Golok Sakti Chapter 23

NIC

Hatinya Ho Tiong Jong berdebaran-

Ia ingat akan pengalamannya pada lima tahun yang lampau, dengan perantaran sinona cilik yang bersujen memikat itu ia telah melatih Iweekang dibawah pengunjukan engkong nya. Bagaimana baik dan besar perhatian nona cilik itu terhadap dirinya, sampai sekarang ia tidak dapat melupakannya. Dia... dia sekarang sudah dewasa, entah bagaimana cantik wajahnya dia?

Ia sebenarnya ingin melihat Kim Hong Jie setelah menjadi satu nona, sebagai satu gadis cantik, apakah adat dan tabiatnya masih tetap ramah dan jenaka seperti dahulu kala?

Ah, pikirnya, ia tidak seharusnya memikirkan hal nona Hong Jie itu, sebab ia kini hendak menjalankan tugas membunuh Tok-kay Kang ciong. Entah ia dapat kembali dengan selamat atau ia nanti mengorbankan jiwanya, itulah masih merupakan satu pertanyaan

Melayangkan pikirannya sampai disini, tiba-tiba ia disadarkan oleh Kho Kie yang menegur padanya .

"Ho laote, kau ngelamun jauh sekali rupanya, makanya kau menjublek sekian lama, apa kau tak pergi mengejar Tok kay dan hendak kembali ke perjamuan?"

"Sudahlah... " jawabnya lesu, "Mari kita berpisahan-"

Kho Kie tidak banyak rewel lagi, ia menyerahkan goloknya Ho Tiong Jong untuk menjaga diri diperjalanan-

Senjata mana disambut oleh pemiliknya dengan ketawa lesu.

Setelah saling berjabat sekali lagi akan bertemu kembali ditempat itu, keduanya lalu berpisahan-

Sambil menyoren goloknya Ho Tiong Jong terus berjalan kearah mana Tok-kay Kang ciong

telah pergi, sepanjang jalan pikirannya kusut, ia memikirkan tentang kepandaiannya yang hanya enam-belas dari delapan belas jurus ilmu golok keramat ditambah oleh tiga jurus ilmu pukulan "Kim-ci Gini clang" ajarannya Kho Kie, apakah dengan itu saja sudah cukup dapat menjatuhkan si pengemis beracun yang iihay?

la ragu-ragu akan kemampuannya jikalau ambil jalan kekerasan, maka ia harus mencari jalan menggunakan siasat, menggunakan jalan halus untuk dapat mengambil jiwanya orang kejam itu.

Tapi bagaimana akal halus itu yang ia akan ambil.

Berjalan sambil berpikir tanpa terasa lagi ia sudah melalui perjalanan lima-enam lie. Kini badannya dirasakan sudah jauh bedanya dari pada sebelumnya ia makan dua pilnya nona Seng, ia kini dapat berjalan dengan menggunakan ilmu lari cepat yang tidak usah kalah dengan mereka yang sudah mendapat latihan puluhan tahun.

Memikir akan perubahan pada tubuhnya yang tidak terduga-duga, membikin ia jadi bersemangat. Saat itu sudah jam dua malam, ia jalan melewati rimba dan gunung-gunung.

Perutnya mendadak dirasakan lapar sekali, ia bingung, dimana ia dapat mencari tempat untuk menangsal perut? ia jalan lagi beberapa lie, dilihatnya disebelah depannya ada bangunan seperti kuil, hatinya bukan main gembira, pikirnya disitu ia dapat makanan gratis ia boleh memberi uang pada hweshio pengurus dapurnya supaya tidak banyak rewel.

Untuk membunuh Tok-kay dengan jalan mengadu kepandaian sekarang bukan waktunya, ia harus mencari guru dahulu yang pandai untuk memperdalam kepandaian silatnya sendiri. Untuk sekarang, pikirnya ia hanya hendak menggunakan akal kalau-kalau nanti berhasil.

Disekitar tempat itu ada tiga buah kuil, yang satu bernama Giok san-kuan, kedua Biauw-hoat-si dan ke tiga ceng in si.

Tok-kay Kang ciong masuk kedalam kuil Biauw-hoat-si, setelah ia pergi meninggalkan bangkainya "sepasang orang ganas."

Ketika masuk kedalam, Tok-kay lihat penerangan sangat terang, Berjalan sampai diruangan sembahyang tiba-tiba matanya melihat ada seorang yang sedang duduk pada satu buntalan tengah sedang makan bubur.

orang itu seperti anak kecil, rambutnya dikepang umurnya diantara lima belas - enam belas tahun.

