Halo!

Warisan Jendral Gak Hui Chapter 20

Memuat...

"Hey anak muda mengapa kau longang-longong seperti orang bingung ?”

seru salah seorang diantara kelima orang-orang berkedok singa itu.

Sesaat Kiam Ciu jadi malu. Kemudian terseyum.

"Ohh. selamat pagi saudara. Rupa-rupanya dunia ini bagi kita hanya sempit.

Kemana-mana kita selalu bertemu. Dulu aku pernah beruntung dapat bebas dari perangkapmu dan selamat! Tetapi aku kehilangan sebuah pening kuningan dari partai Bu-tong yang kuduga terjatuh ketika mengbadapl kalian. Apakah kalian menemukannya ? Sebenarnya aku akan pergi mencari markas partai Kim-saipang untuk menanyakan hal pening kuningan itu !” seru Kiam Ciu sambil menghormat. Sejenak suasana menjadi sepi. Mereka terdiam. Kiam Ciu memandang pemimpin partai persilatan Kim-sai-pang dengan berharap.

"Ya kami memang menemukan pening kuningan itu!” tiba-tiba terdengar orang itu berseru. "Tetapi untuk mendapatkan kembali benda itu kau harus memenuhi syarat kami !” "Kalau begitu, katakanlah syarat apa yang harus kupenuhi ?” seru Kiam Ciu dengan mendesak. "Sabar dulu, kau tentunya paham maksud kami ! Kami dari kalangan silat.. . . lalu kalau kau dapat menerobos kepungan kami barulah kau bebas dan dapat menerima pening itu kembali !” seru pemimpin partai Kim-sai-pang dengan suara lantang dan pasti.

Sesaat Kiam Ciu tertegun. Dalam hati dan mengeluh karena dia tidak senang dengan segala kekerasan, apalagi dia tidak merasa mempunyai persoalan dan permusuhan dengan partai Kim-sai-pang.

"Aku baru saja turun gunung dan belum berapa lama berkecimpung di dunia Kang-ouw. Tetapi mengapa orang-orang partai Kim-sai-pang selalu menyusahkan diriku. Aku tidak merasa menanam permusuhan dan diantara kita tidak ada dendam mendendam. Ataukah aku pernah berbuat salah yang menyinggung partai Kim-sai-pang ?” seru Kiam Ciu.

"Ya, kau harus dengarkan sekali lagi, bahwa karena pedang pusaka Naga Kuning itu maka kami selalu mengejar-ngejarmu. Karena Oey-Liong-Kiam itulah sumber malapetaka yang selalu akan kau alami !” seru pemimpin partai Kimsai pang.

Kemudian dengan satu isyarat tangan kanan disusul dengan menyambarnya keempat orang lain dalam sikap mengurung Tong Kiam Ciu, Saat itu sebenarnya Kiam Ciu akan menyahut kata-kata pemimpin Kim-sai-pang itu. Namun belum lagi Kiam Ciu mengucapkan kata-kata, ternyata orang itu telah meloncat menerkam dada Kiam Ciu. Untung Kiam Ciu waspada. Dengan memiringkan tubuh dan mengebutkan kedua lengan jubahnya maka keempat lawannya terpental begitu juga pemimpin Kim-sai-pang yang akan menerkam dada Kiam Ciu jadi terhuyung hampir tersungkur. Kiam Ciu tidak merasa mempunyai ikatan permusuhan dan dendam. Maka sama sekali dia tidak bermaksud untuk melukainya. Kiam Ciu menghadapi kelima orang Kim-sai-pang itu dengan tangan kosong. Dia sering menghindar dengan mengandalkan kelincahan dan ilmu meringankan tubuhnya.

Tampaklah Kiam Ciu bagaikan berterbangan dan berloncatan dengan cepat dan terhindar dari serangan-serangan kelima lawannya. Sampai beberapa jurus lamanya pertempuran itu telah berlalu, tetapi tiada sebuah pukulanpun yang mengenai tubuh Kiam Ciu. Seolah-olah pemuda itu bagaikan terombang-ambing gelombang samudra. Sedangkan kelima orang Kim-sai-pang itu menyerang bagaikan badai membentur-bentur batu karang dengan dahsyat.

Serangan mereka serentak dan terlatih. Namun Kiam Ciu walaupun seorang anak muda yang baru terjun dikalangan Kang-ouw, ternyata dapat mengatasi segala ilmu yang dikeluarkan oleh lawannya. Karena pihak lawan tidak mempergunakan senjata, maka Kiam Ciu tetap bertahan untuk mengatasi lawannya dengan tangan kosong.

