Suling Emas Naga Siluman

Di tengah keindahan Pegunungan Himalaya yang megah dan misterius, Pedang Pusaka Naga Siluman, Koai-liong-pokiam, telah hilang dari istana kerajaan, menciptakan kegemparan di kalangan dunia persilatan. Pedang legendaris ini dipercaya memiliki kekuatan magis yang dapat membuat pemiliknya tak terkalahkan, membuatnya menjadi incaran para pendekar dari seluruh penjuru negeri. 

Di antara para pemburu pusaka ini, tiga orang tokoh besar dari Kun-lun-pai, Hok Keng Cu, Hok Ya Cu, dan Hui-siang-kiam Ciok Kam, berlayar menyusuri Sungai Yalu Cangpo. Daya tarik pedang pusaka membawa mereka ke pegunungan yang jarang dijamah manusia, di mana petani miskin bekerja keras di bawah bayang-bayang para tuan tanah dan pendeta yang berkuasa. 

Suara nyanyian seorang petani yang mengeluh kepada puncak-puncak gunung dan sungai yang mengalir, menggema di lembah, menambah suasana magis yang menyelimuti perjalanan mereka. Lagu itu, meski sederhana, adalah simbol dari harapan dan penderitaan yang dirasakan oleh rakyat jelata, menciptakan getaran di hati para pendengarnya. 

Kabar tentang pedang sakti yang dibawa ke Pegunungan Himalaya menyebar bak api di musim kemarau, menarik perhatian bukan hanya dari golongan putih yang menjunjung tinggi kebenaran, tetapi juga dari golongan hitam yang siap berbuat apa saja demi mendapatkan kekuatan yang tak tertandingi. Para pendekar dari kedua kubu kini berhadapan di tanah suci, masing-masing dengan tujuan dan tekad yang berbeda. 

Di tengah persaingan yang memanas, pertarungan antara kebaikan dan kejahatan semakin nyata. Sementara itu, alam Himalaya tetap menjadi saksi bisu peristiwa yang akan menentukan nasib banyak jiwa. Siapakah yang akan berhasil mengungkap misteri hilangnya Koai-liong-pokiam, dan apakah pedang ini akan membawa kedamaian atau kehancuran bagi dunia persilatan? Di sinilah, drama perjuangan dan petualangan dimulai, menggugah jiwa para pembaca untuk mengikuti setiap langkah dan pertarungan yang terjadi di puncak-puncak tertinggi dunia.