Hebat ilmu Kim-ci Gi Ni ciang iru, telapakan tangan kanan danjari-jari tangan kiri menyerang berbareng, membuat lawannya jadi gelagapan menangkisnya. Tidak heran kalau oet-ti Koen menjadi kaget. ia rubah posisi nya dan menyerang dengan dahsyat sekali maksudnya supaya sekaligus dapat membinasakan musuhnya.
Ho Tiong Jong menyambuti dengan tidak keder sedikitpUn. Kedua kekuatan tenaga beradu. satu suara wut" yang keras terdengar tampak oet ti Koen mundur satu tindak dan lengan bajunya sobek^
Penonton sudah dapat memperhitungkan oet-ti Koen bukan tandingan Ho Tiong Jong yang hanya dengan serangan jarinya saja sudah menang angin-
oet-ti Koen melihat lengan bajunya sobek karena serangan tadi, lantas saja kalap dan berteriak-teriak katanya lengan baju itu sobek bukan lantaran Ho Tiong Jong, tapi bekas barusan ia bertempur dengan Li-losat le Ya.
Tapi teriakannya itu mana ada orang percaya, sebab mereka dengan mata kepala sendiri melihat kejadian itu, maka mereka hanya tertawa bergelak- gelak saja.
oet-ti Kang melihat adiknya berada dibawah angin mulutnya tidak bisa diam memaki maki pada Ho Tiong.
"Hei, kau jangan banyak bacot " kata Ho Tiong Jong." Itu malam kalian bertiga mengeroyok aku seorang diri masih belum ada penjelasan- Nah, sekarang kalian bertiga boleh maju berbareng
it
Semua penonton kaget melihat kata-kata-itu Ho Tiong Jong, mereka percaya Ho Tiong Jong telah dikerubuti tiga dan semakin percaya bahwa ilmu silatnya anak muda itu betul-betul lihay.
Oet-ti Koen telah mengerahkan semua tenaganya ia keluarkan tipu pukulannya yang sangat diandalkan yalah tiga belas gaya menyembah Tuhan. Ho Tiong Jong masih terus mainkan Kim ci GiNi ciang yang hanya tiga jurus, tapi lihaynya bukan main- Telapakan tangan dan jari-jarinya Ho Tiong Jong terus-terusan mengancam bagian-bagian yang berbahaya pada tubuh musuhnya, hingga oet-ti Koen menjadi kewalahan dan ia main mundur saja kedesak.
Semua penonton dibikin kagum oleh kepandaiannya Ho Tiong Jong, apalagi Ban Siong To jin. ia melongo karena ia tidak menyangka anak muda itu ada menpunyai ilmu yang demikian baiknya, tenaganya juga hebat sekali, tidak sama dengan semalam ketika ia menghadapi padanya dalam kuil ceng-in-si.
Ho Tiong Jong makin bertempur makin gagah. setelah berjalan dua puluh jurus tiba-tiba ia merubah cara menyerangnya. Jari jari tangan kirinya menyerang, sedang telapakan tangannya seperti ditarik tapi sebenarnya menyerang .Jalannya penyerangan kelihatan sangat aneh, hingga membuat kagum penontonnya.
Pelajaran yang ia dapat dari Tok-kay. yalah Tok-liong ciang hoat, yang semuanya ada tiga belas jurus, telah ia pertontonkan dengan baik sekali dalam pertempuran itu.
Ilmu Tok- kay merupakan malapetaka untuk oet-ti Koen yang sombong karena dengan memainkan ilmu yang lihay itu membuat oet-ti Koen benar-benar tidak berdaya.
Jurus-jurus yang kedua puluh enam adalah babak yang menentukan Terdengar bentakan Ho Tiong Jong yang keras, oet ti Koen, jadi tidak dapat maju dan mundur. Terpaksa ia memiringkan badannya untuk menyingkir dari gempuran musuh.
Tiba-tiba terdengar suara " bra aak" tubuhnya oet-ti Koen seperti la y angan putus terpental beberapa tumbak tingginya danjatuh pula diatas luitay. Pelahan-lahan ia masih bisa merangkak bangun dan lompat turun dari luitay dengan amat malunya.
oet-ti Kang melihat adiknya dalam detik-detik berbahaya, sebenarnya sudah lompat ke atas luitay sambil menghunus pedangnya Cit Seng-kiam (pedang tujuh bintang) tapi terlambat karena adiknya bukan sudah kena tendangan telak dan badannya nampung keudara.
