Penjahat-penjahat macam itu kalau dapat lolos, tidak urung tentu akan membentuk gerombolan lain dan mengacau kembali di lain tempat."
"Sisa mereka melarikan diri ke dalam hutan. Karena saya tidak mengenal daerah hutan lebat itu, saya melarang para perajurit melakukan pengejaran karena ada bahayanya kami dijebak mereka dan jatuh korban, ciangkun." kata Heng San.
"Sudahlah, mungkin tindakanmu itu ada benarnya juga. Biarlah sedikit anak buah gerombolan itu meloloskan diri, hal itu tidak berapa penting. Sekarang ada persoalan yang jauh lebih penting dan berbahaya daripada itu. Lui-sicu sudah kusuruh melakukan penyelidikan teliti akan hal itu. Kami memang sengaja menanti kalian kembali baru akan bertindak, karena sekali ini kita menghadapi lawan-lawan berat." Thio-ciangkun bicara dengan sikap sungguh-sungguh sehingga Heng San menjadi tertarik sekali. Mendengar ucapan ini, Ban Hok si jagoan tinggi besar yang wataknya memang congkak segera berkata.
"Ada persoalan penting apakah, Thio-ciangkun? Harap ciangkun jangan khawatir. Sekarang pasukan istimewa Garuda Sakti telah kembali dan segala macam rintangan pasti akan dapat kami hancurkan!" Thio-ciangkun mengangguk-angguk senang mendengar ucapan yang terdengar gagah ini, akan tetapi diam-diam Heng San mencela kesombongan rekannya, namun dia diam saja. Thio-ciangkun yang cerdik dapat melihat kerut tak suka pada kening Heng San, maka diapun segera bertanya, "Lauw-sicu, bagaimana pendapatmu dengan ucapan Ban-sicu tadi?"
Heng San tersenyum dan menjawab tenang. "Ban-toako terlalu takabur. Sebelum melihat kekuatan lawan, bagaimana kita dapat memandang rendah? Akan tetapi sebenarnya apakah yang terjadi dan apakah persoalan yang amat penting dan berbahaya itu, ciangkun? Tentu saja sudah menjadi kewajiban kami untuk menanggulanginya."
"Mari kalian bertiga ikut aku ke dalam. Pasukan Garuda Sakti diperbolehkan pulang ke rumah masing-masing untuk mengaso." kata Panglima Thio Ci Gan. Dua belas orang perajurit pilihan yang menjadi anggauta pasukan Garuda Sakti itu memang tinggal di luar gedung sang panglima, mempunyai rumah masing-masing. Akan tetapi empat orang jagoan itu mendapatkan kamar di dalam gedung sang panglima.
Setelah Thio-ciangkun, Ban Hok, Ouw-yang Sin, dan Heng San duduk di ruangan rahasia yang biasa mereka pergunakan untuk rapat, muncullah Si Harimau Muka Kuning Lui Tiong. Terlebih dulu Lui Tiong memberi salam dan memberi selamat kepada tiga orang rekannya yang telah berhasil menunaikan tugas dengan baik. Thio-ciangkun mempersilakan Lui Tiong duduk dan Lui Tiong segera memberi laporan dengan wajah serius.
"Sekarang saya merasa yakin bahwa mereka itu mengadakan kontak hubungan dengan kaki tangan pemberontak yang bersembunyi di kota ini, ciangkun."
Thio-ciangkun mengangguk-angguk, ke mudian sambil memandang kepada tiga orang jagoannya yang lain, dia berkata kepada Lui Tiong, "Lui-sicu, sekarang setelah Lauw-sicu, Ban-sicu dan Ouwyang-sicu sudah kembali, kekuatan kita menjadi lengkap. Maka, sebelum kita merundingkan dan merencanakan tindak lanjut, lebih baik engkau menceritakan dulu semua persoalan itu kepada mereka bertiga."
Lui Tiong lalu bercerita dan Heng San mendengarkan hal-hal yang baru dan asing baginya, akan tetapi yang membuat dia bertekad untuk membantu perjuangan Thio- ciangkun yang dalam pandangannya adalah seorang pejabat militer yang bijaksana, baik hati dan gagah perkasa.
