Demikian dengan Ban Siong Tojin juga berkata, supaya Ho Tiong Jong mundur jangan turut campur, sebab jiwanya bisa melayang.
Ho Tiong Jong mundur lagi dan berdiri dengan pikiran- Bagaimana sebenarnya pandangan dari kedua orang tua itu terhadap dirinya.
Tengah pertempuran dilakukan dalam detik-detik yang menentukan tiba-tiba terdengar suara orang ketawa dari atap rumah, kemudian berkata.
"Hei Ban Siong Tojin, kau ini sudah puluhan tahun mengasingkan diri, tapi tabiatmu yang sombong masih seperti dahulu kala saja. Dan ini si pengemis tua Kang ciong, dosamu sudah bertumpuk-tumpuk apa masih belum mau menyerahkan kepalamu untuk di penggal?"
Tok kay Kang ciong mendengar orang memaki padanya sudah menjadi sangat gusar. Dengan suara bengis ia menjawab.
"Dari mana datangnya manusia liar tidak tahu malu ? Kau berani menghina aku? Lekas turun dan boleh mengerubuti aku seorang diri. Aku tanggung dalam beberapa gebrakan jiwamu akan sudah melayang menghadap Giam- lo-ong." Terdengar orang di atas atap rumah tertawa dingin.
"Hm.." Ia menggeram. "Lohu sudah sampai begini tua, belum tahu ada orang mengatakan " manusia liar", baru kali ini ia mendengarnya."
Tok- kay alih kan pandangannya kearah suara tadi, hatinya tiba-tiba sangat terkejut.
Kiranya yang datang itu ada Pocu dari Seng-kee-po yang namanya terkenal dalam rimba persilatan, ialah Seng Eng.
Lalu Tok-kay melihat pada Ho Tiong Jong anak muda ini tinggal tenang tenang saja. Hatinya Tok-kay memuji ketabahannya, akan tetapi ia tidak tahu kalau Ho Tiong Jong tidak kenal pada orang yang baru datang itu.
"Hei, bocah, lekas kau naik- keatas. Lihat, masih ada beberapa orang lagi yang menyembunyikan dirinya."
Ho Tiong Jong tanpa disuruh untuk kedua kalinya sudah lantas enjot tubuhnya melesat keatas atap rumah. Seng Eng menyaksikan lompatan Ho Tiong Jong yang bagus, diam-diam dalam hatinya menanya, sejak kapan pengemis kejam ita mendapat murid yang begitu pandai ilmu mengentengi tubuhnya?
Ho Tiong Jong sendiri heran, kenapa waktu itu telah menuruti saja perintahnya Tok- kay tadi. Tapi sekarang ia sudah berada di atas rumah, terpaksa ia harus memeriksa keadaan disekelilingnya. Tiba-tiba ia mendapat lihat diluar tembok peka rangan ada berkelebat bayangan orang.
Pikirannya sangsi apakah ia kasih tahu pada Tok-kay atau jangan? Saat itu tiba-tiba terdengar suaranya Seng Eng lagi.
"Hei, pengemis tua, biasanya kau sangat sombong, memandang aku sangat rendah. Nah, sekarang aku datang hendak membuat perhitungan dengan jiwa anjingmu. Tentang penyimpanan harta bendamu yang besar itu, lebih baik kau angkat pemuda itu sebagai akhli warismu? Ha ha ha"
Ho Tiong Jong mendengar kata-kata seng Eng menjadi marah.
Semula ia mengira Seng Eng ada satu pendekar budiman mencari Tok kay untuk membasmi kejahatan- Tidak tahunya bahkan mereka berdua iiu ada setali tiga uang. Dua-dua ada satu kwalitet, apa yang mereka pertengkarkan hanya berkisar pada kejahatan- la jadi ingat akan kata-katanya Kho Kie, bahwa benggolan-benggolan dari Seng kee-po seharusnya digantung mati.
Diam-diam hatinya pemuda itu tidak puas. Apa yang dikatakan oleh Kho Kie itu memang beralasan, setelah ia menyaksikannya dengan mata kepala sendiri sekarang. Seng Eng dan Tok-kay perlu dibasmi." demikian pikirnya. Tiba-tiba terdengar Tok kay berkata.
