Halo!

Golok Sakti Chapter 25

Memuat...

Ia merasa ragu ragu untuk mendekati dua pengemis itu. perlahan-lahan ia bertindak mundur menghampiri pintu dan memutar sedikit kepinggiran ruangan. Mendadak mata nya melihat keluar, samping ruangan ada bayangan berkelebat. Bayangan itu cepat sekali sudah meluncur dan menghilang dibalik-nya pohon-

Diam-diam ia menanya pada dirinya sendiri, apakah orang itu ada musuhnya Tok-kay? kalau benar demikian, tentu orang itu ada mempunyai kepandaian yang sangat tinggi. Ia akan belajar kepadanya, setelah berkepandaian tinggi baru ia mencari Tok kay. Pikirnya, inilah ada saatnya yang paling baik untuk ia menemui orang pandai itu.

Maka setelah berpikir, secepat kilat ia lompat melesat kebelakang pohon tadi, disitu ia melihat tak ada orang, hanya ada sehelai kere yang menutupi pintu kecil kealingan pohon

Ho Tiong Jong tanpa ragu-ragu lagi terus masuk kedalam pintu kecil tadi.

Ternyata disebelah dalamnya ada terdapat pelataran yang lebar. Masuk kesebelah dalamnya lagi belum juga ia ketemu orang. ia heran, terus jalan kebelakang. Disini ia menemui tempat sembahyang, tapi herannya disini pun tak ada orangnya.

Matanya celingukan mencari orang. ia melihat dari sebuah kamar ada penerangannya menyorot keluar. cepat ia menghampiri dan membukanya kamar ini, tapi tidak ada orang juga. Disini hanya kedapatan sebuah meja persegi, diatasnya ada sebuah lampu yang guram sinarnya.

Matanya Ho Tiong Jong menyapu kesekitarnya kamar. Tiba-tiba dari suatu sudut yang gelap telah muncul seorang, yang ketika ditegasi ternyata ada satu tosu (imam) dengar jenggot dan rambut putih semuanya tapi semangatnya bagus dan sehat. ia muncul dengan kebutan ditangannya.

Ho Tiong Jong diam-diam pikir, apakah kuil ini ada tempat tosu ini mengasingkan dirinya.

Selang dalam berpikir mendadak ia disadarkan oleh perkataannya si tosu dengan suara dingin-

"Hmm " Dimalam yang gelap gulita ini kau berani berani masuk kesini, seharusnya aku memberi hukuman atas kelancanganmu."

Ho Tiong Jong pikir, memang benar katanya tosu ini, maka dengan cepat ia memberi hormat. "Harap totiang tidak menjadi kecil hati, aku memang salah ketarik oleh bayangan yang berkelebat masuk kesini. maka aku lupa bahwa perbuatanku masuk kesini tanpa permisi ada tidak benar. Lagi sekali aku harap totiang suka memberi maaf banyak-banyak. "

Tosu itu mengawasi pada Ho Tiong Jong sejenak, ketika ia hendak membuka mulut Ho Tiong Jong sudah mendahului. "Maaf, siapakah totiang punya nama yang mulia?" Tosu itu setelah berpikir sejenak. sambil bersenyum menjawab.

"Aku bernama Ban Siang. Sudah tiga puluh tahun lebih aku mengasingkan diri digunung cui-hui-san ini. Aku sudah tidak campur urusan duniawi lagi, tapi sungguh sayang menurut ftrasatku malam ini aku harus membuka pantangan membunuh. Betul-betul hatiku amat menyesal."

Ho Tiong Jong terkejut. "Sebab apa totiang harus berbuat demikian?" tanyanya. Ban Siang Tojin tidak menjawab.

Tampak Binar matanya yang kejam. Dilihat dari air mukanya tos u ini tentu bukannya orang baik-baik, maka Ho Tiong Jong dengan pelahan-lahan telah mundur.

"Hmmm " berkata pula Ban Siang Tojin- "itulah karena didunia ini orang tidak saling

mengetahui diri sendiri dan suka berbuat sewenang-wenang, Nah. aku misalkan seperti sekarang ini, aku akan mengikat kau. Sementara menanti keputusannya kawan karibku dahulu, apakah kau rela diikat tubuhmu?"

"Totiang, kenapa aku harus diikat? Tentu pandanganmu salah paham atas diriku."

Ban Siang Tojin angkat tangannya digoyang-goyang seperti melarang anak muda itu banyak membantah.

"Aku tadi sudah berkata aku akan membuka larangan membunuh, bukan? Nah, kalau kau tidak mengerti tunggulah saja itu orang datang baru aku bicara lagi." Ho Tiong Jong tidak puas.

