Mendorong punggung Bee Lin sehingga di lain saat, tubuh gadis itu sudah mencelat ke atas seperti dilontarkan! Gadis itu terkejut sekali, berjungkir balik di udara dan ia juga amat marah. Begitu kedua kakinya menginjak tanah, ia sudah mencabut pedangnya dan dengan napas terengah saking marahnya ia menyerang kalang kabut kepada Kwan Bu. Kwan Bu dengan mulut tersenyum-senyum mengelak ke sana ke mari dengan amat mudahnya. Tubuhnya tak pernah bergeser dari tempatnya semula, hanya tubuh bagian atas bergerak-gerak ke kanan kiri depan belakang, namun kelebatan pedang di tangan Bee Lin sama sekali tidak pernah dapat menyentuhnya! Bukan hanya gadis itu yang menjadi terheran-heran, penasaran dan marah sekali, juga Kwa Sek Hong sendiri dan puteranya memandang dengan bengong. “Hiaaaaaattt...l” Bee Lin menyerang lagi dengan tusukan yang amat cepat ke arah dada Kwan Bu. Pemuda ini merendahkan tubuh dengan miring, kedua tangannya meluncur maju, yang kiri menotok siku yang kanan merampas pedang. Gadis itu mengeluh kaget, tangannya yang menyerang pedang lumpuh seketika dan tentu saja pedangnya dapat dirampas lawan dengan amat mudahnya.
“Kembalikan pedangku!” Bee Lin yang marah luar biasa itu karena lengan kanannya masih kesemutan, kini melangkah maju dan menendangkan kaki kirinya ke arah pusar Kwan Bu. Pemuda ini tersenyum dan berkata.
“Wah, kau benar-benar galak!” Sambil berkata demikian tangan kanannya memutar pedang mengetuk lutut lawan yang menendang sedemikan cepatnya sehingga Bee Lin tak mampu menarik kembali kakinya. Tahu-tahu kakinya menjadi lumpuh dan di lain detik, tangan kiri Kwan Bu sudah mencabut sepatunya yang berkembang! Bee Lin terkejut bukan main. Mukanya menjadi merah sekali, lalu pucat. Ia tidak mampu mengeluarkan kata-kata lagi saking marahnya. Tangan kirinya bergerak merogoh jarum-jarum di kantung, lengannya digerakkan dan,
“Syiit-Syiit-Syiit !” Sinar-sinar terang membawa jarum-jarum itu menyerang tubuh Kwan Bu. Akan
tetapi kembali dia dan semua orang melongo, karena Kwan Bu menggunakan sepatu rampasannya itu, digerakkan berkali-kali ke depan tubuh dan. semua jarum halus yang menyerangnya menancap
pada sepatu tidak sebatang pun mengenai tubuh Kwan Bu.
“Bee Lin, mundur. !” bentak Kwa Sek Hong yang tadi menjadi makin terkejut. Gadis yang keras hati
ini baru sekarang mengakui bahwa pemuda di depannya itu hebat bukan main, maka dengan muka merah saking marah dan malu, ia terpincang-pincang dengan sebelah kakinya yang tak bersepatu lagi itu menghampiri ayahnya.
“Bocah sombong, berani kau menghina adikku! sambutlah jarum-jarumku ini!” Tangan Kwa Min Tek bergerak dan.
“Swing-Swing-Swinggg!” jarum-jarum yang lebih kasar dari pada jarum rahasia yang disambit Bee Lin tadi menyambar dengan kecepatan hebat sekali, menyambar ke semua jalan darah di tubuh Kwan Bu! Akan tetapi Kwan Bu sudah siap, sepatu rampasan di tangannya ia gerakkan dan jarum-jarum halus yang tadi menancap di situ kini terbang membalik, menyambut jarum-jarum yang dilepas Min Tek. terdengar suara gemerincing nyaring dan tampak bunga-bunga api berhamburan seperti bintang pecah.