"Seng Pocu, kau kasih harga terlalu mahal, aku tidak dapat membayarnya... " Ho Tiong Jong makin kaget mendengar Tok kay berkata demikian-la terus pasang telinganya dengan pikiran melamun-
Hatinya merasa cemas jika melihat sepak terjangnya Seng Eng, ayah nona Seng ini.
Nona Seng sudah melepas budi padanya, pantas ia membelanya mati-matian, tapi ia kecewa menemui ayahnya bukannya orang baik-baik. Dugaannya ayahnya nona Seng ada seorang pendekar ternama dan budiman, ternyata kecele.
Terbenam dalam soalnya keluarga Seng Imembuat ia tidak tahu kalau diam-diam ada dua orang mendekati padanya.
Mereka itu ada si Ular Kembang Tham Kek dan si Rajawali Botak le Yong, dua orangnya Seng Eng yang sangat diandalkan.
Mereka heran ketika sudah datang dekat Ho Tiong Jong seolah-olah tak menghiraukan-Tok-kay terlaki Ho Tiong Jong supaya lekas melarikan diri.
Ketika tersadar dari lamunannya, pemuda itu sudah lantas lompat mundur dan hendak melarikan diri, tapi sudah keburu di terkam oleh dua orang dari seta dan memperhatikan gerak-geriknya.
Melihat Ho Tiong Jong di halang halangi.
Tok- kay kembali dari larinya hendak memberikan pertolongan, akan tetapi Seng Eng sudah melancarkan serangan kepadanya. Terpaksa Tok-kay harus melayanijago dari Seng keepo ini.
Hatinya Tok kay gelisah ketika melihat Ho Tiong Jong hendak dicengkeram oleh Ie Yong yang mengeluarkan ilmunya Eng-jiauw-kang.
Suatu cengkeraman yang berbahaya sekali. ia mengerahkan tenaganya dan mengirimkan serangan telapakan tangan yang mengandung angin keras, maksudnya supaya dapat memukul mundur Seng Eng. Sementara itu mulutnya berteriak-teriak supaya Ho Tiong Jong lekas melarikan diri
Ho Tiong Jong ketika sadar dirinya diserbu orang lantas menegasi siapa adanya mereka itu. kiranya ada Si Ular Kumbang dan si Rajawali Botak yang ia kenal ketika di Seng kee-po.
"Hei, dua saudara ini kenapa hendak menangkap aku?" tanyanya heran-
si Rajawali Botak dan si Ular Kumbang menjadi kemekmek melihat yang akan dijadikan mangsanya itu ada Ho Tiong Jong yang mereka tahu betul pemuda itu sudah mati.
Yang tersebut duluan menarik miring cengkeramannya. selain yang tersebut belakangan juga sudah cepat menarik kembali serangannya yang sudah hampir dilancarkan-"Kau... kau... " katanya hampir berbareng. Matanya terbelalak mengawasi Ho Tiong Jong.
Menggunakan kesempatan mereka sedang terbelalak bengong. Ho Tiong Jong sudah lari meninggalkan mereka.
Seng Eng melihat ia sendiri telah gagal menangkap Tok kay, sedang dua orangnya juga tidak berhasil menangkap lawannya, sudah menjadi marah-marah kepada dua orangnya.
" Kalian namanya saja jagoan, tapi menyerang saja pada pemuda itu tidak berani. Apa kegunaannya kalian? Hmm ... "
"Aaa Pocu nanti dahulu, aku mau beri laporan- orang itu aku kenal bernama Ho Tiong jong " demikian ie Yong memberitahukan kepada majikannya.
"Kau kenal padanya, tapi kenapa kau tidak berani melancarkan serangan?"
"Pocu orang itu sudah mati. Aku melihat dengan mata kepala sendiri."
Seng Eng mendelik matanya. "Kau lihat dimana ?" tanyanya^
"Di Seng-kee-po."
"Hm " menggeram Seng Eng. "Jadi kalian mengira telah melihat setan, bukan?"
