Tiga Dara Pendekar Siauw-lim Chapter 14

NIC

“Bongkar kuburan ini!” kata Thio Kim Cai kepada anak buahnya.

Anggota Kim-i-wi itu memandang dengan mata terbelalak. “Untuk apa, Thio-ciangkun?” tanya seorang di antara mereka.

“Jangan banyak bertanya. Bongkar saja dan keluarkan isi kuburan itu. Aku, Thio Kim Cai, tidak sudi ditipu oleh segala macam akal bangsat para pemberontak itu. Aku ingin menyaksikan apakah benar-benar Nyo Hun Tiong telah mampus.”

Hwe Lan yang bersembunyi dengan dua saudaranya, menahan seruan marah ketika mendengar nama Thio Kim Cai ini. Hm, jadi inikah anak buah murid Go-bi-pai yang menurut penuturan Yap Sian Houw, telah menjadi seorang perwira kerajaan, bahkan yang telah membuka rahasia Yap Sian Houw sehingga dikeroyok dan mendapat luka parah? Untung Siang Lan cepat memegang tangannya, kalau tidak, ia tentu telah bergerak dan melompat keluar untuk menerjang perwira itu.

Siang Lan menyuruh saudaranya bersabar dulu untuk melihat perkembangan selanjutnya. Ternyata bahwa para anggota Kim-i-wi itu merasa ragu-ragu untuk melakukan perintah itu. Betapapun juga, mereka adalah perwira yang berkedudukan tinggi, bagaimana kini mereka harus menjalankan pekerjaan yang demikian rendahnya, yakni membongkar kuburan orang? Akan tetapi, untuk menolak, mereka tidak berani dan terpaksa mereka lalu maju mendekati kuburan itu untuk mulai melakukan pekerjaan yang amat berat itu. Karena mereka tidak mempunyai alat-alat penggali, maka mereka mencabut senjata tajam seperti golok dan lain-lain untuk menggali kuburan itu.

Kini Siang Lan tidak sabar lagi. Ia memberi tanda dan tiga dara itu bergerak, disusul dengan berkelebatnya beberapa butir thi-lian-ci ke arah tujuh orang perwira yang sedang menggali kuburan itu.

“Awas!” teriak Thio Kim Cai yang melihat sinar am-gi (senjata rahasia) ini untuk memberi peringatan kepada kawan-kawannya. Tujuh orang anggota Kim-i-wi itu bukanlah orang-orang sembarangan dan mereka rata-rata mempunyai ilmu kepandaian yang cukup baik, maka biarpun andaikata Thio Kim Cai tidak memberi peringatan, mereka dapat juga melihat datangnya sinar senjata rahasia yang menyambar ke arah mereka. Dengan seruan kaget mereka lalu melompat ke sana ke mari untuk menghindarkan diri dari sambaran peluru kecil itu. Akan tetapi, sambitan thi-lian-ci yang dilepas dari gerombolan pohon itu benar-benar cepat sekali sehingga dua orang di antara mereka kena tersambar kulitnya dan mereka mengaduh-aduh.

Thio Kim Cai dan kawan-kawannya menjadi marah sekali dan semua orang dengan senjata di tangan memandang ke arah gerombolan pohon di depan itu.

“Penjahat kurang ajar yang bermata buta dari manakah berani bermain gila terhadap kami?” Thio Kim Cai berseru sambil mencabut goloknya yang lebar dan berkilauan saking tajamnya.

Baru saja ia mengeluarkan makian ini, tiba-tiba dari balik batang pohon-pohon itu berlompatan tiga orang yang membuat para perwira berdiri melongo dan memandang dengan mata terbelalak. Tiga orang gadis yang cantik jelita dari kahyangan.

Akan tetapi mereka tak diberi kesempatan terlalu lama untuk berdiri melongo dan memandang kagum, karena mereka segera harus berlaku cepat karena tiga dara itu datang-datang tanpa banyak cakap lagi lalu mencabut pedang dan mengamuk. Gerakan pedang di tangan tiga dara itu demikian hebat dan cepatnya sehingga para perwira seakan-akan melihat cahaya kilat menyambar-nyambar di atas kepala mereka dalam hujan badai.

Hwe Lan dan Sui Lan segera dikeroyok oleh tujuh orang perwira, sedangkan Siang Lan memutar pedangnya menyerang Thio Kim Cai yang maju menyambut dan menggerakkan goloknya dengan keras sekali karena ia bermaksud untuk membuat pedang gadis itu terpental dari pegangannya. Oleh karena ini ia sengaja menggerakkan goloknya dengna mengerahkan gwa-kang (tenaga kasar) sehingga goloknya itu mengeluarkan suara angin ketika menggempur pedang di tangan Siang Lan. Akan tetapi gadis itu dengan tenangnya tidak menarik kembali pedangnya, bahkan lalu memapaki sambaran golok lawan.

“Trang!” bunga api berpancaran keluar ketika dua batang senjata ini bertemu dengan hebatnya. Thio Kim Cai menjadi terkejut sekali karena bukan saja pedang gadis itu tidak terpental, bahkan ia merasa telapak tangannya bergetar karena sambutan tenaga lwee-kang yang amat besar. Untung tenaga gwa-kangnya cukup besar dan kuat iapun segera menyalurkan tenaga lwee-kangnya agar goloknya tidak terlempar, akan tetapi pengalaman ini cukup mengagetkan hatinya.

“Eh, siapa kau dan apa maksudmu menyerang kami perwira-perwira istana?” ia membentak.