Ia menyesal tidak waktunya turun tangan mencegah kekalahan adiknya, tapi ia terhibur juga karena adiknya tidak sampai melayang jiwanya.
oet-ti-Kang dengan pedang telanjang menghampiri Ho Tiong Jong yang tinggal tenang-tenang saja setelah menyepak terbang oet ti Koen.
"Pengecut keluarkan senjatamu" oet-ti Kang menantang.
oet-ti Kang mengira Ho Tiong Jong hanya ilmu silatnya bertangan kosong saja yang ampuh, tapi tidak begitu kalau ia menggunakan senjata. ia tahu betul Ho Tiong Jong hanya mampu menjalankan yang kedua belas jurus ilmu golok keramatnya, terhadap ini ia tidak takut dan memastikan akan kemenangannya.
Ho Tiong Jong yang mendengar tantangan oetti Kang dengan tenang ia menjawab.
"Hmm... oet-ti Kang. Kau boleh menggunakan senjatamu, aku sendiri tidak perlu kalau hanya menghadapi orang semacam kau saja." oet ti Kang panas hatinya.
Kim Hong Jie yang menyaksikan, tanpa merasa ia sudah nyeletuk.
"Hmm orang itu sangat sombong, entahlah dia kepandaiannya sampai dimana?"
Kho cong yang mendengar kata-kata itu, sambil nyengir mengiyakan pendapatnya si jelita. "Memang orang itu kepandaiannya boleh juga, cuma lagaknya sombong betul, hingga orang yang menyaksikannya tidak menaruh simpati kepadanya."
Seng Giok Cin sementara itu sudah bisa mengenali ketika Ho Tiong Jong bertempur dengan oet-ti Koen telah mainkan pukulan Tok kay. ialah Tok-liong ciang-hoat" Ia diam-diam merasa heran Ho Tiong Jong dapat warisan ilmu silatnya Tok-kay, sedang menurut pengakuannya Tok-kay telah binasa ditangannya.
Betul-betul ini merupakan soal-soal ruwet dan ia baru dapat memecahkannya manakala ia sudah bisa bertemu dengan si pemuda untuk menanyakannya. Tapi bagaimana jalannya ia dapat menemui Ho Tiong Jong?
Kalau Seng Giok Cin terbenam dalam teka-teki adalah oet-ti Kang yang sudah jadi panas mendengar kata-kata yang sombong dari Ho Tiong Jong sudah berteriak keras, katanya, " orang she Ho, kau cabut golokmu baru aku oet-ti Kang mau bertanding dengan kau, sebab kau dengan tangan kosong menandingi aku sama saja ketimun melawan duren. mana bisa menang? juga taruh kata aku menang, aku juga tidak mempunyai muka untuk menghadapi sekalian tetamu, sebab kemenanganku itu tentu saja karena aku menggunakan senjata dan kau bertangan kosong. Maka, hayolah kau cabut golokmu, keluarkan kau punya ilmu golok keramat yang kau banggakan"
Ho Tiong Jong pikir, ini oet-ti Kang kalau tidak dikasih hajaran tentu ia akan memandang enteng padanya, buktinya barusan ia mengucapkan kata-kata yang sangat menusuk hati, maka baiklah ia melayani dengan goloknya, bagaimana oet-ti Kang nanti bisa tahan atau tidak dengan kepandaiannya yang sekarang ia miliki?
Segera ia mencabut golok bajanya, golok bukan sembarangan dan hadiah dari nona Seng, terhadap siapa ia sangat berhutang budi.
"Kalau kau memaksa juga untuk aku mengeluarkan golokku, tidak ada halangannya, cuma saja rasanya kau tak dapat bertahan-lama kalau aku menggunakan senjata tajam. Ha ha ha, oet-ti Kang, mari cepat maju."
Ia berkata sambil lintangkan goloknya didada, siap untuk menghadapi musuhnya yang ia tahu betul ada pandai sekali menggunakan pedangnya Cit-seng kiam yang tajam.
"Kau tak usah banyak menjual lagak" teriak oet-ti Kang seraya menyerang dengan pedangnya, tapi serangan itu dengan satu kelitan manis, sudah menemui sasaran kosong, hingga oet-ti Kang semakin naik hawa amarahnya.