Kelima orang itu merasa penasaran dan merasa seolah-olah dipandang ringan ilmu silat partainya. Maka dengan satu isyarat lagi kelima orang itu tahutahu telah menggenggam pedang yang berhulu aneh. Hulu pedang mereka seperti singa dan berkuku. Jadi mereka dapat menyerang lawan dengan mata pedang maupun mencakar dengan hulu pedang yang berkuku sangat beracun itu. Karena terdesak dengan serangan-serangan kelima lawan yang bersenjata itu. Maka Kiam Ciu meloncat mundur beberapa tindak, kemudian mencabut OeyLiong-Kiam. Untuk pertima kalinya Kiam Ciu selama memiliki pedang pusaka itu untuk mempergunakannya. Tetapi dia tidak bermaksud untuk membinasakan lawannya. Ketika pedang pusaka Naga Kuning itu tercabut, terdengar kelima orang lawannya mengeluarkan pujian tertahan. Kilatan kuning memancar dari mata pedang, kemudian Kiam Ciu mengeluarkan pedang itu dengan permainan jurus Liksiang-kiam-hoat ilmu melindungi diri dari taufan.

Gerakkan jurus Lik-siang-kiam-hoat tetnyata sangat hebat dan berkelebatan kian kemari hingga tampaknya hanya bagaikan gulungan-gulungan kuning yang sangat menyilaukan mata, Sedangkan angin yang ditimbulkan karena gerakan itu sangat luar biasa pula.

Jurus Lik-siang-kiam-hoat itu adalah ajaran kakek Pek-hi-siu-si yang telah puluhan tahun menjagoi Bu lim, ternyata telah sangat dipahami oleh Kiam Ciu dengan sempurna. Menyaksikan kehebatan permanan pedang pemuda itu, maka kelima orang Kim-sai-pang telah berloncatan menghindar. Mereka merasa tidak mampu untuk menghadapi serangan dan babatan pedang yang sangat cepat itu. Maka dengan mengandalkan ilmu meringankan tubuh dan kelincahan kelima orang itu menghindar. Kiam Ciu, mendesak terus. Namun pemuda itu tidak bermaksud untuk membunuh lawannya. Apalagi karena dia menang tidak merasa mempunyai ikatan permusuhan dan dendam Serangan-serangan yang dilancarkan hanya sebagian tenaga saja. Namun sudah cukup dimengerti oleh lawannya yang kini tidak dapat berbuat banyak kecuali hanya menghindar selalu.

Sebuah gerakan membabat telah dilancarkan oleh Kiam Ciu.

"Breet!” terdengar sesuatu robek.

"Aii..!” terdengar suara terkejut dan tertahan.

Beriamaan dengan itu telah terlihat ilmu orang itu berdiri jauh dan memunggungi Kiam Ciu. Pedang mereka terlepas. Kulit Singa yang menutupi kepala mereka terobek. Hingga rambutnya tergerai.

"Hah ?” seru Kiam Ciu tertahan.

Saat utu Kiam Ciu dapat melihat dengan pandangan mata sekilas. Ternyata mereka berlima itu terdiri dari wanita-wanita semuanya. Lebih-lebih pemimpin orang-orang itu adalah seorang gadis yang jelita. Rambut mereka yang hitam berombak itu telah terlepas dari ikatan.

Maka tidaklah mengherankan bila mereka itu terdiri dari orang-orang yang bertubuh pendek dan bersuara seperti suara wanita. Karena memang ternyata orang itu adalah wanita semuanya.

Kiam Ciu menahan serangannya dan tertegun mengawasi kelima lawannya yang kelihatan telah menyerah dan tidak mengadakan serangan lagi. Bahkan pemimpin Kim-sai-pang iru tampak sangat masgul karena dapat dikalahkan oleh Kiam Ciu hanya dalam beberapa jurus saja.

Sambil memutar tubuh untuk berlalu dari tempat itu, pemimpin partai silat Kim-sai-pang melemparkan pening kuning milik partai Bu-tong kearah Kiam Ciu.

Lalu pemuda itu memungutnya dengan hati gembira bercampur heran menyaksikan keanehan kelima orang Kim-sai-pang itu.

"Hemm, memag dunia ini penuh keanehan yang belum pernah kulihat” kata Kiacn Ciu dalam hati. Setelah Kiam Ciu mengamati benda yang terbuat dari kuningan itu, maka disimpannya baik-baik dalam sakunya. Kemudian menghampiri kuda putih dan tali kekang yang terikat pada sebatang pohon itu lalu dilepaskannya. Kuda putih itu tampak sangat senang, Dijilatinya tangan Kiam Ciu yang tengah melepaskan buhulan tali kekang pada sebatang pohon hutan. Kemudian disarungkannya kembali pedang pusaka Naga Kuning atau Oey-Liong-Kiam kedalam sarungnya.

