Luka yang tidak mengucurkan darah itu sebenarnya malah sukar untuk diobati. Tamparan maut itu memang tidak nampak luar biaia, tetapi memang disengaja oleh Kiam Ciu untuk mengajar adat kepada orang yang bersifat sombong dan tidak menghargai orang lain itu.
Orang-orang yang berada ditempat itu hampir serentak memuji kehebatan Kiam Ciu. Diantara orang itu tampik pula seorang laki-laki yang berpakaian compang camping yang tampak selalu mengikuti jejak Kiam Ciu.
Liat Kiat Koan menerima kenyataan kehebatan Kiam Ciu dengan perasaan sangat gusar sekali. Pada saat itu dia belum merasakan akibat dari tamparan Kiam Ciu tadi. Bahkan dia menjadi sangat marah sekali.
Dengan mengembangkan jurus Hong-lui-kiam-kie atau Badai dan Geledek saling menyambar, Liat Kiat Koan menyerang lagi. Serangannya yang didasari oleh gejolak kemarahan yang luar biasa melupakan itu membuat semua yang dimaksudkan meleset. Bacokan dan tusukan pedangnya ternyata hanya menyambar tempat kosong belaka, sedangkan Kiam Ciu nampak memiringkan tubuhnya sambil melindungi dada dengan menyilangkan kedua tapak tangan.
Dengan gerakkan cepat sekali Kiam Ciu memutar tubuh dan sisa tapak tangannya menghantam bahu Kiat Koan. Hantaman itu dapat dihindari oleh lawan dengan menggelundung ketanah beberapa kali menjauh. Kemudian Kiat Koan meloncat berdiri dan menyerang lagi dengan serangan pedang kearah dada Kiam Ciu. Kembali Kiat Koan menyerang Kiam Ciu dengan jurus Hong-lui-kiam-kie.
Kiam Ciu meloncat kebelakang dua langkah dan serangan membadai Kiat Koan mendesak terus. Tetapi lor.ca tan kebelakang Kiam Ciu itu hinya ?uatu lo?ca ran untuk membetulkan porsinya saja, ketika tu aukan ujuDg pedang Kiat Koan hampir meoyen tuh ulu hati Kiam Cju, maki pemuda itu dengan gerakkan meloncat dan cepat sekali sarnbil mei g hantamkan tinju bajanya kepergelangan tangan Kiat Koan yang menggenggam pedang.
"Dess! Trang . . aduh!” terdengar suara-suara berbareng. Tampaklah tangan kanan Kiat Koan terkulai sedangkan tangan kiri menggenggam pergelangan tangan kanan dan pedangnya telah menggeletak ditanah patah menjadi dua.
Tampaklah Kiat Koan melompat kebelskang kira-kira lima langkah sambil menggenggam pergelangan tangannya. Laki-laki congkak itu merasa khawatir kalau sampai mendapat tamparan lagi dari Kiam Ciu. Dengan mata memandang penuh kekaguman kepada anak muda itu Kiat Koan berusaha memulihkan rasa nyeri ditangan kanannya. Sedangkan Kiam Ciu hanya berdiri memperhatikan Liat Kiat Koan dengan tersenyum-senyum dan wajahnya berseri.
