Halo!

Golok Sakti Chapter 29

Memuat...

Untuk menyampingkan perhatiannya Tok-kay Ho Tiong Jong menanya. "Malam ini aku pikir tidur dilapangan lebih baik"

PADA pagi harinya Ho Tiong Jong terbangun dari tidurnya, ia melihat Tok-kay telah berjalan meninggalkan dirinya dengan menggunakan ilmu lari cepatnya, dan Ho Tiong Jong tetap mengintil dibelakang nya. Tok-kay merasa heran, meski ia sudah jalan lebih dahulu dan mengerahkan ilmunya yang sangat ia andalkan, Ho Tiong Jong masih tetap mengintilnya.

Ho Tiong Jong sambil mengikuti lari. otak nya bekerja. Pikirnya, pengemis tua ini sangat jahat, kalau dibiarkan tinggal hidup entah berapa banyak korban lagi akan binasa ditangannya. Baik ia mengikuti jejaknya, sebentar dalam kuil kalau ia mau menurunkan pelajarannya ia akan terima, tapi ia tetap menghendaki jiwanya manakala ia mendapat kesempatan untuk membunuhnya.

Tidak lama mereka sudah sampai disuatu tempat dimana ada berdiri sebuah kuil tua yang sudah rusak. Tok-kay ajak Ho Tiong Jong masuk. ia telah menyalakan lilin- Keadaan disitu ada bersih, mereka berdua kemudian pada duduk diatas tikar dan bercakap-cakap. Tiba-tiba Ho Tiong Jong timbulkan keinginan untuk belajar katanya^

"ln, locianpwe sudilah kiranya kau memberi beberapa pelajaran ilmu silat padaku? Aku meski pandai dari kecil sudah belajar lweekang, tapi hanya dapat menggunakan dua belas jurus saja ilmu golok setelah habis ini aku tidak punya kemampuan lagi untuk menandingi lawan-"

"Hmm aku sudah lihat caramu menyerang musuh tadi," memotong Tok-kay. "Memang gerakanmu masih terbatas sekali. Meskipun Iweekangmu baik, tapi belum dapat diandalkan untuk bertempur. Pada waktu kau menyerang dengan golokmu, aku lihat gerakan itu ada pelajaran dari Thian-san-pay yang amat lihat yang dinamai Jan-cong can-soat (burung belibis menerjang salju). Aku tidak menduga kalau kau mendapatkan pelajaran tanpa guru. Belajar tanpa guru tidak mungkin kita mendapat kepandaian, yang mahir, kau tahu?" Ho Tiong Jong anggukkan kepalanya.

"Aku bersedia untuk menurunkan kepandaianku padamu, jikalau kau menghendakinya, tapi..."

Si pengemis beracun merandak disitu, matanya mengawasi pada si pemuda. Ho Tiong Jong yang haus dengan pelajaran ilmu silat menjadi tidak sabaran-

"Tapi kenapa?" tanyanya.

"Tapi ada syaratnya." si pengemis telengas kata sambil tertawa nyengir.

Ho Tiong Jong kerutkan alisnya, entah syarat apa yang diminta oleh pengemis jahat tapi lihay ini ?

"Locianpwee coba kau jelaskan syaratnya bagaimana?" ia menanya.

"Syaratnya, ialah dalam tempo sepuluh tahun kau harus menurut segala perintahku, meskipun aku menyuruh kau membunuh orang atawa membakar rumah kau harus menuruti perintahku. Bagaimana, kau sanggup?"

Ho Tiong Jong dibikin melongo oleh perkataan Tok kay yang seram.

"Tapi Locianpwee..." Ho Tiong Jong berkata gugup dan tidak lampias.

"Ha ha ha...." Tok-kay tertawa. "Boleh kau tahu hatiku amat ketarik olehmu. Entah apa

sebabnya, aku sendiri tidak tahu dan merasa sangat heran. Tentang riwayat hidupku selainnya kau ada seorang lagi yang mengetahuinya, yalah salah satu dari lima tokoh yang namanya menonjol dalam rimba persilatan pada dewasa ini. Ha ha ha "

Ho Tiong Jong diam-diam merasa heran, bagaimana orang yang begini kejam bisa mempunyai hati meny intai kepada sesamanya misalnya kepada dirinya seperti yang dikatakan tadi oleh si pengemis tua?

"Locianpwee, orang itu siapa namanya?" tanya Ho Tiong Jong, yang ingin mengetahui siapa orangnya yang telah mengetahui riwayat hidupnya si pengemis tua.

