Halo!

Bu Kek Siansu Chapter 31

Memuat...

Sin Liong menggeleng kepalanya, makin tidak mengerti dia akan sikap wanita pada umumnya dan saat itu, sikap Swat Hong khususnya, juga sikap Soan Cu yang amat aneh kalau diingat bahwa dia adalah cucu ketua Pulau Neraka yang berwatak aneh dan kejam. Semua terjadi seperti direncanakan oleh Soan Cu. Setelah dara itu mengaku sembuh sama sekali dan Sin Liong bersama Swat Hong menghadap ketua untuk minta pembebasan, Ouw Kong Ek menggeleng kepalanya dan berkata,

"Kwa Sin Liong, kami berterima kasih sekali atas penyembuhan penyakit cucuku, dan untuk jasamu itu, kami tidak akan menggangu kalian, bahkan menganggap kalian sebagai orang-orang berjasa. Akan tetapi, terpaksa kami tidak dapat membebaskan kalian karena kami amat membutuhkan engkau sebagai ahli pengobatan di pulau ini. Maka, harap kalian suka mengerti akan kebutuhan kami ini. Tinggallah di sini dan menjadi orang-orang terhormat menjadi pembantuku yang paling baik."

"Tocu, aku mengerti akan kebutuhan Tocu dan para penghuni Pulau Neraka. Akan tetapi sungguh tidak adil kalau menyuruh kami tinggal di sini selamanya, apa lagi amat tidak adil bagi Sumoi. Betapapun juga, karena aku mengerti akan kebutuhan kalian semua, biarlah sekarang diatur begini saja. Aku akan sementara waktu tinggal di sini mengajarkan ilmu pengobatan kepada Tocu, akan tetapi kuminta agar Sumoi sekarang juga dibebaskan, diberi sebuah perahu agar sumoi dapat pergi lebih dahulu meninggalkan Pulau Neraka. Adapun aku sendiri, kalau Tocu sudah mengenal semua daun dan bahan pengobatan, baru aku akan pergi dari sini. Bagaimana?"

Ketua Pulau Neraka itu mengerutkan alisnya, lalu melirik kearah cucunya yang duduk di sebelahnya dan menundukan kepala saja.

"Hemmm, boleh juga sumoimu pergi. Biarpun dia puteri Han Ti Ong, akan tetapi mengingat akan jasamu, biarlah dia kami bebaskan. Akan tetapi kau.... ah, aku sangat mengharapkan agar engkau menjadi.... keluarga kami, orang muda."

Kembali dia mengerling ke arah Soan Cu dan gadis itu makin menundukan mukanya yang menjadi merah sekali.

"Benar sekali, dia amat cocok menjadi jodoh Nona Ouw!"

Beberapa orang membantu berkata sambil tertawa-tawa, sikap mereka bebas terbuka.

"Aku tidak mau pergi!"

Tiba-tiba Swat Hong berkata lantang.

"Kalau Suheng tinggal di sini mengajarkan ilmu pengobatan, aku akan tinggal di sini juga sampai pelajaran itu selesai. Dan kalau... kalau ada pengantian di sini, kalau suheng diambil mantu, aku pun harus menjadi saksinya!"

Ucapan itu sebetulnya dikeluarkan dengan gejolak kemarahan dan kepanasan hatinya, akan tetapi para pembantu Ouw Kong Ek menyambutnya dengan suara ketawa.

Tentu saja Sin Liong kaget sekali mendengar ucapan Sumoinya itu. Ada kesempatan yang amat baik terbuka bagi Swat Hong untuk membebaskan diri dari pulau berbahaya itu, dan kesempatan itu dibuang begitu saja oleh Swat Hong! Dia telah mengenal watak Swat Hong. Sekali bilang tidak mau, dipaksa pun sampai mati tidak akan mau tunduk! Maka dia menjadi bingung sekali.

"Tocu, karena Sumoi tidak mau pergi sendiri lebih dulu, maka biarlah perjanjian kita diubah. Aku akan memberi pelajaran ilmu pengebatan kepada Tocu, setelah Tocu mengenal bahan obat untuk melindungi penghuni pulau ini, aku dan Sumoi boleh pergi dengan bebas."