Hampir berbareng pula segenap hadirin di lapangan rumput dipuncak Ciok yong-hong berseru kagum atas kelihayan pemuda tampan yang membekal pedang pusaka Jendral Gak Hui ialah pedang Oey-liong-Kiam. Kemudian Eng Ciok Taysu telah melangkah ditengah-tengah arena. Laki-laki gundul itu merasa sangat kagum atas kesudahan pertempuran yang luar biasa itu. Mulai saat itu dia berjanji tidak akan lagi menginginkan untuk turut memperebutkan pedang pusaka Oey-liong-kiam. "Saudara-saudara sekalian! Kita sekalian yangb telah mendatangi pertemuan Bulim tahwee, harus mentaati segala macam peraturan Bu lim. Tetapi pertemuan ini ternyata telah dikacau oleh seseorang yang tidak mau menaati segala peraturan itu !” Eng Ciok Taysu berhenti sejenak. dia menunggu reaksi dari ucapannya itu. Tetapi segenap hadirin tetap tenang dan tidak ada yang memberikan reaksi. Maka kakek itu lalu meneruskan kata-katanya: "Kini aku ingin mengajukan sebuah usul dalam pertemuan orang-orang gagah hari ini. Kita tidak akan memperebutkan lagi pedang pusaka nomor satu dikolong langit Oey-liong-kiam. Tetapi kita.. .kita akan membicarakan tentang sebuah kitab pusaka. Saudara-saudara sekalian, tentunya saudara-saudara telah mengetahui sebuah telaga yang bernama Ang-tok-ouw yarg terletak dlsebelah Utara Propensi Anhwee. Didalam telaga itu terdapat reruntuhan kota kuno yang bernama Pek seng. Di kota itulah katanya terdapat sebuab kitab kuno ilmu silat yang didahamnya tertulis ilmu merawat tubuh agar menjadi kuat dan awet muda serta kebal terhadap senjata tajam dan racun. Juga telah memuat pelajaran ilmu silat yang luar biasa hebatnya. Inilah usulku : Barang siapa yang berhasil memperoleh kitab pusaka itu maka dialah pula yang berhak atas pedang pusaka Oey-liang-kiam, sebagai imbalan atas kemampuannya mendapat kitab pusaka Pek Seng itu !” sesaat Eng Ciok Taysu terhenti.
"Kini kita tidak akan memperebutkan pedang pusaka Oey-liang-kiam yang berada ditangan Tong Kiam Ciu Siawhiap, Pendekar muda ini baru saja telah membuktikan bahwa untuk saat ini dialah yang pantas melindungi pedang pusaka Oey-liang-kiam itu.!” Eng Ciok Taysu berhenti sampai disini usulnya dan menyerahkan kepada pendapat hadirin semuanya.
Oey Liong Kiam Pada umumnya segenap hadirin menyetujul usul kakek itu. Kedatangan Pek Giok Tong dan Siok soat Shin-ni ditempat itu bukannya untuk turut memperebutkan pedang pusaka Oey-liang-kiam. Mereka berdua datang di dataran tinggi puncak Ciok-yong-hong untuk mengajak Eng Ciok Taysu untuk mencari kitab pusaka seperti yang diutarakan tadi. Hanya mereka merasa khawatir kalau sampai kitab pusaka itu jatuh ketangan golongan hitam yang kejam dan keji tindak tanduknya. Karena merasa khawatir dan telah mendengar khabar bahwa dikalangan Bu-lim telah muncul seseorang yang sangat lihay, orang itu telah datang dari propinsi dekat tapal batas dan bermaksud untuk mencari kitab kuno Pek-seng. Banyak orang telah menjadi korban. Dia terkenal dengan nama "Kwa Sit". Itulah salah satu sebab hingga Pek Giok Tong dan Sioksoat Shin-ni dalam pertemuan Bu lim tahwee. Ialah disamping mereka datang untuk mengajak Eng Ciok Taysu untuk mencari kitab pusaka kuno Pek-seng, Mereka juga ingin menggabungkan semua orang yang telah berada dipadang rumput itu untuk mengepung bersama Kwa Sit. Kwa Sit yang terkenal sangat lihay. Eng Ciok Taysu telah berhasil mengajukan usul didepan pertemuan kaum gagah dari segala aliran itu. Ternyata usul itu dapat diterima dengan saksama.
Perebutan pusaka Oey-liang-kiam ditunda dulu. Tetapi dia ragu-ragu apakah dia akan berhasil mengajakkan kepada segenap hadirin untuk serentak dan beramai-ramai untuk menangkap dan menggempur orang she Kwa.
"Hadirin sekalian itulah usulku dan sekarang kuharapkan agar saudarasaudara sekalian menyiarkan berita ini, barang siapa yang ingin merebut pedang pusaka Oey-liang-kiam. harap mereka terlebih dahulu pergi ke telaga Ang-tok-ouw untuk mencari kitab Pek-seng.. “ seru Eng Ciok Taysu dengan cukup keras dan wajah berseri penuh keyakinan.
