Hweshio itu itu membuka matanya lebar-lebar.
"Tok-kay ?" ia seperti berkata sendirian- "Bukan, bukan untuk Tok-kay."
"Habis untuk siapa?"
"Tok-kay sudah diusir pergi dari sini."
"Siapa yang mengusirnya? "
"Orang yang mau makan bubur ini." Ho Tiong Jong terkejut pikirannya locianpwe yang manakah sudah datang kesitu dan dapat mengusir begitu mudah kepada si pengemis beracun yang tinggi ilmunya?
"Tapi suhu," kata pula Ho Tiong Jong "apa kau bisa tolong aku?"
"Kau siapa? Aku harus menolongmu dalam hal apa?" tanya si hweshio.
"Tolong bagi semangkok bubur, perutku sudah lapar, untuk mana aku tentu tidak melupakan suhu punya budi untuk mengganti kerugiannya."
"ow, tidak bisa," jawab si hweshio.
"Kenapa tidak bisa? Semangkok bubur tokh apa artinya, sedang aku sendiri hendak menggantinya dengan uang?"
Hwehsio itu tidak mau meladeni Ho Tiong Jong ia sudah hendak ngeloyor keluar dari dapur itu, tapi mendadak ada bayangan berkelebat, ia adalah Ho Tiong Jong yang menghadang didepannya.
"Minggir" bentak si hweshio seraya menerobos.
Ia tidak tahu kalau tenaganya si anak muda ada besar sekali, mana dapat ia menerobos dengan mudahnya. Tidak heran, kalau ia terpental mundur ketika menubruk Ho Tiong Jong dan mangkok bubur menjadi jatuh dari tangannya, buburnya tumpah di lantai. Mukanya hweshio itu berubah menjadi pucat.
"Kau, kau " katanya melotot, tapi ia tidak berani menerjang pada Ho Tiong Jong yang kini ia
anggap tidak boleh dibuat sembarangan, meskipun masih demikan muda, ia akhirnya lompat keluar meninggalkan Ho Tiong Jong.
sementara itu oen ci sudah datang kedapur, maksudnya mau menegur hweshio yang mengurus dapur itu, kenapa sudah begitu lama tidak membawa bubur untuknya. Ia melihat Ho Tiong Jong dan bubur yang tumpah dilantai, Tiba-tiba ia tertawa dingin dan mengawasi pada Ho Tiong Jong.
Melihat dari sikapnya, tiba-tiba Ho Tiong Jong ingat, inilah orangnya tentu yang mau makan bubur. sekarang buburnya sudah tumpah dilantai, bagaimana? Ia lalu menghampiri oen ci, sambil merogoh sakunya mengeluarkan uang, ia berkata. "Saudara kecil, harap jangan marah. Terimalah uang ini sebagai ganti kerugiannya."
"Hmm... " oan ci memotong, "Enak saja kau ngomong, makananku sudah dibikin tumpah begitu rupa. Kau berderajat apa memanggil aku saudara kecil?"
Ho Tiong Jong bengong melihat sikapnya oen ci yang tidak memandang mata padanya.
sementara itu hweshio tadi sudah datang kembali dan mengadu kepada oen ci, bagaimana Ho Tiong Jong sudah menghadang di depannya dan mau merebut semangkuk bubur itu sehingga tumpah.
oen ci tidak meladeni pengaduannya si hwesio yang dilebih-Iebihi dan juga tidak memperdulikan Ho Tiong Jong yang berdiri menjublek. hanya ia mengawasi pada bubur yang tumpuk dilantai.
Tiba-tiba ia mengangakan mulutnya, bubur yang tumplek dilantai tiba-tiba tersedot dan masuk kedalam mulutnya, itulah ada demontrasi lweekang (tenaga dalam) yang hebat sekali.
Ho Tiong Jong dan si hwesio terpesona oleh kejadian yang disaksikannya.
Kalau oen ci ngagah untuk menyedot bubur kedalam mulutnya, kemudian ditelannya, adalah Ho Tiong Jong menganga mulutnya saking heran dan kagum oleh kekuatan lweekang oen ci yang demikian tingginya.
Dalam hati diam-diam berkata, "Pantasan ia bisa mengusir Tok-kay. Demikian tinggi dan mahir kekuatan Iweekangnya, entah bagaimana tingginya kepandaian ilmu silatnya."
Lantas terlintas dalam otaknya suatu pikiran baik orang ini begitu tinggi ilmunya, maka cari siapa lagi untuk ia angkat sebagai guru? Kesempatan yang baik inijangan dikasih lewat begitu saja.
OEN ci sendiri sebenarnya Sangat mendongkol pada IHo Tiong Jong, ia mati memberi hajaran kalau menurutinya hatinya cuma saja ia pandang Ho Tiong Jong masih begitu muda dan bukannya orang jahat, maka ia dengan hati mendongkol sudah hendak meninggalkan tempat itu.
Ho Tiong Jong jadi gelagapan, buru-buru, ia berkata,
"Hei, saudara kecil, tunggu dulu. Aku masih ada yang hendak ditanyakan padamu."
"Hmm... Siapa yang menjadi saudara kecilmu?" menggerendeng oen ci.
Ho Tiong Jong sebenarnya mendongkol mendengar kata-katanya oen ci ini, akan tetapi karena ia ada mempunyai maksud tertentu, maka amarahnya telah ditelan begitu saja. Wajahnya yang tadi sudah beringas menjadi tenang kembali.