Setelah merapikan pakaian dan letak Oey-Liong-Kiam, maka dituntunnya kuda putih itu untuk meninggalkan pegunungan Heng-san. turun ke lembah dan untuk meneruskan perjalanan.

Angin bertiup semilir dan sejuk sekali. Dalam pada itu Kiam Ciu merenungkan kejadian baru-baru ini dialaminya. Pengalamannya dengan OeyLiong-Kiam. Pedang pusaka yang luar biasa itu ternyata memang banyak mendatangkan bencana. Tetapi Kiam Ciu telah bertekad untuk menjaga dan memelihara pedang pusaka itu.

Dengan perasaan enggan untuk menyusahkan kudanya, maka Kiam Ciu lalu moloncat ke punggung kuda putih itu. Dengan sekali loncat dia telah duduk diatas pelana kulit berukir di punggung kuda putih itu kemudian menarik tali kekang dan mengeprak sanggurdi hingga siputih mengangkat kaki depan dan meloncat lari. Kuda putih yang ditunggangi oleh Kiam Ciu ternyata mempunyai ketangkasan yang luar biasa seolah-olah seperti telah terlatih dengan untuk perjalanan didaerah pegunungan. Ternyata dalam waktu yang tidak terlalu lama telah berhasil meninggalkan lereng gunung. Memasuki tapal batas propiusi Angwei. Seperti juga kepergian orang-orang dari kalangan partai Kim-sai-pang, begitu juga Kiam Ciu semuanya telah ditinggalkan dengan begitu saja. Dengan cepat tanpa meninggalkan jejak.

Tiba-tiba telinga Kiam Ciu yang telah terlatih menangkap derapan sayupsayuo suara kaki kuda. Beberapa taat kemudian suara derap kaki kuda itu bertambah banyak dan bertambah jelas.

"Hey orang desa minggir ! Aku mau lewat !” terdengar sebuah teguran yang bernada lantang dan kasar sekali.

Semula Kiam Ciu tidak menyangka yang ditegur itu adalah dirinya. Ketika dia memalingkan tubuh dan menyaksikan sebuah kereta dengan beberapa orang laki-laki berkuda dan bertubuh tinggi besar.

Sebenarnya telinga Kiam Ciu tidak bisa mendapat dampratan yang kasar itu.

Namun untuk menjaga ketenangan ditempat yang baru dimasukinya itu, maka Kiam Ciu mau juga akhirnya mengalah dan menarik tali kekang yang kiri dan kuda itu menurut untuk berjalan dipinggir.

Kiam Ciu menghentikan kudanya dan memandang kearah kepulan debu yang menyusul dua penurjang kuda terdahulu. Terdengar derekkan dan bertambah dekat ternyata sebuah kereta berukir indah yang ditarik oleh empat ekor kuda telah mendekatl dan meluncur diatas jalan besar berdebu itu dengan pesatnya. Hingga debu dijalan raya itu bagaikan dihamburkan berterbangan membuat Kiam Ciu terbatuk-batuk. Kemudian terdengar suara jejak kuda semakin mendekat ternyata empat orang penunggang kuda yang juga mengenakan seragam sepertii dua penunggang kuda yang terdahulu.

Mereka menggunakan jalan raya seenaknya sendiri bagaikan jalan miliknya pribadi dengan tidak menghiraukan kepentingan orang lain.

Tong Kiam Ciu menjadi bergusar hati. Maka dikepraknja sanggurdi kuda itu dan tumit Kiam Ciu membentur perut kudanya. Dengan tali kekang mengencang maka siputih melompat kemudian bagaikan anak panah terlepas busur, maka dengan cepat dan pesat sekali mengejar rombongan yang berada di didepannya.

Dalam waktu seperminum teh, rombongan itu telah terkejar. Ketika jarak antara Kiam Ciu dengan rombongan itu begitu dekat, tersiarlah bau harum. Suatu getaran aneh telah menjalar kedada pemuda itu. Kemudian dia menyadari bahwa yang berada dalam kereta kuda itu adalah seorang wanita, Kiam Ciu teringat akan adiknya yang ditinggalkan.

Sesaat kemudian Kiam Ciu telah mengendorkan tali kekang dan kuda putih itu telah mengendorkan pula larinya. Bersamaan dengan itu pula orang-orang yang mengawal kereta itu turut memperlambat kecepatan lari kudanya. Bahkan kereta indah itupun berhenti.

Dukungan & Donasi

Bantu kami terus update dengan memberi dukungan melalui:

BCA 7891767327
Trakteer
Post a Comment