"Totiang, kau tidak boleh sembarangan mengikat orang, bukan?"

"Hai, kaujangan banyak rewel kau bikin susah sendiri saja. Kalau tidak tunduk lihatlah ini buktinya."

Ban Siong Tojin setelah berkata lantas menunjukkan kebutannya kearah lampu yang menyalah diatas meja, segera api lampu tadi menjadi kecil dan panjang seperti terkena oleh tenaga yang tidak kelihatan, arahnya pun tampak berbalik. Jarak antara api dengan Ban Siang Tojin ada satu tombak lebih.

Ini menunjukkan bahwa tenaga dalamnya si tosu hebat juga, karena kalau tidak, tak dapat api itu dibalik kearah kebalikannya dan kecil memanjang.

Ketika ia menarik pulang kebutannya, lantas api lampu tadi menjadi biasa lagi seperti bermula terangnya.

"Nah, sekarang kau lihat sendiri. Kau mau takluk tidak? Apa mau tidak diikat?"

Ho Tiong Jong memang tunduk terhadap. ilmunya yang tinggi tadi, akan tetapi ia tidak mau tunduk dengan aturannya yang bukan-bukan. Maka dengan gusar ia menjawab.

"Totiang. kau bicara tidak menurut aturan- Apa boleh orang berbuat sesuka hatinya saja?"

"Aku tidak ada tempo untuk bicara dengan kau." jawab Ban Siong Tojin dengan marah melotot.

"Hmm...." Ho Tiong Jong menggeram "Boleh coba-coba mengikat aku, memangnya aku sebuah patung?"

Ban Siong Tojm melengak. ia tidak nyana anak muda didepannya itu ada sangat tabah hatinya. ia mundur tiga tindak.

"Bocah," katanya "apa barusan kau tidak lihat ilmu tenaga dalamku sampai dimana. Ah, benar-benar kau ini tidak sadar dengan bahaya di-hadapan mata. Ha ha ha... "

"Tak usah banyak perkataan yang tidak perlu, marilah kita mencoba-coba siapa yang nanti akan diikat," tantang Ho Tiong Jong. Pemuda itu berkata sambil menghunus goloknya.

Ban Siong Tojin tertawa bergelak gelak, "Bocah, kau mau apa ? Lihat nih tambang apa?" ia sembari mengunjukkan seutas tambang. "Tambang ini untuk mengikat binatang liar dan sebentar kau rasakan bagaimana ia akan mengikat dirimu."

"Totiang, jangan banyak rewel, silahkan"

Demikian Ho Tiong Jong menantang, sambil palangkan goloknya didadanya siap untuk mengadu jiwa dengan tosu jumawa itu.

"Bocah benar-benar kau tidak tahu tingginya langit dan tebalnya bumi. Kau menantang untuk bertempur denganku? Ha ha ha."

Ho Tiong Jong tidak takut. ia tertawa bergelak gelak seolah-olah mau menyaingi sitosu ketawa yang menggema diangkasa.

"Hmm " tiba tiba terdengar Ban Siong Tojin berkata pula, "Bocah, kalau kau tahan sepuluh gebrakan saja melawan aku, akan kuijinkan kau pergi begitu saja dari sini, kau mengerti ?"

"ow, hanya sepuluh gebrakan apa susahnya?" jawab Ho Tiong Jong girang, "Hanya yang aku kuatirkan kau akan repot menangkis seranganku."

Ban Siong Tojin tidak menjawab. Ia gerakan senjata kebutannya menerjang pada Ho Tiong Jong. Benar serangan kebutannya itu amat lihay. mengandung tenaga yang kuat sekali, hingga Ho Ting Jong terpaksa lompat mundur setengah tombak untuk menghindarkan serangan tadi.

Sebentar lagi tampak ia sudah putar goloknya, ilmu golok delapan belas jurus dimainkan dengan bagus sekali, hingga diam-diam Ban Siang Tojin memuji. Ia mengerti bahwa ilmu silat golok demikian tidak mudah diterobos.

Tampak Ho Tiong Jong mainkan ilmu golok kramatnya makin lama makin kuat dan sampai hebat sekali, angin golok bajanya menyambar-nyambar. Ban Siang Tojin kerutkan alisnya

Dia gusar, sampai rambut dan jenggotnya pada berdiri. Mukanya juga berubah menjadi hitam, satu tanda bahwa ia telah mengerahkan tenaganya Betul-betul untuk mengambil jiwanya si anak muda.

