Halo!

Seruling Samber Nyawa Chapter 25

Memuat...

Alam sekelilingnya masih diliputi keremangan kabut pagi yang tebal, suasana sangat sunyi senyap, angin sepoi-sepoi menghembus lalu membawa pagi yang sejuk dingin.

Diatas lereng gunung sana, didepan hutan ini, darah berceceran .

menggenangi mayat-mayat yang tidak lengkap anggota tubuhnya, Sayup-sayup terdengar suara keluh dan gerangan orang yang menderita kesakitan sungguh keadaan serupa ini sangat mendirikan bulu roma.

Dari kejauhan belakang gunung sana, empat bayangan orang tengah terbang cepat bagai meteor, Begitu sampai kiranya tidak lain adalah Hiat-hong Pang cu sendiri yang seluruh badannya penuh berlepotan darah serta tiga orang berkedok seragam hitam.

Begitu berhenti berlari, segera Hiat-hong Pang-cu berseru dengan penuh kejengkelan.

"Hm, Siok Kiu tiang dan bocah berkedok itu tak mungkin dapat lari jauh, segera keluarkan perintah suruh semua saudara-saudara dari berbagai sekte bekerja keras mencari jejak mereka."

Habis berkata ia menyapu pandang kesekitarnya lalu katanya lagi.

"Bersihkan seluruh gelanggang pertempuran ini, Pun-sii (aku) akan memeriksa kebelakang gunung."

Sambil mengulapkan tangan badannya lantas melesat cepat sekali laksana kilat meluncur kebelakang gunung, Keadaan dibelakang gunung sangat sunyi senyap, kabut pagi masih belum buyar, angin sepoi menghembus lalu melambaikan dahan-dahan pohon.

Diatas sebuah dahan pohon besar yang menjulur keluar dimana terkulai semampai lemas seseorang terluka parah, seluruh tubuh orang ini berlepotan darah keadaannya sangat menguatirkan.

Orang ini bukan lain adalah Giok-liong adanya, darah segar masih meleleh terus dari mulut dan hidungnya, Setetes demi setetes menitik diatas tanah terus meresap kedalam tanah.

Kabut putih yang mengembang halus menyelimuti seluruh badannya terus mengalir lewat tanpa bersuara.

Dewa elmaut seakan sudah mencabut seluruh jiwanya, kesunyian yang mencekam telah meliputi seluruh semesta alam ini, sekonyong-konyong dari dalam rimba sebelah dalam sana terdengar suara halus yang merdu tengah berkata.

"Eh, apakah ada orang sedaag bertempur diluar rimba ?"

Baru saja lenyap suaranya lantas terlihat sebuah bayangan hijau pupus yang berbentuk semampai melayang enteng sekali di keremangan kabut.

Tetesan darah dari atas pohon hampir saja menetes diatas wajahnya yang ayu jelita dan bersemu merah.

sedikit terkejut segera ia mundur beberapa langkah sambil mendongak keatas, kontan terdengar mulutnya berteriak kaget.

"Oh orang ini ..."

Dalam keadaan pingsan itu tiba-tiba Giok-liong sedikit menggeliat mulutnya mengguman lirih menahan sakit.

Bayangan hijau pupus ini adalah seorang gadis remaja yang mengenakan pakaian hijau mulus, tampan alisnya dikerutkan setelah mengamati keadaan Goik-liong yang semampai diatas dahan ia berkata seorang diri.

"Ternyata masih belum mati! Aku harus menolongnya !"

Habis berkata sepasang matanya yang jeli dan bening itu menyapu pandang keluar rimba. Tampak disana malang melintang rebah empat mayat manusia seragam hitam. Sekarang baru dia paham duduknya perkara, batinnya.

"Ya, tentu begitu, pasti ke empat orang ini mengeroyok dia seorang..."

Mendadak sebuah bayangan hitam laksana bintang jatuh tengah meluncur cepat sekali dari lereng bukit sebelah sana. Gadis baju hijau segera mengangkat alis dan bersiaga, pikirnya .