Sebagian dari pada jarum-jarum rahasia Min Tek bertumbukkan dengan jarum-jarum Bee Lin yang dilepas oleh Kwan Bu, dan sebagian lagi yang terus menyambar ke arah Kwan Bu, telah ditangkap oleh pemuda sakti ini menggunakan sepatu rampasannya. Rombongan piauwsu yang menyaksikan kelihaian Kwan Bu, mengeluarkan suara heran dan kagum. Mulailah mereka merasa khawatir karena kalau para perampok yang akan mengganggu mereka berkepandaian seperti pemuda sederhana itu, mereka menghadapi bahaya yang amat besar. Min Tek yang melihat betapa jarum-jarumnya gagal, sudah mencabut goloknya. akan tetapi ayahnya cepat maju dan memegang lengannya. Kwa Sek Hong dapat melihat bahwa puteranya, yang tingkat ilmu kepandaiannya tidak jauh melebihi Bee Lin, juga bukan lawan pemuda baju putih yang lihai luar biasa itu. Maka ia mencegahnya dan berkata,
“Min Tek, kau juga mundurlah, biarkan aku sendiri menghadapinya.” Alis Min Tek berkerut, akan tetapi ia tidak berani membantah ayahnya dan mengangguk sambil melangkah mundur dekat adiknya. Kini Kwa Sek Hong menghadapi Kwan Bu. Setelah orang tua itu meneliti Kwan Bu dari atas sampai ke bawah dan mengingat-ingat, ia tetap tidak mengenal siapa pemuda ini. Maka ia lalu mengangguk dan berkata. “Sobat muda, engkau mencari Hui-hauw Kwa Sek Hong yang mengepalai Piauwkiok? Nah, akulah Hui-hauw Kwa Sek Hong. Ada keperluan apakah engkau mencariku?” Kwan Bu memandang penuh perhatian. Ia menindas perasaanya yang menjadi panas dan marah. Ia harus hati-hati dan tidak menurutkan hati panas. Melihat kepandaian anak-anak piauwsu ini, tentu Macan Terbang ini pandai melempar jarum dan juga pandai main golok melihat golok tergantung di pinggang. Akan tetapi hal itu masih belum merupakan bukti bahwa orang ini benar-benar musuh besar yang dimaksudkan ibunya.
“Hui-hauw Kwa Sek Hong. Apakah engkau seorang laki-laki sejati seperti tenarnya namamu sebagai piauwsu yang gagah perkasa?” Sepasang sinar mata orang tua itu mengeluarkan sinar marah.
“Hemmm... apa maksudmu dengan pertanyaan itu? Hui-hauw Kwa Sek Hong selama hidupnya seorang laki-laki sejati, bukan pengecut!”
“Bagus! Seorang laki-laki sejati kalau sudah berani berbuat tentu akan bertanggung jawab. Eh, orang she Kwa, engkau terkenal sebagai seorang ahli jarum rahasia. Kenalkah engkau dengan jarum ini?” Sambil berkata demikian, Kwan Bu merogoh sakunya, mengeluarkan sebatang jarum yang sudah berkarat, menggunakan telunjuknya menyentil jarum itu yang terbang ke arah mata Kwa Sek Hong! Kakek ini menyambut dengan tangan kanan, menjepit jarum terbang itu diantara dua buah jari tangan, lalu meneliti senjata rahasia ini. Ia menggeleng kepala, lalu mengambil jarumnya sendiri. Seperti yang dilakukan Kwan Bu tadi, ia menyentil jarum Kwan Bu dan jarumnya sendiri dengan kuku telunjuk dan meluncurlah dua batang jarum itu ke arah Kwan Bu. Pemuda inipun menyambut dua batang jarum dengan cara yang dilakukan lawannya, yaitu menjepitnya dengan dua jari tangan.
“Bukan jarumku. Engkau periksa perbedaanya orang muda!” Kwan Bu meneliti dua batang jarum yang diterimanya. Jarum orang tua she Kwa itu masih baru dan mengkilap, dan ujungnya meruncing jauh lebih kecil daripada ekornya dan diekornya terdapat kepala yang berbentuk kepala macan. Sebaliknya, jarum yang dulu membikin buta mata ibunya, bentuknya seperti pensil dan batangnya bergaris memanjang di kanan kiri. Memang tidak sama. Akan tetapi apa sukarnya mengganti model jarum rahasia? Maka ia masih belum yakin bahwa pisauwsu ini bukanlah musuh yang sedang dicarinya.