan orang, Ketika ia tegasi bukan lain dari nona Seng. Mulutnya bergerak-gerak seperti yang hendak bicara padanya akan tetapi Seng Giok Cin sebentar lagi sudah melenyapkan pada dirinya.

Ho Tiong Jong tidak ambil pusing.

Ia tenang tenang saja orang menggotong dirinya ia mau tahu sebenarnya orang mau bawa ia kemana? Pada suatu saat tiba-tiba orang-orang yang menggotong padanya berhenti, tampak Ie Yong menghampiri satu alat rahasia yang terdapat pada sebuah gambar yang melukiskan pemandangan alam tergantung didinding.

Setelah diputar beberapa kali, lantas terdengar suara "krekek" tiba-tiba telah terbuka sebuah pintu sempit. ie Yong mengasih tanda pada yang membawa usungan, supaya Tiong Jong digotong masuk ke dalam kamar kecil itu..

Setelah berada didalam Ho Tiong Jong lihat dibawa turun melewati tangga batu, jalanan disitu sangat sempit kira-kira lebar tiga kaki dan tinggi satu tumbak. Setelah berjalan kira kira tiga tombak. telah diliwati empat belokan disitu keadaan ada terang karena ada dipasang lampu. Tampak ada beberapa lubang hawa.

Melihat keadaan kamar dibawah tanah ini, Ho Tiong Jong menduga, kamar itu tentu memang disediakan untuk keperluan pemiliknya mengumpat disitu kalau menghadapi bahaya tak dapat diatasi.

Mereka tidak berhenti sampai disitu, karena usungan digotong terus, tiba-tiba mereka berjalan dijalanan yang sangat sempit, kemudian membiluk dan disitulah terdapat sebuah kamar batu, yang dinding dan pintunya semua terbuat daripada besi.

Dibagian atas pintu ada kedapatan lubang sebesar setengah kaki tapi ditutupi dengan besi juga. Lubang ini dapat dengan sendirinya terbuka dan tertutup,

Kamar itu ada mempunyai empat pintu. Ie Yong telah membuka pintu yang sebelah kiri masuk kedalam kamar itu kira-kira hanya satu tombak persegi, bahkan tempat ini amat rendah.

"Hei, orang kasar, sebenarnya aku mau diapakan sih?" tanya Ho Tiong Jong pada ie Yong dengan tiba-tiba.

Ho Tiong Jong rupanya sudah sangat jengkel, Karena diusung orang sampai sudah sekian lamanya belum mendapat kepastian mau diapakan dirinya.

"Kau jangan banyak rewel, aku melakukan ini hanya menurut perintah." jawab Ie Yong dengan dingin.

"Apa kau mau membunuh aku mati."

"Siapa yang hendak membunuhmu? Kecuali kau banyak rewel" Ho Tiong Jong jadi sengit, ia berteriak

Dukungan & Donasi

Bantu kami terus update dengan memberi dukungan melalui:

BCA 7891767327
Trakteer
Post a Comment