Belum lama pasukan berkuda itu bergerak memasuki hutan, Heng San berada paling depan, di belakangnya Ban Hok dan Ouwyang Sin berdampingan dan dua belas orang anak buah pasukan berbaris dua-dua, tiba-tiba dari kanan kiri menyambar beberapa. batang anak panah yang kesemuanya tertuju kepada Heng San yang jelas merupakan pemimpin pasukan itu.
Heng San mengeluarkan suara tawa mengejek dan kedua tangannya menangkapi enam batang anak panah yang menyambar dari kanan kiri itu. Sekali remas, enam batang anak panah itu patah-patah dan dia membuangnya ke atas tanah.
"Para pelepas anak panah, keluarlah sebagai laki-laki, jangan menjadi penyerang gelap seperti para pengecut!" bentak Heng San dengan suara lantang dan karena dia mengerahkan tenaga sakti, maka suaranya mengeluarkan gaung dan menggema di seluruh penjuru hutan.
Tiba-tiba hutan yang sunyi itu berubah hiruk-pikuk dengan suara gemuruh orang bersorak dan berteriak-teriak,
"Bunuh anjing-anjing kaisar! Basmi para pengkhianat bangsa!!"
Banyak bayangan orang berkelebat, berlompatan dari palik batang-batang pohon dan semak belukar. Kurang lebih empat puluh orang anak buah gerombolan yang tampak bengis dan pakaiannya bermacam-macam itu mengepung pasukan Garuda Sakti, dikepalai dua orang pria muda yang bersenjata golok besar.
"Hei, siapakah kepala gerombolan di sini?" Heng San- memajukan kudanya dan bertanya.
Dua orang muda itu melompat ke depan. Seorang di antara mereka berseru, "Kami berdua yang memimpin! Engkau komandan pasukan, pengkhianat tak tahu malu. Apa maksudmu membawa pasukan datang ke hutan ini?"
Heng San melihat bahwa dua orang kepala gerombolan itu masih muda, sekitar dua puluh tahun usianya dan tampak gagah, maka dalam hatinya dia merasa sayang sekali bahwa dua orang muda seperti itu terperosok rendah menjadi pemimpin gerombolan perampok
"Kalian orang-orang muda yang gagah mengapa merendahkan diri menjadi perampok? Tidak adakah jalan hidup yang lain yang lebih bersih dan sempurna untuk kalian tempuh?" Heng San menegur dengan suara berwibawa.
Kedua orang kepala gerombolan itu saling pandang lalu mereka tertawa geli.
"Ini namanya anjing kecil memberi nasehat kepada harimau! Kami orang-orang golongan liok-lim walau bagaimanapun masih mempunyai kejantanan.dan semangat kepahlawanan, tidak seperti kamu yang bermuka tebal, sudah menjadi anjing pemerintah asing dan menggigit betis bangsa sendiri"
Heng San tidak mengerti akan maksud kata-kata itu. Dia hanya menganggap bahwa kepala gerombolan itu bicara kasar sekali. Karena beberapa kali mendengar dia dimaki anjing, dia menjadi marah lalu membentak nyaring.
"Kalau kalian sayang nyawa, lebih baik kalian bubarkan orang-orangmu dan kalian ikutlah kami menjadi tawanan, barangkali saja nyawa kalian akan diampunil"
"Anjing hina! Kematianmu sudah di depan mata masih barani mengoceh.” Teriak seorang diantara dua orang pemimpin gerombolan dan secepat kilat goloknya sudah menyambar dengan serangan kilat. Anak buahnya yang melihat pemimpin mereka sudah muIai turun tangan, segera bergerak dan berteriak-teriak, "Bunuh merekal Bunuh anjing-anjing penjilat kaisarl" Dan merekapun lalu menyerbu dan menyerang pasukan Garuda Sakti.
Heng San dan dua orang rekanya, juga selosin perajurit Garuda Sakti sudah berlompatan turun dari atas pungung kuda dan merekapun menyambut serbuan para gerombolan itu dengan gagah.
Heng San bermaksud untuk menangkap atau membunuh dua orang pimpinan gerombolan itu lalu membujuk anak buah mereka agar menakluk dan menyadarkan mereka. Akan tetapi dua orang rekannya Ban Hok dan Ouwyang Sin, mengamuk dengan hebat, merobohkan banyak anak buah gerombolan. Juga selosin perajurit Garuda Sakti mengamuk dan biarpun jumlah musuh Jebih banyak, namun para prajurit pilihan ini jauh lebih tangguh dan sebentar saja banyak anggauta gerombolan berjatuhan terbabat senjata tajam.
Melihat ini, Heng San mempercepat gerakannya. Sambil mengeluarkan bentakan nyaring, tubuhnya berkelebat di antara dua orang pimpinan gerombolan yang mengeroyoknya dan dua orang itu terpelanting roboh, tak rnampu bangkit kembali. Setelah merobohkan dua orang pirnpinan gerombolan perampok itu, Heng San lalu berseru kepada para anak buahnya, "Saudara-saudara, tahan dan berhenti menyerang!"