"Ia, baiklah aku memanggil kauw Siauw-hiap. Numpang tanya, apa yang mengusir Tok-kay ituSiauw-hiap adanya?" demikian menanya Ho Tiong Jong.
"Kau siapa?" tanya oen ci.
"Aku bernama Ho Tiong Jong."
"Kau datang kesini mencari siapa?"
"Mencari Tok-kay."
"Bagus, bagus, nah, sekarang kau boleh kejar Tok-kay yang kau cari." Ho Tiong Jong jadi melongo.
Diam-diam Ho Tiong Jong berpikir, orang ini ilmu silatnya tinggi tak dapat diukur, tapi kenapa sikapnya ada sangat eneh? Apa katanya orang ini, benar juga. Demikian pikirnya. Sebelum ia dapat membuka mulut, oen ci sudah berkata lagi.
"Meskipun kau tidak dapat menempur dia dengan kepandaianmu yang tinggi, tapi untuk mendekatinya ada mudah sekali kau lakukan, sekarang aku kasih petunjuk padamu, dengarlah baik-baik."
Ho Tiong Jong anggukkan kepalanya.
"Kau dari sini jalan lempeng saja ke arah barat kira kira seperjalanan tiga lie kau nanti akan menemukan satu kuil dengan merek ceng in-si. Tok-kay sekarang ada disana.
Kalau kau sudah berjumpa padanya, boleh mengatakan banwa kau ini diperhina olehku, aku menolak mengambil kau sebagai murid. Kalau ia mendengarnya, pasti timbul amarahnya padaku dan akan menerima kau sebagai muridnya. Tapi ingat betul-betul. Dia meskipun ilmu silatnya amat tinggi, tetapi ia ada seorang jahat, maka kau harus tahu sendiri."
"Apa dia mau menerima aku sebagai muridnya?" tanya IHo Tiong Jong.
oen ci melihat Ho Tiong Jong seperti belum mengerti akan maksudnya yang dikatakan barusan, maka ia hanya anggukkan kepalanya, kemudian telah meninggalkan kuil Biauw-hoat-si.
Ho Tiong Jong berdiri menjublek sekian lama setelah oen ci yang sempurna sekali tenaga dalamnya (lweekang.)
Setelah tersadar dari lamunannya, IHo Tiong Jong pergi menemui hweshio pengurus dapur lagi. Kali ini secara damai, IHo Tiong Jong mendapat bagian bubur.
Setelah cukup menangsel perutnya, orang muda itu lalu meninggalkan kuil dan menuju kearah yang ditunjuk oleh Hong hwe Tong-cu oen-ci.
Dalam perjalanannya ia putar otaknya. Pikirnya, kalau ia sampai dapat berdekatan dengan Tok-kay, ia bermaksud membunuhnya. Perbuatan mana selainnya membalas dendam musuh keluarga Seng, juga berarti ia sudah menyingkirkan iblis masyarakat yang kejam Betul saja ia menemui kuil pada tempat yang diunjuk oleh oen-ci,
Waktu itu sudah jam tiga malam, keadaan sangat gelap. pintu kuil ternyata masih terpentang, tapi heran tidak ada seorang hweshlo kelihatan- Dimuka kuil ada lapangan yang luas, tengah-tengahnya ada jalanan yang dikedua pinggirannya ditanami pohon siong yang amat indah. Di kanan kirinya kuil ada bangunan rumah-rumah kecil mungil. IHo Tiong Tong bertindak masuk kedalam, di mana ia nampak ruangan ada besar sekali.
Selagi ia langak- longok. tiba-tiba terdengar suara tindakan kaki mendatangi dari dalam. Dilihatnya ada seorang hweslo yang muncul, siapa telah melihat padanya dan menghampiri dirinya.
"Sicu malam-malam datang kesini ada urusan apa?"
"Aku bernama Ho Tiong Jong," si pemuda memperkenalkan namanya. "Aku datang hendak mencari seorang she Kang, apa dia ada disini?"
"ow, dia ada tinggal di ruangan sana," jawab hweslo tadi, sambil jarinya menunjuk kelain ruangan-
"Apa boleh aku menemui dia?" tanya Ho Tiong Jong. "Tentu saja, silahkan," jawabnya.
Ho Tiong Jong sembari berjalan pikirannya berdebaran bagaimana nanti ia akan bicara dengan Tok-kay Kang ciong? Tapi perlahan-lahan debaran itu hilang dan hatinya mulai mantap setelah masuk keruangan dimana Tok-kay ada ambil tempat.
Ho Tiong Jong lihat ruangan disitu besar dan lampunya pun sangat terang. Patung-patung dicanang dengan rapih. Didepan meja sembahyang kelihatan ada pintu. Meskipun ada orang masuk. tampak tak dihiraukan oleh mereka.
Dilihat caranya berlutut, kelihatan mereka seperti yang tidak rela berbuat demikian-Ketika diteliti, kiranya dua tubuhnya dua pengemis ini sudah kaku. IHo Tiong Jong heran-
Pikirnya, Tok-kay yang sudah biasa membunuh orang dengan mata tidak berkesip. mana dapat menjadi pemeluk Buddha ? Mengapa itu ada murid-muridnya Tok kay, kenapa tidak bisa bergerak? Apa mereka kena ditotok jalan darahnya? Siapa orangnya begitu berani?