“Orang she Thio! Jangan banyak cakap lagi, ketahuilah bahwa kami datang untuk membalaskan sakit hati Yap Sian Houw dan kamit ak akan membiarkan orang-orang kejam tak berperikemanusiaan macam kau dan kawan-kawanmu ini, membongkar makam suci seorang pendekar besar seperti Nyo Hun Tiong!”

“Kau... kalian dari... Siauw-lim-pai?” tanya Thio Kim Cai terheran-heran.

Siang Lan tersenyum mengejek. “Memang kami bertiga adalah murid-murid Siauw-lim-pai.” Ia sengaja berkata demikian karena tahu bahwa orang she Thio ini adalah anak murid Go-bi-pai dan ia teringat akan pesan gurunya, Toat-beng Sian-kouw yang melarangnya mengaku sebagai muridnya apabila menghadapi lawan dari cabang lain.

“Bagus!” seru Thio Kim Cai yang segera menyerang dengan goloknya. Serangannya kuat dan cepat, tanda bahwa selain tenaganya besar, ia juga memiliki ilmu golok yang tinggi dan pengalaman bertempur yang luas. Akan tetapi dengan tenang Siang Lan menyambut serangannya dan bahkan membalas dengan serangan- serangan yang cepat sekali. Kini Thio Kim Cai benar-benar merasa kaget dan tercengang. Anak ini benar- benar lihai sekali, pikirnya. Ketika ia mencoba untuk mengerling ke arah kawan-kawannya yang mengeroyok dua dara lain itu, ia makin terkejut sekali karena tujuh orang kawannya itu didesak hebat oleh dua batang pedang di tangan dua orang gadis itu yang menggerakkan pedang mereka dengan cara istimewa sekali!

Celaka, pikir perwira she Thio ini. Benar-benar tiga dara yang muda dan cantik jelita ini merupakan lawan yang amat tangguh. Ia menggigit bibir dan mengerahkan seluruh tenaga dan kepandaiannya, akan tetapi Siang Lan tetap saja dapat mematahkan semua serangannya dengan ketenangan yang amat mengagumkan. Thio- ciangkun menyerang dengan menggunakan tipu-tipu gerakan yang paling lihai. Dengan teriakan keras, ia menggerakkan goloknya dengan tipu Kim-so-tui-te (Kunci Emas Jatuh di Tanah). Goloknya jatuh ke tanah mengeluarkan bunyi “tring” karena ujungnya mengenai sebutir batu dan dari bawah, golok itu menyerbu dengan tusukan maut ke arah dada Siang Lan. Melihat datangnya serangan hebat ini, Siang Lan lalu menggunakan gerakan dari ilmu pedang Tat Mo Kiam-hwat dari cabang Siauw-lim-pai. Tubuhnya miring ke kiri dan pedangnya digerakkan dari kiri ke kanan menangkis arah golok yang meluncur ke arah dada itu. Akan tetapi mereka tidak berhenti sampai di situ saja, karena dari pertemuan pedang dan golok itu ia sengaja membuat pedangnya terpental untuk diteruskan dengan gerak tipu Duri Menusuk Dari Bawah Bunga. Pedangnya menyerbu di bawah golok dan menuju ke dada lawan dengan amat cepatnya.

Gerakan ini benar-benar di luar dugaan Thio Kim Cai yang menjadi gugup dan terkejut sekali. Ia berseru keras dan sambil menarik goloknya kembali ia mencoba untuk menjatuhkan diri ke belakang agar terlepas dari serangan berbahaya ini. Akan tetapi ia kurang cepat dan ujung pedang Siang Lan masih menyerempet dan melukai lengannya.

Kali ini Thio Kim Cai benar-benar terkejut dan gentar. Belum pernah ia menghadapi seorang murid Siauw-lim- pai yang selihai ini. Bahkan ketika dulu menghadapi Yap Sian Houw, tokoh Siauw-lim-pai yang terkenal itu, ia masih dapat melakukan perlawanan karena ia dapat menduga bagaimana perkembangan gerakan lawan itu. Akan tetapi, terhadap gadis cantik ini ia benar-benar merasa bingung karena gadis ini selain mempunyai kepandaian jauh melampaui dugaannya, juga mempunyai ilmu pedang yang amat cepat dan aneh gerakan- gerakannya.

Pada saat itu, Thio Kim Cai mendengar teriakan-teriakan susul menyusul dari kawan-kawannya dan ketika ia mengerling, dua kawannya telah roboh mandi darah menjadi korban pedang kedua gadis yang mereka keroyok! Hal ini membikin semangat Thio-ciangkun menjadi semakin kecil, maka ia lalu melompat cepat dan tahu-tahu ia telah berada di atas kudanya untuk melarikan diri secepatnya.

“Bangsat she Thio jangan lari!” Siang Lan berseru marah dan ketika melihat lawannya telah melompat ke atas kuda, gadis itu lalu merogoh kantong thi-lian-ci di pinggangnya dan sekali tangan kirinya bergerak, tiga butir thi- lian-ci menyambar ke arah tubuh Thio Kim Cai! Perwira itu terkejut sekali dan menyampok dengan goloknya sehingga tiga buah senjata rahasia yang dilepas oleh Siang Lan itu terlempar ke atas tanah, akan tetapi kembali tiga butir thi-lian-ci yang lain menyambar dengan cepat sekali.

Thio Kim Cai menjadi sibuk sekali dan berpikir bahwa kalau ia berada di atas kuda, tak mungkin dapat melarikan diri dan bahkan berbahaya sekali, maka ia lalu menggulingkan tubuhnya dari atas kuda dan melarikan diri sambil melompat ke belakang pohon.

Posting Komentar