"Orang yang datang ini mengenakan baju hitam pula, mungkin adalah kerabat dari keempat orang yang mati itu."

Sedikit menggerakkan badan dan menjejakkan kaki, ringan sekali ia melompat keatas dahan, tangannya yang halus dan lencir segera diulurkan terus menjinjing tubuh Giok-liong, maka dilain kejap bayangan mereka sudah lenyap dari alingan pohon pohon yang rimbun didalam hutan.

Baru saja bayangan gadis baju hijau menghilang didalam rimba, bayangan hitam itupun sudah tiba diluar rimba.

Begitu melihat keempat mayat yang bergelimpangan itu, sepasang matanya yang tersembunyi dibalik kedok memancarkan sorot kegusaran yang meluap-luap, dengusnya dongkol.

"Bocah keparat, betapa juga kau takkan dapat lepas dari cengkeramanku."

Sepasang matanya yang tajam menyapu pandang keempat penjuru, badannya mendadak melenting tinggi terus menerjang keda-larn hutan, sekejap mata saja ia sudah berputar sekali memeriksa situasi terus melayang balik lagi keatas lereng bukit sana.

Lambat laun matahari sudah naik tinggi ditengah cakrawala lalu doyong lagi kearah barat, haripun berganti malam.

Dalam keadaan sadar tak sadar tahu-tahu Giok liong sudah rebah sepuluh hari di atas pembaringan.

Hari itu perlahanlahan ia membuka mata, selarik sinar merah menyilaukan pandangan matanya.

Bersama dengan itu hidungnya juga mengendus bau wangi semerbak yang menyegarkan badan terasa badannya rebah diatas kasur yang empuk dan enak sekali.

Setelah matanya terbuka lebar, terlihat didepan sebelah sana adalah sebuah jendela besar yang terbentang lebar.

Diluar jendela sinar matahari tampak telah doyong kearah barat.

Tanpa terasa Giok-liong bertanya-tanya dalam hati.

"Tempat apakah ini?"

Pandangan segera menjelajah keadaan sekitarnya, didapatinya inilah sebuah kamar kecil yang dipajang dan dilengkapi segala prabot serba antik dan penuh bebauan harum dilihat keadaan semacam ini, tidak perlu diragukan lagi pasti adalah kamar tidur seorang gadis remaja.

Segera terbayang pengalaman selama ini dalam benaknya, Tahu dia bahwa dirinya lelah ditolong orang, tapi siapakah orang yang telah menolongnya ini! Dilihat dari keadaan kamar ini bukan mustahil yang menolong dirinya adalah seorang gadis.

Untuk ini lantas teringat olehnya akan Ang-i-mo-li Li Hong.

sebetulnya Li Hong adalah seorang gadis yang baik, namun mengapa julukannya sedemikian seram dan tak enak didengar? Lantas teringat juga akan iblis rudin Siok Kui-tiang, untuk dirinya sampai dia menderita dan bukan mustahil malah mengorbankan jiwanya.

Ya, iblis rudin pasti sudah mati! Betapa tidak dengan membekal luka-Iuka dalam yang sangat parah itu dia masih terus bertahan melawan dan menggempur mati-matian dengan para durjana dari Hiat-hong-pang, seumpama tidak terbunuh mati oleh musuh pasti juga mati lemas kehabisan tenaga.

Oh, Tuhan! Nasibku ini sudah sedemikian jeleknya."

Mengapa setiap orang yang bertemu dengan aku harus pula mengalami penderitaan yang hebat ini? Apakah aku ini seorang yang bertuah? Ayah sudah menghilang tanpa jejak sejak aku masih kecil, lbu juga karena terlalu baik terhadap aku sampai akhirnya tidak diketahui mati hidupnya, Dalam hati juga akan Li Hong yang telah melepas budi menolong jiwanya dari renggutan elmaut.

akhirnya toh diculik orang dengan keadaan telanjang buIat, iblis rudin setelah tahu bahwa dirinya adalah sahabat yang terdekat, jiwanya melayang di bawah keroyokan kaum Hiat-hong-pang.

