" Kim Eng memang sudah tahu bahwa sejak lama suhengnya ini mencintanya, walaupun Tan Sun tidak pernah mengatakannya
Ia sendiri tidak tahu apakah ia mencinta Tan Sun walaupun ia merasa amat kagum karena suhengnya ini jauh lebih lihai dari padanya
Ketika untuk pertama kali mereka berusaha membunuh Kepala Daerah Ciu di dalam gedungnya, mereka dikejutkan oleh munculnya seorang yang mengenakan topeng saputangan, yang amat lihai ilmu silatnya
Mereka gagal dan merekapun berhati-hati
Ketika melakukan penyelidikan, tahulah mereka bahwa Ciu Tai-jin mempunyai seorang anak perempuan yang lihai ilmu silatnya, juga mempunyai calon mantu yang masih suheng dari gadis itu, juga lihai
Mendengar bahwa tak lama lagi pembesar itu akan merayakan pertunangan puterinya, Tan Sun nungusulkan kepada Kim Eng untuk menanti sampai datangnya hari perayaan itu
"Kita menyamar sebagai tamu dan kita melihat perkembangannya
Kalau engkau tidak berhasil membunuh musuhmu dengan cara gelap, bisa kita lakukan dengan terang-terangan, di dalam pesta itu! Akan tetapi kita tidak boleh bertindak gegabah, harus melihat keadaan
Biarlah aku yang akan mengatur siasat, sumoi
" Kim Eng tentu saja berterima kasih dan setuju saja karena tanpa suhengnya ia merasa tak berdaya
Demikianlah, pada hari itu mereka berhasil menyelinap masuk sebagai tamu, di antara banyak tamu
Setelah para penari mengundurkan diri karena sudah selesai memperlihatkan suatu tarian, juru bicara muncul lagi dan sambil tersenyum gembira mengumumkan dengan suara lantang
"Cu-wi (hadirin sekalian) yang terhormat
Kini akan dipertunjukkan acara yang amat menarik
Karena kedua pihak yang kini dirayakan pertunangannya, yaitu
Ciu Siocia dan Kim Kongcu
Keduanya merupakan orang-orang yang ahli dalam ilmu silat, maka untuk menggembirakan suasana, kini akan dipertunjukkan permainan silat oleh beberapa orang ahli silat yang dipilih untuk keperluan ini
Silakan menikmati pertunjukan ini" Dia mundur diiringi tepuk tangan gembira dari para tamu
Dua orang laki-laki yang berpakaian ringkas sebagai ahli-ahli silat naik ke atas panggung
Mereka dengan sikap gagah memberi hormat ke arah panggung di mana duduk tuan rumah dan besannya dan dua orang muda yang bertunangan, kemudian mereka memberi hormat ke arah penonton
Beberapa orang yang memegang canang, gembreng dan tambur bermunculan dan mereka membawa bendera dengan gambar harimau bersayap
Ini menandakan bahwa yang bertugas meramaikan pesta itu adalah perkumpulan silat Harimau Terbang yang cukup terkenal di kota Tong-an
Musik yang bising itu dibunyikan dan mulailah kedua orang pesilat itu mendemonstrasikan ilmu silat mereka
Gerakan mereka gagah dan bertenaga
Kemudian mereka memperlihatkan ilmu silat pasangan
Mereka saling serang dengan tangkasnya dan biarpun semua gerakan itu telah diatur terlebih dahulu, namun kelihatannya seperti orang yang sungguh-sungguh berkelahi sehingga para tamu memberi sambutan dengan tepuk tangan dan seruan-seruan gembira
Akan tetapi bagi mereka yang memiliki, kepandaian silat tinggi, seperti Cong Bu dan Lian Hwa, pertunjukan itu tidak ada artinya, hanya indah dilihat saja akan tetapi hanya mengandung ilmu bela diri yang amat lemah
Karena yang mengundang rombongan ini adalah kepala daerah yang berbesan dengan komandan pasukan keamanan, maka sekali ini rombongan perkumpulan silat Harimau Terbang disertai ketua atau guru mereka, seorang laki-laki berusia limapuluh tahun yang bertubuh kecil pendek
