Halo!

Golok Sakti Chapter 31

Memuat...

Diam-diam Ho Tiong Jong merasa kagum akan lihaynya ilmu yang dipelajarinya itu. Menyerang dengan tenaga lunak akan mengakibatkan binasanya musuh tanpa ampun- cara menangkis serangan lawan dapat digunakan dengan terang-terangan atau tidak kelihatan, hingga membingungkan musuh.

Tok-kay yang menyaksikan Ho Tiong Jong begitu cerdas, dalam tempo pendek sudah dapat menangkap inti sarinya, malah sudah dapat mempertunjukkan beberapa jurus yang dipelajari barusan, bukin main girang hatinya.

Ia belum pernah menemui pemuda yang demikian baik otaknya.

"Bocah, otakmu boleh juga" katanya tiba-tiba. "coba mari ikut aku sekali lagi menjalankan dulu-dulu yang kau sudah dapat catat diotakmu tadi."

Ho Tiong Jong anggukkan kepala lantas mengikuti dibelakang Tok-kay, mengikuti segala gerak-gerakannya. Tiba-tiba dalam hatinya timbul maksudnya yang semula mendekati Tok-kay. Pikirnya saat itu ada satu kesempatan baik untuk ia membokong sipangemis beracun dari belakang.

Begitu berpikir begitu ia ambil putusan, tangannya diurut untuk menotok jalan darah pada punggungnya sipengemis beracun,

Terdengar Tok-kay bersuara. " Heh e" kemudian rubuhnya rubuh ditanah.

Ho Tiong Jong setelah menotok rubuh Tok kay hatinya bukan main menyesal. Kenapa ia membunuh Tok kay yang telah menurunkan ilmunya yang ampuh kepada dirinya? ia jadi turut jatuh lemas disamping tubuhnya Tok-kay.

Ia menghela napas, ia menyesal, tapi jika dipikir sebaliknya perbuatannya itu memang harus dilakukan untuk menolong orang banyak dari kebinasaan ditangan Tok-kay. Pengemis beracun itu perlu disingkirkan jiwanya siang-siang, sebab dosanya sudah luber dari takaran-

Menghilangkan satu jiwa untuk menolong banyak jiwa, itulah ada perbuatan yang harus dilakukan Ho Tiong Jong menghibur dirinya sendiri.

Tapi biar bagaimana juga, batinya yang mulia tidak tega melihat Tok kay dalam keadaan tidak bergerak menggeletak di tanah, gara-gara perbuatannya tadi.

"Locianpwe harap kau maafkan perbuatanku ini. Aku membunuhmu bukan karena aku jahat dan serakah, hanya apa yang kuperbuat atas dirimu disebabkan untuk menolong orang banyak dari kejahatan dan keganasan mu Semoga arwahmu dalam baka tidak menyesalkan perbuatanku " Ho Tiong Jong menangis, tak dapat ia menahan rasa terharunya.

Tiba-tiba ia rasakan tangannya yang berdekatan dengan tangannya Tok-kay seperti di gigit nyamuk. ia menoleh pada Tok-kay. Dilihatnya tubuhnya sipengemis beracun sudah kaku dengan paras pucat pasi, kukunya sudah berubah berwarna hijau ungu menakutkan. Ho Tiong Jong lantas bangkit berdiri.

Pikirannya kusut. Kemana ia harus pergi? Balik kembali ke Seng-kee-po? Tidak mungkin, pikirnya karena hatinya merasa jemu terhadap Pocu dari banteng itu yang kejahatannya mungkin tidak lebih rendah dari Tok-kay yang sesarang tengah menggeletak dihadapannya dengan tubuh kaku.

Ia menghela napas. Terdengar ia berkata sendirian-

"Dunia begini luas, tapi heran tidak ada tempat untuk aku menarah kaki."

Ia dengan perlahan-lahan mengangkat kakinya meninggalkan kuil yang akan merupakan kenangan tak mudah dilupakan dalam riwayat hidupnya selanjutnya.

Ketika ia sampai dihalaman muka kuil tiba-tiba ia seperti melihat ada bayangan orang yang berkelebat. Hatinya tercekat, la tahu benar bahwa dalam kuil ini hanya ia dengan si pengemis berdua, apakah ada orang ketiga disitu?