" orang itu adalah pemilik rumah es di Taypek san Kok Lo-lo (nenek Kok)."

Ho Tiong Jong terkejut. Ia tahu bahwa nenek pemilik rumah es di Tay pek-san itu ada gurunya nona Seng yang kepandaiannya sukar diukur.

Ia menatap wajahnya Tok-kay, yang saat itu tampak seperti yang penasaran sekali. Ia hendak membuka mulutnya menanya, tapi Tok-kay sudah menyambung lagi bicaranya, setelah ia menghela napas.

"Kau tahu, Kok Lo-lo pada tiga puluh tahun yang lampau merupakan satu gadis yang cantik jelita sukar dicari keduanya. Pada waktu ilmu silatku belum pandai betul, tapi karena keberanianku suka membunuh orang dan menggunakan racun, maka dikalangan kangouw orang telah memberi julukan padaku Tok-kay (pengemis beracun)." Si pengemis tua bicara sampai disitu kelihatan merasa bangga sekali.

Selanjutnya ia mengisahkan pertemuannya dengan Kok Lo lo dikaki gunung Tay-pekssan dan jatuh cinta kepada Kok Lo-lo, yang pada masa itu merupakan gadis yang luar biasa cantiknya. Tanpa merasa kakinya telah mengikuti jejaknya nona Kok yang sedang naik gunung.

Ditengah jalan nona Kok berhentikan tindakannya, menantikan ia datang dekat dan lalu menanya.

"Aku tidak tahu. semangatku telah terbawa olehmu." jawabnya.

Nona Kok bersenyum manis menggiurkan, hingga hatinya Tok-kay menjadi berdebaran keras. Diam diam ia berpikir. "Kau biar bagaimana harus menjadi milikku"

" Engkau tidak seharusnya mengikuti seorang gadis yang tidak dikenal " kata pula nona Kok. " Kalau kau masih terus mengintil aku akan marah."

Suaranya si nona demikian merdu merayu, bagaimana Tok-kay tidak jadi tertegun dan berdiri seperti kakinya terpaku.

Ia tidak bisa menjawab kata-katanya nona Kok. hanya matanya saja yang dapat bicara menatap terus pada wajahnya sinona yang cantik menarik. Nona Kok segera meninggalkan ia setelah mengerlingkan matanya yang jeli.

Sebenarnya Tok-kay tidak akan tinggal diam mendapat perlakuan demikian, kalau saja ia menghadapi lain gadis. Terhadap nona Kok ia harus membawa kelakuan yang sopan santun, seberapa bisa menutup kekasarannya, agar sinona ketarik dan menyerah kepadanya tanpa paksaan- la ingin hidup dengan sinona penuh kebahagiaan-

Setelah nona Kok berlalu sampai tak kelihatan bayangannya pula, Tok kay lalu duduk diatas batu besar diam dengan termenung-menung.

Ia kelelap didalam lamunannya sampai tidak merasa kalau sang malam telah dilewati olehnya dengan hanya duduk terus diatas batu. Pagi-pagi sekali tampak nona Kok turun gunung.

Hatinya Tok kay berdebaran, ia tidak tahu harus bagaimana ia membawa dirinya supaya disuka oleh nona pujaannya itu

Ia diam saja tidak menegur. Berpura-pura. Seperti mana sedang menanggung kesal, ia tundukkan kepalanya pada saat nona Kok lewat didepannya.

"Hei, kau masih ada disini?" tanya nona Kok tiba-tiba.

Tok-kay angkat kepalanya dan melirat nona Kok berdiri didepannya seperti juga bidadari yang baru turun dari kayangan- ia begitu cantik begitu menarik dan bergoncanglah hatinya To kay karenanya.

"Ya, aku masih ada disini..." jawab Tok-kay perlahan-"Hei, kenapa begitu?"

"Nona, aku mohon belas kasihanmu. Janganiah kau sia siakan perasaan hatiku telah jatuh cinta dengan setulus hati padamu."

Parasnya nona Kok bersemu merah mendengar kata-katanya yang tidak pakai tedeng aling aling, tapi ia masih bisa bersenyum manis.

"Apa kau teras bercokol disini, tidak pernah berlalu sejak kemarin kita bertemu?" tanya nona

Kok.

"Ya," jawabnya sambil anggukkan kepala. "Betul." si nona menegasi.

"Langit dan bumi menjadi saksinya. Sejak kemarin kau meninggalkan aku sendirian di-sini, aku tak pernah berlalu barang sedikit-pun dari sini."