Melihat keadaan tubuhnya, orang akan memandang rendah
Akan tetapi sekali ini, ketua itu ingin menyenangkan hati kepala daerah dan diapun maju sendiri untuk mendemonstrasikan kepandaiannya! Ketika dia muncul dan memberi hormat ke arah panggung, kemudian kepada para tamu, mereka yang telah mengenalnya menyambutnya dengan tepuk tangan gemuruh
Siapa yang tidak mengenal Kwan-kauwsu (Guru Silat Kwan) yang menjadi ketua Hui-houw Bu-koan (Perguruan Silat Harimau Terbang)? Biarpun pendek kecil akan tetapi orang ini sudah dikenal sebagai jago silat yang pandai
Ketika Kwan-kauwsu mulai bersilat, diam-diam Cin Han memperhatikan dan diapun tahu, bahwa biarpun dia saja memiliki tingkat yang iebih tinggi dari pada kedua orang muridnya tadi, namun ilmu silat yang dipertontonkan oleh guru silat inipun hanya indah ditonton saja, tidak memiliki dasar yang kuat sehingga masih meragukan kalau dipergunakan untuk membela diri menghadapi lawan tangguh
Akan tetapi, gerakan orang ini memang lincah bukan main, agaknya dia memang hendak memamerkan kepandaiannya dan sesuai dengan nama perkumpulannya, maka dia bergerak cepat laksana seekor harimau yang pandai terbang! Sorak sorai dan tepuk tangan gemuruh yang menyambut permainan silat ketua perguruan silat Harimau Terbang itu agaknya membuat Kwan Kauwsu menjadi bangga bukan main
Setelah berhenti bersilat, dia lalu memberi hormat ke empat penjuru, kemudian berkata dengan suara yang lantang
"Cu-wi yang mulia
Ilmu silat perkumpulan kami, sesuai dengan namanya, mengandalkan kelincahan, baru menggunakan kekerasan, seperti seekor harimau yang terbang
Untuk memeriahkan pesta ini, biarlah saya akan membuat sayembara
Lihatlah, ini adalah sebuah pisau belati pusaka peninggalan kakek saya, terbuat dari pada baja aseli dari utara
" Dia mencabut sebuah pisau belati dan nampaklah sinar berkilau kebiruan
Sebatang pisau belati yang amat baik memang
"Saya akan mengikatkan pisau ini di punggung saya dan saya persilakan siapa saja di antara cuwi mencoba-coba untuk mengambil pisau ini
Siapa yang berhasil merampasnya, biarlah saja aku sebagai saudara tua dan pisau ini akan saya persembahkan kepadanya sebagai hadiah
Saya memberi kesempatan selama dua puluh jurus kepada siapi saja yang hendak mencoba, dan saya hanya akan mengelak tanpa membalas serangan
" Manusia sombong, pikir Cin Hin
Pada saat itu, dari kelompok tamu, keluarlah seorang laki-laki berusia empat puluh tahunan, bertubuh tinggi kurus dia lalu naik ke atas panggung sambil tersenyum
Dia memberi hormat kepada tuan rumah dan keluarganya di panggung
"Harap Tai jin, sudi memaafkan saya yang hendak meramaikan pesta ini dengan mencoba-coba mengadu untung
Siapa tahu saya bisa mendapatkan pisau belati yang baik berikut seorang adik baru!" Semua orang tertawa mendengar kelakar ini
"Bagus!! Silakan maju dan mencoba-coba, sobat!" kata guru silat kecil pendek itu
Tambur pun dipukul dan seorang murid perguruan itu siap untuk menghitung binyaknya jurus
Si tinggi kurus melangkah maju dan membuka serangan dengan menubruk, menggunakan kedua lengannya yang panjang
Lengan kiri menyambar ke arah perut sebagai ancaman dan lengan kanan menyambar ke arah punggung untuk merampas pisau belati
Akan tetapi, dengan mudah saja Kwan-kauwsu mengelak, lincah dan lucu gerakannya
Si tinggi kurus menyerang lagi, bertubi-tubi, bahkan kadang kadang menyelingi dengan tendangan, namun semuanya luput karena guru silat itu memiliki gerakan yang jauh lebih cepat dan lincah