Tapi ketika ia menegasi, hatinya terkejut bukan main- sebab ia bukannya anak kecil, hanya sahabatnya sendiri oen cie yang bergelar Hong- hwe Tong- cu (Anak Angin) dan kedatangannya Tok kay itu bukannya tidak diketahui, tapi oen ci pura-pura tidak mengetahuinya terus saja menyikat buburnya.

"Hei, kau ini kapan datang?" tiba tiba itu Tok kay berteriak.

Oen ci menaruh mangkok buburnya, sambil menggoyangkan rambut kepangnya ia berkata dengan suara dingin-

"Hm Apa aku tidak boleh datang kemari ?"

Perkataannya belum habis, orangnya sudah lompat melesat kehadapan Tok kay, Tangan-nya yang kirinya diangkat seperti yang hendak menyerang, saat itu telapakan tangannya merah membara. Hingga Tok-kay terkejut dan mundur beberapa tindak^ baru berkata.

"Kau jangan menyerang, Sudah dua puluh tahun kita tak berjumpa, adatmu masih seperti dahulu kala saja tak ubahnya."

oen cie menurunkan tangannya, Terdengar ia tertawa dingin dan berkata.

"Hmm... orang macam kau ini, selama dua puluh tahun ini semakin banyak berbuat dosa. Dosamu sekarang sudah bertumpuk-tumpuk. sekarang kau bertemu denganku, apakah kau kira aku tak dapat memusnahkan racunmu."

Tok-kay mendongkol mendengar kata-katanya oei ci.

la tertawa terpaksa "Oei ci." katanya: Jikalau kau memang sengaja datang hendak mencari aku, terserah kepadamu, kau boleh berbuat sesukamu untuk melayani aku." inilah suatu tantangan- oei ci perdengarkan suara tertawa yang aneh.

"Aku tidak mencari kau, tapi tunggulah, nanti ada satu waktu ada orang yang mencari untuk mengambil jiwamu yang sudah penuh dengan dosa. percayalah pada kata-kataku sekarang."

Tok-kay tidak menjawab, hanya ia menatap wajahnya oei ci yang masih tetap ketawa seperti yang mengejek kepadanya.

Hong-hwe Tong-cu oen ci adalah salah satu dari "Lima Tokoh dalam dunia persilatan dijaman itu, maka tidak heran kalau Tok-kay tidak berani sembarangan bertanding dengannya. Terdengar oen ci berkata lagi.

"Bicara terus terang, memang harus diakui ilmu yang dinamai "Telapakan Tangan Berdarah" telah mendapat kemajuan selama dua puluh tahun ini, aku dapat mengatasi ilmunya itu. Akupun tak tahu, mengapa aku bisa berkenalan dengan kau dan menjadi sahabat karib, sedang kau ada seorang jahat yang sukar diperbaiki."

Matanya Tok-kay mendelik mendengar kata-katanya sang sahabat yang paling belakangan ini, akan tetapi ia tak berani bergerak dan diam saja ketika Honghwee Tong-cu oen cie meneruskan bicaranya.

"Kau tahu, sutitku yang sekarang menjadi ciang nasehati kau untuk menghentikan kejahatanmu. Menginsafkan padamu bahwa perbuatan jahat itu tak membawa berkah selamat. seperti ilmu kau "Telapak Tangan Berdarah" itu, kau yakinkan dengan kekejaman yang tidak ada caranya, Banyak wanita hamil yang telah menjadi korbannya, banyak orang yang dicelakai olehmu, setelah kau mendapatkan ilmu itu lantas menyembunyikan diri, takut pembalasan atas perbuatanmu yang sangat keji itu. Ha ha ha... kau keliru sebab Tuhan tak melepaskan makhluknya yang telah menumpuk dosa, kemana kau lari musti orang pada satu hari akan membinasakan dirimu."

Tok kay tundukkan kepalanya, Meskipun demikian, diam-diam ia mencaci oen ci yang banyak rewet dalam urusannya orang lain, Ketika ia dong akan kepalanya terdengar oen ci meneruskan pula kata-katanya yang tajam.

" Dengan kekejaman dan kejahatanmu yang diperbuat terus menerus, mana aku bisa tinggal peluk tangan saja melihatnya? Meskipun diandaikan kau ada menjadi anaknya juga aku tak dapat mengampuni kau dan pasti akan membunuhnya, kau mengerti?"