Ketua Pulau Neraka itu mengelus-elus dagunya dan alisnya berkerut, berkali-kali dia melirik ke arah cucunya.

Dia adalah seorang yang sudah tua, biarpun tidak pernah terjun ke dunia ramai, namun dia tahu bahwa cucunya jatuh hati kepada pemuda yang hebat ini. Dan dia tidak melihat seorang pemuda lain di Pulau Neraka yang kiranya patut menjadi suami cucunya! Tentu saja hatinya tidak rela kalau pemuda itu pergi meninggalkan pulau karena dia tahu bahwa hal itu tentu akan mengecewakan hati cucunya. Maka dia hanya menggeleng-geleng kepala, tanpa dapat menjawab. Melihat keraguan ketuanya, seorang kakek berusia lima puluh tahun lebih melaju maju. Orang ini kepalanya gundul botak akan tetapi mukanya penuh brewok, tubuhnya kurus kecil dan di lehernya ada seekor ular merah melingkar.

Dia adalah pembantu utama dari Ouw Kong Ek, seorang yang lihai ilmu kepandaiannya dan bernama Lo Thong. Berbeda dengan Majikan Pulau Neraka itu yang merupakan keturunan orang buangan, maka Lo Thong sendiri adalah seorang buangan dari Pulau Es, tiga puluh tahun yang lalu dia dibuang dariPulau Es karena sebagai seorang pemuda dia banyak melakukan kejahatan. Setelah berada di Pulau Neraka dia memperdalam ilmi-ilmunya dan menjadi orang ke dua yang terkuat setelah Ouw Kong Ek, yaitu sesudah putera Ouw Kong Ek yang bernama Ouw Sian Kok, ayah Soan Cu menjadi gila dan meninggalkan pulau. Maka dia diangkat sebagai pembantu utama oleh Ouw Kong Ek.

"Twako (Kakak),"

Lo Thong berkata dan tidak seperti lain penghuni Pulau Neraka yang menyebut ketua mereka tocu (majikan pulau), dia menyebutnya kakak,

"Mengapa Twako bingung menghadapi urusan dua orang anak-anak ini? Betapapun juga, mereka berada di pulau ini dan seharusnya mereka tunduk kepada semua perintah Twako yang menjadi hukum di sini. Kalau mereka hendak mengambil keputusan sendiri, boleh saja akan tetapi mereka harus lebih dulu dapat mengalahkan kita!"

Ouw Kong Ek memandang pembantunya dengan muka berseri, seolah-olah dia terlepas dari keadaan yang ruwet.

"Kalau begitu, bagaimana baiknya, Lo-tee?"

"Menurut saya, lebih baik diadakan pertandingan antara orang pemuda She Kwa ini dan Twako. Kalau dalam pertandingan itu dia kalah, maka dia dan Sumoinya harus selamanya tinggal di sini dan menjadi penghuni pulau ini seperti kita semua."

"He, Botak! Enak saja kau bicara! Siapa bilang Suhengku kalah oleh ketua kalian? Habis, kalau kemudian ketua kalian yang kalah, bagaimana?"

Swat Hong berteriak nyaring.

"Twako kalah? Ha-ha, mana mungkin?"

Lo Thong menjawab.

"Akan tetapi kalau Twako kalah, biarlah pemuda She Kwa ini mengajarkan ilmu pengobatan sampai Twako pandai, baru kalian berdua boleh pergi meninggalkan pulau ini dengan bebas."

"Usul yang bagus sekali!"

Ouw Kong Ek berseru gembira.

"Kwa Sin Liong, aku mendengar bahwa di dunia ramai, di daratan sana, orang-orang gagah menggunakan kepandaian untuk memutuskan sebuah perkara yang ruwet. Aku percaya bahwa engkau tentu seorang gagah pula, maka biarlah kita membereskan urusan ini dengan mengukur kepandaian masing-masing seperti yang diusulkan oleh pembantuku Lo Thong."

Sin Liong menggeleng kepalanya.

"Tocu, aku tidak suka menggunakan ilmu yang kupelajari untuk kekerasan. Mengapa Tocu hendak menggunakan cara kekerasan untuk menahan kami berdua selamanya di pulau ini? Aku sudah besedia mengajarkan ilmu pengobatan, maka sudah sepatutnya kalau Tocu membalasnya dengan membebaskan kami.