Menurut cerita Lui Tiong, pada bulan terakhir ini banyak sekali terdapat gerakan-gerakan para perusuh atau pemberontak yang memberontak dan merebut kekuasaan alat-alat pemerintah dengan tujuan merampok dan menguasai kota demi kepentingan para gerombolan penjahat itu sendiri. Banyak sudah gerombolan pernberontak yang terdiri dari orang-orang kang-ouw (rimba persilatan) dan bu-lim (sungai telaga) yang dapat ditumpas dan dibubarkan oleh pasukan pemerintah. Akan tetapi masih saja mereka bermunculan dengan sembunyi-sembunyi.
"Karena gawatnya keadaan di daerah Keng-koan ini, maka Sribaginda Kaisar sendiri mengutus dan memberi tugas kepada kami untuk memimpin pasukan di Keng-koan dan membasmi para pemberontak itu sampai habis!" kata Thio-ciangkun penuh semangat.
"Beberapa hari yang lalu," Lui Tiong melanjutkan penuturannya yang dipotong oleh ucapan Thio-ciangkun tadi, "di kota ini muncul serombongan penari silat yang membuka pertunjukan. Mereka terdiri dari seorang laki-laki setengah tua, dua orang pemuda yang menjadi muridnya, dan seorang gadis muda dan cantik, yang diperkenalkan sebagai puterinya. Mereka itu sungguh menarik perhatian dan mencurigakan sekali dan Thio- ciangkun sudah memerintahkan agar aku melakukan penyelidikan dengan teliti terhadap mereka."
"Aah, Lui-toako, apa sih anehnya serombongan penari silat yang hanya terdiri dari empat orang.? Banyak rombongan penari silat yang menjual obat luka dan koyo (obat tempel), mereka adalah orang-orang yang tidak perlu dikhawatirkan." kata Ouwyang Sin dengan suara memandang rendah.
Jangan beranggapan begitu, Ouwyang-te (adik Ouwyang). Mereka itu jauh berbeda dari rombongan penari silat biasa yang suka mengadakan pertunjukan di pasar-pasar. Aku sudah menyaksikan sendiri ketika mereka mempertunjukkan kemahiran mereka bersilat. Bukan sekedar tarian silat, melainkan gerakan silat yang sungguh tangguh, terutama sekali gerakan sang pemimpin rombongan dan gadisnya yang cantik."
"Hemm, sampai di manakah kehebatan mereka?" Ban Hok juga berkata meremehkan.
"Aku telah menyelidiki mereka pada malam hari dengan mendatangi tempat mereka bermalam. Biarpun aku sudah mempergunakan. kepandaianku, mengerahkan gin-kang (ilmu meringankan tubuh), namun agaknya mereka dapat mendengar langkah kakiku dan hampir saja aku menjadi korban sambaran piauw (senjata rahasia) yang menyambar cepat. Untung aku memang sudah curiga dan berhati-hati sehingga aku dapat menghindarkan diri dan pergi sebelum ketahuan mereka."
Heng San merasa tertarik sekali. "Di manakah tempat mereka bermalam?" "Di dalam kelenteng Hok-man-tong di luar kota sebelah selatan itu."
"Bagaimana engkau tahu bahwa rombongan penari itu mempunyai hubungan dengan mata-mata pemberontak yang bersembunyi di kota ini seperti yang kau ceritakan tadi, Lui- toako?" Heng San bertanya.