Bayangan itu seperti menyelinap dibalik pohon, akan tetapi ketika ia menyelidiki, ternyata disitu tidak kedapatan manusia. Ia penasaran, lalu balik masuk lagi kedalam kuil.

Hatinya terkejut, tatkala ia mendekati Tok kay, sipengemis beracun kedapatan sedang berduduk seperti yang sedang mengumpulkan ingatannya.

Mayat hidup, pikir Ho Tiong Jong. Ia pernah dengar orang cerita memang ada mayat hidup, dapat mengejar orang, akan tetapi larinya lurus (tidak dapat membiluk), maka kalau benar Tok-kay menjadi mayat hidup dan menguber padanya, ia sudah siap sedia untuk melompat kesamping supaya Tok kay menyelonong lurus.

Mungkin Tok-kay menjadi mayat hidup disebabkan kematiannya sangat penasaran kena dibokong olehnya. Matanya Ho Tiong Jong terus mengawasi kepada Tok-kay, siapa perlahan-lahan telah bangun berdiri.

Tiba-tiba matanya mengawasi kearah Ho Tiong Jong tampak bengis sekali, menakutkan siapa yang lihat, tapi Ho Tiong Jong sebisa nya telah menabahkan hatinya. Ho Tiong Jong jadi kemekmek bengong. ketika mendengar Tok-kay berkata.

"Hei, bocah, benar-benar nyalimu kasar sekali. Aku yang sudah puluhan belajar ilmu, mana dapat dibunuh olehmu begitu mudah?" Kelihatan Tok-kay berkata seperti yang merasa cemas.

Tidak heran kalau ia merasa cemas, karena dalam dunia yang luas ini tidak seorangpun yang dapat menyintai dirinya. Ho Tiong Jong, pemuda yang menarik hatinya dan dengan rela ia menurunkan ilmunya bukannya membalas budinya bahkan ia coba membunuhnya. ia merasa tidak mengerti sikapnya anak muda itu, maka ia menanya.

"Bocah, kenapa kau hendak mengambil jiwaku demikian kejamnya?"

Ho Tiong Jong menatap wajahnya Tok kay tanpa memberi jawaban.

"Hei, bocah, kenapa kau hendak mengambil jiwaku?" tegur lagi Tok-kay bengis.

Ho Tiong Jong bukannya takut terhadap Tok kay, hanya ia marasa terharu dengan tegurannya Tok kay itu, sebab perbuatannya memang tidak berbudi.

Tok kay seperti merasakan juga keharuan anak muda itu, ia tak mendesak. hanya menanti apa jawabannya si anak muda.

Tak lama, Ho Tiong Jong telah memberikan jawabannya dengan tenang.

"Locianpwee, memang aku telah menerima kebaikanmu yang besar sekali. Perbuatanku yang barusan itu memang tak sepantasnya. sebab itu menandakan aku seorang yang tak mengenal budi. Kebaikan orang dibalas dengan kejahatan- Tapi, ya aku berbuat demikian saking terpaksa...

it

"Terpaksa?" Tok-kay nyeletuk, matanya berputaran galak sekali. "Ya, aku terpaksa melakukan itu" jawab Ho Tiong Jong. "sebab apa kau terpaksa? sebabnya, lekas kau katakan-"

"Sebabnya kau terlalu jahat " "Hmm.. "

"Ya, aku membunuhmu karena untuk kepentingan orang banyak. menyingkirkan bencana disebabkan oleh tanganmu yang ganas dan kejam, dengan lenyapnya kau dari dunia lenyaplah sudah bencana bagi mereka yang tidak berdosa... "

Ho Tiong Jong tidak melanjutkan kata-katanya, karena diselakoleh tertawanya si pengemis beracun yang bergolak-gelak menyeramkan.

"Bocah, dengar aku berkata. Sejak suhuku mati, akulah yang meneruskan memelihara ular beracunnya. Dalam tempo sepuluh tahun belakangan ini dengan susah payah aku sudah bisa simpan bisanya ular itu dalam kukuku. orang yang terkena kukuku dalam tempo tiga hari orang itu akan merasakan reaksinya racunku badannya akan kegatalan tak terhingga dan racunku itu dapat menyerang pada jantung sang korban- Dalam tempo tiga hari orang itu akan menemukan ajal nya dengan mengenaskan. Ha ha ha... "

Ho Tiong Jong kerutkan alisnya...