Tok-kay mendelik matanya, ia tidak mendebat kata-katanya oen-ci, hanya ia menanya. "Mana muridku?"

"Hmm... " oen cin menggeram, "Dua muridmu yang manis itu, jangan takut hilang kemana, mereka tidak tahu aku ini siapa, dengan secara kurang ajar telah memegang-megang rambut kepangku. perbuatan ini ada pantangan bagiku, maka dua muridmu yang manis itu aku sudah lemparkan keluar kuil, mereka sekarang mungkin ada di kuil ceng-in-si." Tok-kay gusar sekali, matanya mendelik bengis.

"Bagus perbuatanmu itu" katanya "Ada satu hari aku tentu akan mencari kau ke Bu-tong-san. Nah sekarang terima dahulu persekotnya."

Ia tutup bicaranya sambil menyerang dengan telapakan tangannya yang mengeluarkan angin dan hawa panas yang dapat membikin hangus yang terkena sasarannya.

oen ci menjadi marah melihat dirinya di serang, maka ia juga lantas mengeluarkan ilmunya menangkis dan balas menyerang lawan, Dua telapakan tangannya disodorkan kedepan, yang sebelah kiri mengeluarkan angin dahsyat dan yang kanan mengeluarkan hawa panas seperti api berkobar-kobar.

Inilah ilmu "Hong- hwe Sin- kang" (tenaga sakti angin dan api) yang membuat namanya oen ci terkenal dan dimalui oleh lawan maupun kawan- ilmu yang dilatih selama dua puluh tahun lamanya ini ada sangat lihay, hingga Tok-kay kewalahan dan mundur beberapa tindak.

Mengetahui dirinya bakal mendapat kerugian kalau meladeni oen ci, maka ia sudah memilih jalan yang selamat, "Lari"

Seketika itu juga ia lari meninggalkan oen cijago angin dan api itu tidak mengejar, hanya dengan ketawa dingin memberi nasehat.

"Kau lekas perbaiki dirimu, buang kejahatan dan balik menjadi orang baik, Kalau tidak, percayalah padaku, ada satu waktu kau akan binasa dengan kecewa... "

Hong-hweTong cu oen ci ini sebenarnya sudah sedari kecil berkawan dengan Tok-kay.

Mereka bersahabat karib. Apa mau setelah masing-masing menginjak usia dewasa, perbuatan Tok kay itu banyak nyeleweng, lebih-lebih ketika ia meyakinkan ilmunya "Telapak Tangan Berdarah" banyak membunuh- bunuhi wanita hamil, membuat hatinya oen ci sebagai kawannya sedari menjadi sangat cemas dan mengutuk perbuatannya Tok-kay, ia sebenarnya ingin menyingkirkan jiwanya Tok-kay, tapi perasaan keakraban mereka berkawan diwaktu kecil, membuat ia ragu-ragu dan tidak tega.

Ilmu tenaga dalamnya oen ci sangat mahir, dengan mana ia sudah dapat memelihara wajahnya menjadi tinggal tetap muda seperti anak yang baru berumur lima belas - enam belas tahunan saja, keistimewaannya, adalah ia paling suka makan-

Makanan apa ia tidak menampik asal makan, Tabiatnya itu seperti anak kecil, maka ia telah mendapat julukan Tong-tju (anak) julukan mana digabung dengan ilmunya Hong hwa sinkang maka menjadi Hong- hwe Tong- cu (Anak Angin Api). Sementara itu, Ho Tiong Jong juga sudah masuk kedalam kuil Biauw hoat-si.

Ia tidak masuk keruangan sembahyang, hanya langsung mencari dapur masak kuil itu, untuk minta dibagi makanan menangsel perutnya yang sudah sangat lapar.

Diatas meja tampak ada semangkok besar bubur yang masih panas, mengepul mulutnya sudah mengiler, Ketika ia hendak ulur tangannya, tiba-tiba mendengar ada tindakan kaki. Ia cepat mengumpat d ibalik pintu Ternyata yang datang ada satu hweshio pengurus dapur rupanya, yang hendak mengambil semangkok bubur tadi.

Ketika tangannya hampir menyentuh mangkok, hweshio itu menjadi sangat kaget ketika merasa bahunya ada yang menepuk- ia cepat menoleh, kiranya yang menepuk itu ada orang muda tampan,seperti bukannya orang jahat. Hatinya hweshio itu menjadi lega.

"Suhu, maaf, bolehkah aku menanya, apa bubur ini mau dibawah untuk Tok-kay?" tanya IHo Tiong Jong.

Posting Komentar