Tham Kek dan Ie Yong saling pandang satu sama lain, batinya mereka risau sekali, sebab mereka tahu adatnya sang Pocu yang kejam, dalam marahnya ia bisa membunuh mati kepada mereka berdua.
Dalam keadaan demikian tiba-tiba ie Yong ingat sesuatu, ia lantas berkata.
"Ya, Pocu, aku terus terang bicara pada Pocu, bahwa kematiannya orang itu ada bersangkutan dengan nona Seng. Diwaktu magrib nona Seng menyuruh aku menguburkan orang itu. Tapi lantaran peti mati belum sedia maka mayatnya lantas ditaruh dahulu di kuil Po-im-yan- Menurut pemeriksaanku, memang orang itu sudah mati..."
"Ya, sudahlah." memotong sang majikan- Seng Eng hatinya mendadak lunak, ketika mendengar disebutnya sang putri yang amat dimanjakan itu ada tersangkut. "Tapi apakah betul orang itu ada orang yang kau katakan sudah mati? Karena orang ada yang pengawakan dan wajahnya serupa, kau jangan salah lihat. Sekarang begini saja, kau pulang dan lihat di kuil Po im-yan masih ada atau tidak? Kalau ia masih kedapatan disana melintang, awas, aku akan cabut nyawamu"
Ie Yong danTham Kek menjadi melongo Badannya bergemetaran dan keringat dingin keluar membasahi tubuhnya.
setelah berkata pada mereka Seng Eng berpaling pada Ban Siong Tojin, berkata.
"Hmm... Sifatmu ini selalu tak dapat dirubah, sayang aku tidak membawa Pek Boe Taysu kalau tidak. mereka mana dapat meloloskan diri dari tangan kita? Tapi tidak apa, ada satu waktu mereka akan terjatuh juga ditangan kita."
"Aku sebenarnya merasa cemas sekali." memotong Ban Siong Tojin, "Aku sudah beberapa tahun melatih Tenaga cerdasnya Burung", Supaya dapat melawan ilmu Telapakan Tangan Berdarah musuh, tapi... "
Ban Siong Tojin tidak meneruskan perkataannya, karena diselak oleh tertawanya Seng Eng yang bergelak-gelak.
"llmu Telapakan tangan berdarah" orang itu dilatih sampai sekarang, entah sudah menelan berapa banyak jiwa. Kau mana dapat menandinginya. Nah, sekarang lebih baik kita pulang dahulu Besok pagi, kau yang menjadi Taysu di luitay." Mereka berempat lalu meninggalkan tempat itu.
Ketika mereka berjalan sampai ditempat Ho Tiong Jong membereskanjiwanya "Sepasang orang ganas" ada orang melaporkan tentang ditanamnya dua mayat disitu. Mereka ketarik hatinya, lantas kuburan "Sepasang orang ganas" dibongkar, kiranya dua orang itu ada dua penjahat ulung.
Tanda-tanda bekas pukulan menunjukan kematian mereka terkena pukulannya ilmu Kim ci Gin ciang, ilmu istimewa San-yu Lo-long Kong Teng Shoe.
Mereka kemudian pergi ke kuil Po-im-yan, disitu tidak kedapatan mayatnya Ho Tiong Jong, dari sini kenyataan bahwa Ho Tiong Jong sudah melarikan diri. Si Raja wali Botak Ie Yong menduga-duga akan duduknya perkara.
Ho Tiong Jong mungkin ada permusuhan dengan "Sepasang orang ganas" mereka telah berjumpa bertempur dengan kesudahan yang tersebut belakangan menemui ajalnya, melihat lukanya si Raksasa lu Goei, juga tentu ada perbuatannya Ho Tiong Jong yang menggunakan ilmu. Pasir Terbang telah melukai matanya, hingga sekarang orang punya mata menjadi tinggal satu.
Mungkin, karena ketakutan banyak golongan partai marah kepadanya, karena perbuatannya itu, maka ia sudah pura-pura mati dan kemudian melarikan diri.
Demikian pikiran ie Yong yang diberitahukan kepada sang majikan, tapi ia tidak menerangkan halnya nona Seng punya perlakuan terhadap Ho Tiong Jong bertempur dengan sepasang orang ganas karena hendak membelai nona Seng.