"Kenapa begitu?"

"Ah nona, apa kau masih belum mengerti pengakuanku yang terus terang tadi?"

Nona Kok tertawa. "Aku tidak menduga kau bisa berlaku demikian," katanya.

"Nona, sekali sukmaku tertawan, olehmu, tak gampang gampang aku menariknya pulang."

Kembali Nona Kok unjuk senyumnya yang manis.

"Nah baiklah," katanya. "Kalau kau memang bersungguh-sungguh hendak hidup bersama sama aku, akupun tidak keberatan- Asal saja... "

Tok-kay gelisah hatinya, ketika melihat si nona tidak meneruskan kata katanya.

Ketika ia mau membuka mulut, nona Kok sudah berkata lagi.

"asal saja kau dapat memenuhi dua syarat... "

"Katakan lekas syaratmu itu," memotong Tok-kay tidak sabaran-

Nona Kok berpikir sebentar.

"Syarat yang kesatu," katanya dengan sungguh-sungguh. "kau yang banyak melakukan perbuatan berdosa, harus menebus dosamu itu dengan merubah diri dari orang jahat menjadi orang baik-baik dan menjalankan penghidupan dalam kalangan kangouw sebagai pendekar untuk membela keadilan dan menumpas kejahatan, bagaimana kau sanggup?"

"Sanggup, sanggup "jawab Tok-kay tanpa pikir pikir lagi.

"Bagus." kata lagi nona Kok. "Dan sekarang syarat yang kedua, jalan lelaki yang menjadi suamiku harus ilmu silatnya ada letih tinggi dan pada aku sendiri. Kalau kau dapat memenuhkan dua syarat ini aku tidak keberatan untuk menjadi isterinya." Tok-kay tertawa terbahak-bahak.

Ia pikir dua syarat itu terlalu ringan. Untuk merobah dirinya menjadi orang baik-baik, apa susahnya? juga untuk membuktikan ia ada lebih unggul, apa - sukarnya.

Nona Kok ada begitu lemah- lembut, yang kata peribahasa kes amber angin juga akan sempoyongan, bagaimana ia bisa tahan ilmu silatnya yang sudah dilatih banyak tahun ? Maka ketika itu juga, setelah ia menghentikan tertawanya kemudian ia berkata kepada nona Kek.

"Nona, dua syarat itu aku terima baik. Supaya lebih cepat kita mencapai buktinya, apa tidak lebih baik kalau kita mulai dengan syarat yang kedua dahulu ?"

Nona Kok bersenyum. "Baik, itu bagus " jawabnya.

Tok-kay tidak pandang mata kepandaiannya si gadis, maka begitu ke duanya sudah siap bertempur, ia mendahului berkata pada nona Kok. "Nona. silahkan kau menyerang lebih dulu."

Nona Kok bersenyum manis. Ia tidak sungkan-sungkan lantas turun tangan menyerang.

Diluar dugaan sama sekali Tok kay, bahwa kepandaian sinona ada sangat tinggi, sebab selanjutnya ia menempur si nona telah menjadi keteter. Meskipun seluruh kepandaiannya ia telah keluarkan, akan tetapi sia-sia saja.

Akhirnya, setelah dengan susah payah Tok-kay melayani si nona puluhan jurus, pada jurus ke lima puluh entah bagaimana nona Kok bergerak. tahu-tahu ia sudah terpental sampai beberapa tombak dan rubuh ditanah sebagai pecundang.

Sampai disini Tok-kay Kang ciong menutur telah berhenti sebentar, untuk menarik napas. Parasnya seperti yang mengandung penuh penasaran-

Ho Tiong Jong yang terus mendengari penuturannya sipengemis beracun yang panjang lebar, saat itu juga hatinya tergerak untuk menyingkirkan pengemis jahat ini di-waktu ia terbenam dalam lamunannya mengenangkan masa yang lampau. Tapi heran tangannya tak dapat bergerak. rasanya berat sekali. Inilah karena hatinya merasa tidak tega, mengingat seorang yang begitu jahat seperti Tok-kay Kang ciong masih punya perasaan cinta dan hendak memperbaiki dirinya menjadi orang baik-baik? Tiba tiba Ho Tiong Jong tertawa.

"Hei, kau tertawai apa bocah?" tegur Tok kay.

Dukungan & Donasi

Bantu kami terus update dengan memberi dukungan melalui:

BCA 7891767327
Trakteer
Post a Comment