"Apa hubungan apa racun dikukumU itu denganku?" tanyanya.

"Bocah, apa kau tidak merasa tadi ketika tanganmu berdekatan dengan tanganku kau merasa seperti tanganmu digigit nyamuk? Itulah racunku yang mematuk. bukannya nyamut yang menggigit. Ha ha ha . . ."

Ho Tiong Jong jadi bengong mendengar kata-katanya Tok-kay.

Kiranya sipengemis tadi bukannya rubuh sewajarnya, hanya berpura-pura saja.

Betul-betul Tok-kay sangat lihay, ditotok jalan darahnya yang penting masih bisa menangkis dan dapat berpura-pura seperti yang mati. Ya, apa daya? Sekarang sudah ketela njur, usahanya gagal membunuh sipengemis beracun, sekarang tentu Tok kay tidak mengerti dan akan mengambil jiwanya juga.

Ia menghela napas. "Locianpwe," katanya "aku sudah berbuat salah terhadapmu, aku telah menerima kebinasaan karena racunmu itu bahkan kalau perlu locianpwe boleb penggal batang leherku sekarang juga."

Tok-kay dibikin kagum juga menghadapi keberanian si pemuda.

Diam-diam ia merasa sayang, Ho Tiong Jong tak dapat dibikin taluk olehnya dan menjadi muridnya yang tersayang. ia ingin mencoba hatinya Ho Tiong Jong apakah niatan membunuh padanya benar-benar dengan tidak menyayangi dirinya sendiri? "Hei, bocah, kau datang dekat kemari " katanya. Ho Tiong Jong tidak takut, ia datang dekat pada sipengemis. "sekarang cabut golokmu ?"

Ho Tiong Jong melengak. tapi tokh ia menurut juga menghunus goloknya.

Diam-diam dalam hatinya merasa heran, kenapa ia selalu menurut saja perintahnya ini pengemis kejam? Tapi? Tidak bisa, Tok-kay terlalu tinggi ilmu silatnya. Jalan paling baik memang ia selain menuruti saja perintahnya Tok-kay mau tahu Tok-kay akan berbuat apa terhadapnya.

Tok kay setelah melihat semua penntah-nya dituruti saja, diam-diam dalam hatinya menduga anak muda itu tentu tidak tega akan membunuh lagi padanya yang kedua- kalinya maka ia lalu berkata.

"Bocah, kau sekarang sudah terkena racun ku, selainnya obatku sendiri yang dapat menyembuhkan racun dalam dirimu, adalah si Dewi Racun Kong Jat Si yang dapat menolong dirimu. Tapi sangat mustahil dalam tempo tiga hari kau akan menemukan dirinya si tua bangka

itu.

Sekarang begini, aku mau suruh kau memilih, apakah kau benar-benar mengingini jiwaku tanpa menghiraukan Kegiatanmu atau kau mau hidup sebagai pendekar jempolan dengan mendapat seluruh kepandaianku."

"cara bagaimana memilihnya?" nyeletuk Ho Tiong Jong.

" caranya memilih itu diputuskan dengan hitungan dari satu sampai tiga puluh."

"Aku masih belum mengerti."

"Hmm, bocah, kau sudah berkali kali mau mengambil jiwaku karena menurut alasan untuk menghindarkan bencana orang banyak karena perbuatanku. Aku lihat golokmu ini tajam sekali, tentunya bukan golok sembarangan dan aku rela mati dibawh golok ini kalau memang aku punya nasib ada demikian akhirnya."

"Locianpwee. kau kau... " Ho TlongJong menyelak gugup,

Ia merasa tidak tega dan terharu dengan kata-katanya pengemis beracun itu.

"Hmm... kau jangan menyelak bicaraku bukankah kau mau tahu caranya memilih dua soal yang aku katakan tadi."

Dukungan & Donasi

Bantu kami terus update dengan memberi dukungan melalui:

BCA 7891767327
Trakteer
Post a Comment