Menyolok sekali tanda kekurangan latihannya Ho Tiong Jong.

Menghadapi jago kelas wah id, Ho Tiong Jong merasa kewalahan- Kebutannya sang lawan menyamber-nyamber seperti bayangan anginnya dahsyat sekali seolah-olah menekan dadanya hingga hampir sukar bernapas. Tapi ia sudah nekad dan melawan terus.

Belakangan ia rubah bersilatnya dengan ilmu Kim-ci GiNi ciang. hingga Ban Siang Tojin menjadi kaget juga. Tapi dasar ia satu jago ulung, pelahan-lahan ia sudah dapat mengunjukkan keunggulannya dalam pengalaman bertempur.

"Bocah goblok. apa kau masih bisa bertahan berapa lama lagi?"

Ho Tiong Jong tidak menjawab. ia terus mengerahkan tenaganya untuk menangkis tekanan tenaga kebutan musuh. Ia kelihatan nekad, tidak mau kalah oleh lawannya.

Yang membikin ia heran tekanan Ban Siang Tojin sebentar berat dan sebentar ringan-

Entah apa maksudnya, jago kelas wahid itu tidak mau sekaligus, menekan lawannya hingga tidak berdaya?

Ban Siong Tojin kelihatan mukanya sudah menjadi berubah hitam menakutkan dan terus merangsek musuh. Dalam kenekadan-nya Ho Tiong Jong menyabetkan goloknya sambil membentak. "Tosu siluman, kenapa kau menggunakan ilmu sihirmu secara pengecut?" Tapi serangan Ho Tiong Jong dapat dihindarkan-

Ban Siong Tojin merangsek lagi tangannya diangkat.Jari jarinya yang runcing hitam dan beracun kelihatan menyengkeram bahunya IHo Tiong Jong. Tapi heran, ketika sudah dekat menyentuh sasarannya, tiba-tiba jari-jarinya berhenti setengah jalan dan membentak pada lawannya.

"Hei, bocah goblok, apa yang kau katakan tadi?"

Ho Tiong Jong tidak lantas menjawab. ia mengerti bahaya maut mengancam dirinya melihat jari-jarinya sang lawan yang runcing dan beracun sudah dekat menyentuh bahunya. Tanpa terasa, keringat dingin telah membasahi badannya. Tapi hatinya masih keras tidak mau tunduk kepada musuhnya ia menjawab pertanyaannya Ban Siong Tojin tadi.

"Hmmm Kau ini bukannya manusia, tapi siluman- Kau barusan sudah menggunakan ilmu siluman, Hmm manusia siluman"

"Ha ha ha" Ban Siong Tojin tertawa, bergelak gelak. "Bocah goblok, kau ini masih belum tahu lebarnya langit dan tebalnya bumi, kau mana tahu ilmuku yang istimewa. ilmuku itu dilatih berdasarkan rokh-nya burung dari jaman purba. Kau ini cari-cari itu dua pengemis apa gunanya, mereka sudah mengaku kalah kepadaku. Ha ha ha." Ho Tiong Jong sebal melihat lagaknya si tosu yang tengaL

Ia sampai terlupa akan maksudnya mencari guru yang pandai, hingga sudah melewatkan kesempatan yang baik untuk mengangkat Bang Siong Tojin menjadi gurunya.

Hatinya diliputi kemendongkolan- Kata-kata si tosu yang mengejek dibalas kontan dengan ejekan pula .

Dalam keadaan kepepet demikian, Ho Tiong Jong, tiba-tiba mendengar ada suara tindakan orang mendatangi. Ban Siong Tojin kagit.

"Siapa," tegurnya keras.

"Aku Siong Hoat," jawabnya, segera kelihatan muncul seorang hweshio dengan muka pucat dan romannya seperti yang ketakutan-

Kiranya ia ada hweshio dari kuil ceng-in si. Ketika ia sudah berhadapan dengan Ban Siong Tojin telah berkata. "Lo to ya, celaka itu dua pengemis sudah bisa bergerak lagi. Aku sebenarnya tidak berani masuk kesini, tapi... Hii, tidak bisa jadi dua manusia tolol itu dapat bergerak lagi "

Ban Siong Tojin tidak meneruskan kata-katanya, karena kaget, pada saat itu Siong Hoat sudah jatuh rubuh dan tidak bernapas lagi.

Ketika diperiksa, ternyata pada punggungnya ada kedapatan tanda bekas telapakan tangan yang berwarna merah darah.

Dukungan & Donasi

Bantu kami terus update dengan memberi dukungan melalui:

BCA 7891767327
Trakteer
Post a Comment