Tetapi belum lagi Eng Ciok Taysu selesai mengucapian kata-kata itu dengan tiba-tiba Liat Kiat Koan meloncat menerkam Tong Kiam Ciu yang tengah memperhatikan dan tekun mengikuti pembicaraan Eng Ciok Taysu. Sebelum menerkam tadi Liat Kiat Koan telah melemparkan kewajah Kiam Ciu seraup benda-benda hitam yang ternyata adalah jarum-jarum yang sangat beracun dengan jurus Bu-sa-to-ciang atau Tinju Sapu Jagad. Senjata rahasia yang paling keji dan terampuh. "Awas!” seru Eng Ciok Taysn dengan suara lantang kearah Kiam Ciu.
Toog Kiam Ciu merasa terkejut sekali dan dengan gerak lincah dia telah meloncat menghindari serangan senjata rahasia jarum beracun itu. Namun walaupun bagaimana gerakan kelincahan pemuda itu, luput pula beberapa buah jarum telah mengeram ditubuhnya.
Karena jumlah jarum yang dikerahkan dengan ilmu Bu-sa-to-ciang oleh Liat Kiat Koan itu sangat banyak, maka tidak mungkin bagi Kiam Ciu untuk menghalau semuanya walau bagaimana hebatnyapun ilmu pemuda itu.
Beberapa saat kemudian terasalah matanya berkunang-kunang, jarum-jarum yang telah membenam dalam daging pemuda itu telah mulai menjalankan tugasnya dan mengadakan reaksinya. Racun ganas itu telah menyerap dalam darah dan sedikit demi sedikit telah menguasai simpul-simpul syarafnya menghantam ke otak dan jantung Kiam Ciu dengan cepat.
Suasana ditempat itu menjadi gaduh akibat dari asap hitam yang telah dikeluarkan dari jarum-jarum berbisi Liat Kiat Koan itu. Sedangkan Kiam Ciu telah menotok jatuh terduduk dengan tubuh lunglai, secara lamat-lamat kesadarannya masih ada, pendengarannya masih dapat menangkap kegaduhan secara lemah sekali. Tetapi sekilas pandangan matanya masih dapat melihat kelebatan bayangan Liat Kiat Koan menyambar pedang Oey-liong-kiam yang terpampang dipunggung Kiam Ciu. Tetapi pemuda iiu sudah tidak dapat berbuat apa-apa. Dia hanya pasrah dan sebelum kesadarannya hilang sama sekali dia mendengar bentakan Liat Kiat Koan.
"Hey Cong San Lokoay! Jangan kau bermaksud memancing diair keruh!” Kemudian Tong Kiam Ciu telah menjadi sangat lemah sendi-sendi tulangnya.
Barulah pemuda itu teringat dengan ilmu Bo-kit-sin-kong. Dengan memusatkan pikiran dan mengerahkan Bo-kit-sin-kong, namun racun telah menyarap lebih kedalam lagi dan menghantam kesadaran pemuda itu hingga tiada gunanya lagi mengerahkan Sinkang yang maha hebat itu. Semuanya telah menjadi gelap dan dia telah tidak mendengarkan apa-apa lagi, setelah itu dia merasakan tubuhnya diangkat seseorang dan Tong Kiam Ciu tidak ingat sama sekali.
Sampai berapa lama pemuda itu dalam keadaan pingsan tidak mengetahuinya. Hanya saat itu telah lewat terlalu lama sekali kemudian dengan cepat Kiam Ciu membuka kelopak matanya. Ketika baru saja dia membuka kelopak matanya tiba-tiba sebuah suara yang parau kedengarannya telah menegur. "Hey bocah cilik ! Sudah lama sekali tidak bertemu ! Kau sekarang ternyata sudah besar dan dewasa, apakah kau masih ingat padaku.. ?!” seru seorang laki-laki berwajah kuning dan tersenyum kepada Kiam Ciu.
Suara orang itu seperti pernah dikenalnya tetapi sampai sekian saat pemuda itu belum ingat dimana dan kapan dia pernah bertemu dengan orang itu.
Sedangkan kepalanya masih terkadang terasa pening.
Tiba-tiba ketika Kiam Ciu mengamati orang tua yang berdiri disampingnya dan terlihat pedang pusaka Oey-liong-kiam. Maka dengan tidak berpikir panjang lagi Kiam Ciu telah mengerahkan tenaga Sin-kang dan berusaha untuk meloncat menerkam orang yang memegang pedang pusaka Oey-liong-kiam dan kini tengah tersenyum-senyum dengan wajah yang sangat mengerikan itu.