Karena tubrukan dan serangannya selalu dapat dielakkan dengan gerakan yang lucu, para penonton tertawa geli, mentertawakan si tinggi kurus dan sampai lewat dua puluh jurus, jangankan dapat merampas pisau, menyentuh ujung baju Kwan-kauwsu saja dia tidak mampu! Dengan muka merah karena ditertawakan orang, si tinggi kurus mengundurkan diri
Tiba tiba nampak bayangan berkelebat dan tahu-tahu di depan Kwan-kauwsu telah berdiri seorang pemuda yang amat tampan
Pakaiannya sederhana dan terlalu besar, wajahnya tampan dan gerak-geriknya halus, namun sepasang, matanya mengeluarkan sinar berapi penuh semangat
Cin Han terkejut melihat majunya Kim Eng dan dia pun mempergunakan kesempatan selagi para penonton dan tamu mencurahkan seluruh perhatian ke atas panggung, diapun menyelinap masuk dan mencampurkan diri dengan para tamu, duduk di sebuah kursi kosong dan siap siaga
Dia harus turun tangan mencegah kalau Kim Eng nekat hendak membunuh Ciu Tai-jin! Kim Eng memberi hormat kepada Kwan-kauwsu sambil berkata singkat, "Aku ingin mencoba kelihaianmu dan merampas pisau!" Biarpun ia sudah membesarkan suaranya, tetap saja terdengar halus, membuat semua orang meragu dan heran
Kwan-kauwsu yang bangga oleh kemenangannya yang pertama tadi, tersenyum lebar dan memandang rendah kepada pemuda yang gayanya halus seperti wanita itu
"Ha-ha, tentu saja boleh, orang muda
Nah, engkau mulailah!" kepada muridnya dia berseru, "Jangan salah menghitung jurus !" Kembali musik dibunyikan dengan bising dan Kwan-kauwsu dengan lagak memandang ringan mulai bergerak-gerak mengubah kuda-kuda agar nampak gagah
Kim Eng memang sengaja mencari gara-gara, maka iapun menyerang dengan cengkeraman ke arah muka guru silat itu dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kanan menampar ke arah dada
Ketika guru silat itu dengan sigapnya mengelak, cengkeramannya ke arah muka itu dilanjutkan ke arah punggung dan hampir saja pisau itu dapat dirampasnya
Guru silat Kwan terkejut dan cepat dia melempar tubuh ke belakang, terjungkir balik akan tetapi pisaunya dapat diselamatkan dari rampasan orang
Semua orang bertepuk tangan memuji gerakan Kwan-kauwsu berjungkir balik tadi, tidak tahu bahwa guru silat itu terkejut bukan main menghadapi kecepatan serangan pertama dari Kim Eng
Kini gadis itu tidak membuang banyak waktu lagi
Dengan gerakan cepat dari ilmu silat Kun-lun-pai yang selama ini dipelajarinya dengan tekun, ia menyerang lagi
Kecepatan gerakannya membuat guru silat Kwan menjadi bingung dan tiba-tiba saja, jari tangan gadis itu telah berhasil menotok jalan darah di kedua pundaknya yang mengakibatkan Kwan-kauwsu tak mampu pula menggerakkan tubuhnya
Dan pada saat itu, dengan amat mudahnya Kim Eng mengambil pisau belati dari punggung kakek yang pendek kecil itu
Akan tetapi, Kim Eng tidak ingin bermusuhan dengan orang lain dan cepat ia memulihkan totokannya sambil mengembalikan pisau belati ke tangan Kwan-kauwsu sambil berkata lantang
"Maafkan aku dan terimalah kembali pisaumu!" Ketika merasa tubuhnya dapat bergerak kembali dan pisau itu berada, di tangannya, wajah guru silat itu berubah pucat, lalu menjadi merah sekali
Maklumlah dia bahwa dia menghadapi orang yang memiliki ilmu kepandaian yang jauh lebih lihai darinya dan berapa orang itu sama sekali tidak berniat buruk
Maka diapun menjura kepada Kim Eng kemudian memberi hormat ke arah panggung dan berkata
"Ampunkan hamba, Tai-jin