Akan tetapi mana dia mampu menahan amukan para perajurit yang sudah keranjingan itu. Mayat para anggauta gerornbolan berjatuhan, banjir darah. di tempat itu dan akhirnya, lebih dari separuh jumlah gerombolan itu roboh tewas dan selebihnya lalu melarikan diri cerai berai ke dalam hutan lebat.
Ketika para perajurit Garuda Sakti hendak melakukan pengejaran, Heng San berteriak lantang, mengerahkan tenaga saktinya, "Berhenti, jangan dikejar!”
Semua orang berhenti dan Heng San berkata kepada dua orang rekannya, didengar pula oleh selosin perajurit yang tidak ada yang cedera parah itu. "Kita tidak mengenal hutan lebat ini, jangan kejar, kita dapat saja terjebak. Dua orang pimpinan mereka telah tewas dan sebagian besar merekapun sudah terbasmi, tentu sisanya tidak akan berani lagi membuat kekacauan. Kita kembali ke Keng-koan!"
Kepala daerah kota Bun-koan yang sudah mendengar akan hasil baik pasukan Garuda Sakti menumpas gerombolan, menyambut dengan penuh penghormatan. Segera kepala daerah itu mengadakan pesta pora menyambut kemenangan pasukan itu di rumah yang disediakan untuk tempat bermalam mereka.
Akan tetapi, sejak keluar dari hutan, wajah Heng San tidak gembira seperti kedua orang rekan dan anak buah pasukan. Wajah pemuda itu muram. Diam-diam dia merasa menyesal, bersedih dan menyayangkan bahwa dalam pertempuran itu pasukannya melakukan pembunuhan terhadap dua puluh orang lebih anak buah gerombolan. Memang benar, ada kebanggaan dalam hatinya bahwa dia telah melaksanakan tugas pertama itu dengan hasil baik. Gerombolan perampok yang suka mengganggu kehidupan rakyat telah dapat dibasminya, berarti dia sudah berjasa terhadap negara dan bangsa, telah menentang kejahatan dan melindungi yang lemah tertindas, yang di ganggu keamanan hidupnya, sesuai dengan watak pendekar seperti yang diceriterakan gurunya. Akan tetapi dia merasa sedih memikirkan bahwa orang-orang yang dibunuh itu bukan lain adalah bangsanya sendiri.
Kini dia melihat penyambutan kepala daerah kota Bun-koan yang demikian hangat dan hormatnya, diam-diam dia merasa amat muak karena mengingat betapa pembesar itu berusaha menyuapnya dengan emas. Ingin dia mendamprat dan mencaci, akan tetapi Ban Hok dan Ouw-yang Sin, dua orang rekannya, mencegah dan menyabarkan hatinya. Dia hanya menyembunyikan diri dalam kamar, tidak mau ikut berpesta, membiarkan anak buah pasukan Garuda Sakti bersenang-senang menikmati pesta perayaan kemenangan yang diadakan untuk mereka. Di dalam kamarnya, Heng San selalu membayangkan para perampok yang telah terbunuh. Terutama sekali dia tidak dapat melupakan dua orang pimpinan gerombolan yang dengan gagah dan gigihnya melakukan perlawanan.
Pada keesokan harinya Heng San mengajak pasukannya pagi-pagi meninggalkan kota itu untuk kembali ke Kengkoan. Pasukan Garuda Sakti yang hanya terdiri dari lima belas orang berikut pimpinan mereka itu menjalankan kuda. mereka berbaris rapi dan gagah. Wajah mereka, kecuali Heng San yang duduk. Bukan hanya karena mereka telah melaksanakan tugas dengan baik dan berhasil sehingga tentu akan mendapat pujian dari Thio-ciangkun, akan tetapi terutama karena di luar tahu Heng San, saku mereka telah dipenuhi emas dan perak oleh kepala daerah kota Ban-koan!
Seperti telah mereka duga dan harap¬kan, kedatangan pasukan kecil ini disambut oleh Panglima Thio Ci Gan sendiri dengan wajah berseri dan mulut tersenyum gembira.
"Lauw-sicu tentu lelah. Kami merasa girang sekali mendengar betapa engkau telah melaksanakan tugasmu dengan baik sekali. Gerombolan dapat ditumpas dan tak seorangpun perajurit kita tewas. Silakan duduk, sicu." Heng San diajak duduk di ruangan dalam dan dijamu minuman bersama Ban Hok dan Ouwyang Sin, sedangkan selosin perajurit Garuda Sakti diperkenankan mengaso dan minum-minum di ruangan belakang.
Setelah mereka minum-minum, Thio-ciangkun bertanya tentang pelaksanaan tugas pertama mereka, Heng San menceritakan dengan sederhana bahwa gerombolan perampok telah dapat dibasrni, dua orang pirnpinan mereka telah tewas. Keterangan Heng San yang sederhana itu sering diganggu Ban Hok dan Ouwyang Sin yang dengan getol menceritakan jalannya pertempuran dengan nada bang¬ga dan. menonjolkan jasa- jasa mereka.
Thio-ciangkun menghela napas panjang dan berkata, "Kalian bertiga dan pasukan kalian memang hebat dan jasa kalian besar. Hanya agak kusayangkan bahwa masih ada sisa anak buah gerombolan penjahat yang sempat meloloskan diri dan tidak semuanya dapat dibunuh.