Tetapi ternyata loncatan itu justru mengakibatkan suatu rasa yang lebih parah lagi. Kiam Ciu ternyata tidak dapat menggerakkan tubuhnya. Justru gerakkannya itu membuat seluruh tubuhnya bagaikan dipotong-potong dan nyeri sekali. Kiam Ciu terkulai lemah tetapi dari mulutnya tidak keluar sebuah rintihanpun.
Dipandanginya kakek itu dengan mata penuh rasa keheranan karena seolaholah Kiam Ciu pernah bertemu dengan kakek itu. Tetapi lupa-lupa ingat.
Hingga lama Kiam Ciu memandang kakek itu dengan kening berkerut.
Sedangkan kakek berwajah kuning itu tersenyum membiarkan pemuda itu penuh tanda tanya. Hingga sesaat Kiam Ciu mengingat-ingat, ketika tiba-tiba dia menjadi kaget berbareng girang. Ternyata orang itu adalah sikakek berwajah kuning mengerikan yang pernah merampas buah merah sembilan tahun yang lalu ialah kakek Kun-si Mo-kun.
"Locianpwee !” seru Tong Kiam Ciu dengan suara tertahan.
"Heh hee hehh.. Hemmm.. sudah sembilan tahun ya ? Sudah lama sekali.
Selama itu aku sudah mengelilingi dunia mengelilinfi dunia he.he.he” kata kakek itu seraya tertawa-tawa lucu, kemudian merogoh sakunya dan mengeluarkan sesuatu sejenis akar dan diperlihatkan kepada Kiam Ciu.
"Inilah hasilnya , , , dari jerih payahku mengelilingi pelosok dunia ini selama sembilan tahun lamanya. Akar ini bernama Lok-bwee-kim-keng.hemm.. akar ini khasiatnya sama hebatnya dengan buah merah yang pernah kau berikan kepadaku dulu. Hee.. hehhee.. aku sama sekali tidak menyangka bahwa hari ini dapat bertemu denganmu dan dapat membalas budimu itu.. heh.hee heeheh.
Selama ini aku merasa tidak tenang karena berhutang nyawa denganmu jebeng.. “ kata-kata kakek itu sangat sederhana tetapi mengharukan hati Kiam Ciu dalam keadaan seperti sekarang itu. Kemudian Kun-sif Mo-kun mencium akar yang digenggam ditangan kanan itu.
"Siapa namamu jebeng ? Nanti dulu kuingat-ingat ya . .Tong. Tong . hingga lama sekali tetapi kakek itu belum menemukan kelanjutan perpanjangan nama pemuda itu. "Kiam Ciu !” seru pemuda itu meneruskan. "Ohhh iya. Tong Kiam Ciu. Nama yang bagut sekali ! Makin tua makin tumpul otakku ini rasanya.. hee..hee..heh”
sambung Kun-si Mo-kun dengan tertawa-tawa riang.
"Mengapa Locianpwee juga berada disini?” tegur Kiam Ciu.
"Heeee heee aku berhak berada dimana saja bukan?” jawab Kun-si Mo-kun dengan sangat lucu sekali.
"Hey bocah Kiam Ctu, apakah kau tahu mengapa aku bersusah payah untuk mendapatkan akar ini?” tegur Kun-si Mo-kun.
"Mungkin Locianpwee ingin menjadi lebih lihay lagi!” jawiab Kiam Ciu dengan tegas dan memperhatikan sorot mata kakek itu dalam-dalam.
"Heeee heee dengan tak langsung tebakkanmu itu betul juga, dipuncak Hionglo-hong di pegunungan Bu kong-san yang terletak di Propinsi Sansi, terdapat satu lembah itu tersembunyi sebuah kitab pusaka yang bernama Kiam-si-bukong (ilmu silat sakti) tetapi dilembah itu terdapat serangga-serangga berbisa yang sangat ganas. Sehingga siapapun yarg menghendaki kitab pusaka itu selalu menemui kebinasaan dilembah itu karena bisa serangga-serangga itu.
Kitab itu begitu besar daya tariknya, sehingga jago-jago silat kenamaan dan jago silat aneh seperti Ji-lui sam-ki, Thian-hia-ji-kun, Tok giam lo dam Ciam Gwat.. “