"Ada buktinya yang amat kuat." Lui Tiong bercerita. "Dan ini menjadi laporan saya pula kepada Thio-ciangkun. Begini, ciangkun, kemarin saya menyusup di antara penonton untuk melihat dan menyelidiki rombongan penari silat itu dengan seksama. Mereka memang menawarkan obat-obat kuat, koyo dan obat luka lainnya seperti kebiasaan penari silat lainnya yang menjual obat, walaupun kesibukan ini mereka lakukan sambil lalu saja dan tanpa semangat. Kemudian gadis puteri kepala rombongan itu menari silat pedang. Akan tetapi, saya melihat kenyataan yang luar biasa. Dalam tarian itu terkandung inti ilmu silat pedang yang luar biasa dan saya mengenalnya sebagai Sian-li Kiam-hoat (Ilmu Pedang Bidadari)! Kemudian mereka semua memperlihatkan tarian silat. Dua orang pemuda yang menjadi murid itu juga memiliki gerakan cepat dan bertenaga, namun tingkat mereka itu tidaklah terlalu tinggi. Kepala rombongan itulah yang amat lihai dan sambaran pukulan dari tangannya jelas mengandung tenaga sakti yang kuat. Jadi, kepandaian kepala rombongan dan puterinya itulah yang patut diperhatikan. Kemudian, tiba-tiba terdengar pujian orang dan tampak seorang pengemis tua berlompatan ke dalam lingkaran. Dia berjungkir balik dan seolah-olah meniru gerakan silat yang tadi dipertontonkan, sambi! berkata-kata kacau balau. Semua orang tertawa dan menganggap dia itu seorang pengemis gila. Ucapannya hampir tidak ada artinya, akan tetapi saya memperhatikan semua ucapannya dan ada beberapa kata-kata terselip dalam ucapan kacau balau itu. Saya mendengar ada terselip kata-kata Garuda Sakti, dan pesan agar berhati-hati karena sedang diselidiki! Kemudian, tiba-tiba dia melompat keluar sambil berjungkir balik dan pergi diikuti sorak dan tawa penonton. Saya cepat menyelinap keluar dan mencoba untuk mengikutinya. Akan tetapi, pengemis tua itu telah lenyap tanpa meninggalkan jejak! Nah, karena itulah, Thio-ciangkun, saya merasa yakin bahwa rornbongan penari silat. itu memiliki hubungan dengan pihak pemberontak dan mungkin pengemis tua itu adalah seorang mata-mata pemberontak yang lihai sekali." Lui Tiong mengakhiri laporannya.
Heng San dan yang lain-lain mendengarkan dengan hati tertarik sekali. Thio-ciangkun mengerutkan alisnya. dan bertanya, "Apakah engkau mendapatkan bukti lain yang lebih meyakinkan, Lui-sicu?" "Ada bukti yang jelas, ciangkun. Semalam saya berhasil melakukan pengintaian tanpa mereka ketahui. Saya tidak berani mengambil jalan dari atas genteng. Saya menggunakan kekerasan dan mengancam seorang hwesio kelenteng Hok-man-tong. Hwesio itu menyembunyikan saya dalam sebuah kamar yang berdekatan dengan kamar rombongan penari silat itu. Setelah menunggu sampai lama, akhirnya mereka berempat memasuki kamar itu dan dari percakapan mereka itu saya tahu bahwa mereka sudah mencatat nama kita. Bahkan nama-nama para anggauta Garuda Sakti mereka ketahui, demikian pula tempat tinggal kawan-kawan yang tinggal di luar. Kemudian mereka bicara tentang pengemis tua gila itu yang ternyata adalah susiok (paman guru) dari pemimpin rombongan itu.”
"Hemm, kalau begitu jelas mereka adalah mata-mata dari para pemberontak. Apakah logat bicara mereka berlidah selatan?" tanya Thio-ciangkun.
Lui Tiong mengangguk. "Jelas bahwa mereka memang orang-orang selatan, ciangkun." kata-kata ini membuat sang panglima mengepal tinju kanannya.
"Kalau begitu mereka tentu anak buah si pemberontak Lo Hai Cin. Orang-orang selatan ini memiliki kepandaian tinggi, oleh karena itu kuminta kalian semua berhati-hati. Ban-sicu, sekarang juga kumpulkan semua anggauta Pasukan Garuda Sakti dan mulai malam ini mereka harus melakukan penjagaan ketat di sini, penjagaan dipimpin Ban-sicu dan Ouwyang-sicu. Sedangkan engkau, Lauw-sicu dan Lui-sicu, kalian berdua kuberi tugas untuk menangkap empat orang mata-mata itu. Boleh membawa beberapa orang teman. Aku minta semua perintah ini dilaksanakan dengan baik!" Setelah berkata demikian, Thio- ciangkun memberi isarat agar pertemuan itu bubar dan semua pembantunya melaksanakan tugas masing-masing.
Ban Hok dan Ouwyang Sin segera pergi memanggil para anggauta Garuda Sakti yang duabelas orang banyaknya, sedangkan Lui Tiong dan Heng San membuat persiapan di luar gedung.