"Tidak kita harus saling mengukur kepandaian dulu!"

Ketua itu berkeras. Tiba-tiba Swat Hong melompat ketengah lapangan dan membusungkan dada menegakkan kepalanya.

"Hayolah! Kalau Suheng tidak mau, biarlah aku yang melayanimu! Siapa sih takut kepada orang Pulau Neraka? Aku yang memasuki pertandingan itu, dan kalau kalah, boleh kalian berbuat apa saja sesuka kalian!"

"Sumoi...!!"

Sin Liong menegur.

"Suheng, aku tidak takut!"

Swat Hong membantah. Ouw Kong Ek mengerutkan alisnya.

"Soan Cu, kau layani bocah liar yang sombong ini!"

Katanya.

"Baik Kong-kong."

Soan Cu bangkit berdiri dan melangkah maju, akan tetapi segera berhenti ketika mendengar suara Sin Liong.

"Soan Cu harap jangan bertanding. Di antara kita tidak ada permusuhan, bukan?"

Soan Cu meragu, memandang kepada Kong-kongnya, kemudian kepada Sin Liong, dan akhirnya dia kembali duduk di tempatnya yang tadi.

"Soan Cu...."

Kakeknya menegur.

"Kong-kong, aku tidak mau bertanding. Mereka bukan musuhku."

Mata kakek itu terbelalak, akan tetapi dia tidak marah bahkan lalu tertawa bergelak.

"Kau...kau lebih taat kepadanya? Ha-ha-ha-ha!"

Dia tertawa karena sikap cucunya itu jelas membuktikan betapa cucunya benar-benar telah jatuh cinta kepada Sin Liong! Sampai-sampai berani membangkang terhadap perin-tahnya hanya karena Sin Liong menghendaki demikian. Makin panaslah hati Swat Hong. Tadinya dia sudah siap-siap untuk menjatuhkan cucu ketua Pulau Neraka itu, selain agar menang pertandingan juga hendak memperlihatkan kepada Suhengnya bahwa dia lebih pandai dari pada Soan Cu. Akan tetapi, ternyata Suhengnya melarang Soan Cu dan dan putri Pulau Neraka itu begitu taat!

"Ouw Kong Ek, kalau cucumu tidak berani maju, biarlah kau sendiri yang maju! Hayo tandingilah aku, puteri Raja Pulau Es!"

Dia menantang-nantang dengan suara penuh kemarahan. Sin Liong hanya menggeleng kepalanya dan bingung sekali bagaimana harus mencegah sumoinya. Kembali kakek itu menjadi marah. Tantangan yang keluar dari mulut Swat Hong membuat mukanya merah dan telinganya panas. Akan tetapi betapa memalukan kalau dia harus menandingi seorang bocah perempuan yang usianya sebaya dengan cucunya sendiri!

"Twako, perkenankanlah saya menghajar bocah bermulut lancang ini"

Lo Thong berkata dan Ouw Kong Ek mengangguk, akan tetapi masih ingat dan memesan.

"Akan tetapi cukup beri hajaran saja, jangan sampai dia terbunuh."

"Baik saya mengerti, Twako."

Lo Thong menjawab lalu sekali kakinya bergerak, tubuhnya sudah mencelat ke depan Swat Hong. Menyaksikan ginkang yang hebat ini diam-diam Sin Liong khawatir sekali, akan tetapi dia pun tidak dapat mencegahnya karena maklum kalau dia melarang, Sumoinya tentu akan menjadi makin nekat saja. Maka dia hanya bangkit berdiri dan memandang dengan jantung berdebar tegang. Swat Hong memandang kakek botak yang berdiri di depannya, lalu berkata, suaranya mengejek.

"Apakah pertandingan ini akan memutuskan perjanjian tadi, bahwa kalau aku menang kami berdua boleh pergi dari sini?"

"Tidak", jawab Lo Thong.

Dukungan & Donasi

Bantu kami terus update dengan memberi dukungan melalui:

BCA 7891767327
Trakteer
Post a Comment