Tiga kali lagi ia melancarkan serangan, semuanya hanya diegoskan dan dikelit dengan indah sekali, tanpa Ho Tiong Jong mengirim serangan balasan- Hal mana, telah mengagumkan para penonton, serentak terdengar tampik sorik sorai yang gemuruh. Kemarahannya oet ti Kang semakin menjadi jadi.
"orang she Ho, hari ini. kalau aku oet-ti Kang tak dapat mengirim kau menghadap ke Giam lo ong, benar benar aku bisa mati karena penasaran-"
omongannya belum lampias sudah menjadi berhenti sendiri, karena ia sangat kaget, IHo-Tiong Jong yang dianggapnya takut terhadapnya tiba-tiba telah mengirim serangan hebat dengan goloknya.
Dikiranya Ho Tiong Jong hanya mengganda berkelit saja takut menghadapi ia punya ilmu pedang, padahal Ho Tiong Jong sebenarnya mau menguji kepandaiannya dihadapan orang banyak
bagaimana ia melepaskan serangan lawan yang tangguh. Ternyata kegesitannya sudah cukup boleh dibuat bangga.
Setelah ia merasa puas tiba tiba mendengar kata-katanya oet-ti Kan yang bukan-bukan dengan mendadak saja hatinya sudah jadi sangat panas dan lantas menyerang kepada oet-ti Kang yang sedang mengumbar hawa amarahnya dengan keluarkan kata-kata yang tidak sedap untuk didengar oleh telinganya sang lawan-
Serangan Ho Tiong Jong ditangkis dengan pedangnya diam diam oetti Kang merssa sangat heran, sebab tenaganya Ho Tiong Jong tenyata bukan tenaganya Ho Tiong Jong yang tempo hari yang ketakutan sama bayangan putih.
Berpikir begitu, maka oet-ti Kang sudah memberikan perlawanan sangat hati hati pada pemuda yang mulai mengangkat nama itu. Dengan begitu pertandingan jadi seruh sekali. Pedang berkilau-kilau menyamber dengan ganas, dilain pihak golok berkelebatan dengan tidak kurang ganasnya. Masing-masing telah mengeluarkan tipu silat simpanannya.
Ho Tiong Jong mainkan goloknya semakin lama semakin bagus hingga penonton merasa sangat kagum oleh kepandaiannya pemuda itu.
Diantaranya Kim Hong Jie yang jadi terpesona dengan tiba-tiba.
"Itulah ilmu golok yaya-ku... " ia berkata dalam hatinya.
Lantas saja pikirannya telah melayang ke masa lima tahun yang lampau, ketika ia ketemu dengan Ho Tiong Jong dan pemuda itu telah mendapat hadiah dua belas jurus ilmu golok keramat dari yayanya. Seharusnya ia menerima delapan belas jurus, tapi entah pemuda itu lantas tidak muncul lagi kerumahnya.
la tidak menyangka, bahwa di benteng seng-keepo ini ia dapat melihat lagi pemuda yang telah
menolong mengambilkan bonekanya yang kecemplung kedalam sawah. Sementara itu
pertandingan telah berjalan dengan seru sekali^ ^1 I ^1
Kim Hong Jie kagum dengan ilmu golok yang diperlihatkan oleh Ho Tiong Jong "Dia hebat dan tampan parasnya" katanya dalam hati sendiri. Matanya tidak berkesiap mengawasinya keatas panggung, dimana dua jago muda sedang mengukur tenaga dengan sungguh-sungguh .
oet ti Kang diam diam mengeluh, kenapa lawan-lawannya kini sangat sulit dirobohkan dan saban-saban tipu goloknya hampir saja mengenakan sasarannya. ia menjadi lebih waspada ketika melihat Ho Tiong Jong yang dihadapi sekarang ada lain dengan Ho Tiong Jong yang tempo hari. Pantasan pikirnya adikku dapat dikalahkan mentah-mentah.
Tapi oet-ti Kang tak usah menunggu lama-lama, karena babak yang menentukan sudah lantas tertampak, ketika dengan tiba-tiba Ho Tiong Jong membentak. "Kena." ia jadi gelagapan dan lompat mundur.
Tapi keadaannya sudah menjadi memalukan, rambutnya terpapas sebagian, sedang pedang ditangannya tinggal sepotong saja. Kutungan yang lainnya sudah jatuh dipapan panggung. Mukanya tampak membisu dan mengawasi musuhnya yang tinggal berdiri tegak dengan wajah bersenyum-senyum.