Berpikir sampai disitu, tanpa merasa berkobar amarahnya, desisnya sambil menggigit bibir.

"Hiat-hong-pang. Hiat-hongpang, Akan datang satu hari aku Ma Giok-liong pasti menumpas habis menjadi rata dengan tanah seluruh Hiathong- pang. Aku harus menuntut balas ..."

Sekonyong-konyong dari luar pintu sana terdengar suara tawa ringan yang nyaring dan merdu.

"Kongcu, kau sudah sadar!"

Se-iring dengan suara halus ini melayang masuklah sebuah bayangan langsing semampai kedalam kamar.

Seketika Giok liong merasa pandangannya menjadi terang, matanya memandang kesima.

Alis yang melengkung indah bak bulan sabit, menaungi sepasang mata bundar besar yang bersinar bening, Hidung mancung tinggi, dengan mulut mungil yang merah seperti delima merekah.

Sambil tersenyum lebar mengunjuk sebarisan giginya yang putih bersih perlahan-lahan menghampiri kearah pembaringan.

Cepat-cepat Giok-liong bangun berduduk serta katanya.

"Budi pertolongan nona yang sedemikian besar ini, selama hidup pasti cayhe takkan melupakannya."

Gadis ayu berpakaian hijau mulus ini begitu Giok liong membungkukkan badan lantas memutar badan, sahutnya tertawa.

"Kongcu, pakaianmu terlalu kotor, sudah kusuruh orang mencucikannya ! Lekaslah kau benahi pakaian nanti sebentar aku datang lagi !"

Bau wangi merangsang hidung, tahu tahu dia sudah melesat pula keluar kamar.

Merah jengah selembar raut muka Giok liong, tersipu-sipu ia menunduk melihat badan sendiri, baru sekarang ia merasa Iega, Ternyata badannya telah mengenakan pakaian Iain.

Buntalannya juga terletak dipinggir ranjang.

Jubah luarnya yang besar serta putih itu juga tergantung di dinding.

Lekas- lekas dibukanya buntalannya itu, kiranya Jan hun ci sena barang barang bekal lainnya masih ada, Sedang potlot juga tertindih dibawah buntalannya itu, Legalah hatinya, maka cepat-cepat ia berganti pakaian mengenakan jubah putih itu.

Mendadak merasakan suatu keanehan yang mengherankan hatinya, Bukankah dirinya terluka parah dan tertolong sampai disini, mengapa badannya sekarang tiada merasakan bekasbekas luka parah itu? Dicobanya menyedot hawa mengerahkan hawa murni, terasa hawa murninya penuh padat dan Aotv gairah, rasanya lebih kuat dan kokoh dari sebelum itu.

Tengah ia merasa terheran heran, terdengar pula suara merdu itu berkata diluar pintu.

"Kongcu kau sudah berganti pakaian belum ?" "Sudahlah !"

Bayangan hijau disertai bebauan harum yang merangsang hidung, tabu-tahu gadis serba hijau mulus itu telah melayang masuk lagi, Bergegas Giok-liong nyatakan lagi rasa terima kasihnya akan pertolongan jiwanya ini.

"Sudah jangan sungkan-sungkan, luka-Iukamu sungguh sangat parah !"

"Ya, luka-luka cayhe ini bila tidak mendapat pertolongan nona, pasti jiwaku saat ini sudah lama melayang."

"Bukan aku yang mengobati lukamu, adalah nenekku yang mengobati !"

"Ah, kalau begitu besar harapanku bisa menghadap kepada beliau untuk menyatakan banyak terima kasih akan budinya ini."

"Tidak perlu, setelah mengobati lukamu lantas nenek keluar pintu menyambangi salah seorang kenalannya."

"Harap tanya tempat apakah ini?"

"Hwi-hun -san-cheng !"

"Hah ..."

Dukungan & Donasi

Bantu kami terus update dengan memberi dukungan melalui:

BCA 7891767327
Trakteer
Post a Comment