Dengan susah payah dan banyak makan tenaga ia terus hadapi rantai merah yang diputar kencang memenuhi angkasa.
Keadaan ini memang sangat genting, keruan Giok-lioog kaget dan kwatir.
Hanya sedikit terpecah perhatiannya saja hampir saja Giok liong harus membayar mahal kelalaiannya ini.
Mendadak musuh didepannya tertawa terloroh-loroh, dimana terlihat pundak pelindung kiri Hiat-hong-pang bergoyang-goyang.
puluhan sinar kehijauan yang terang dan lembut sekali segera melesat kencang meluruk kearah Giok-liong, Bersama itu dua utas rantai merah yang bergerak lincah laksana ular naga yang hidup membawa angin menderu serta gelombang panas yang membakar kulit sekaligus bersamaan menerpa dan menggulung tiba, Bukan hanya sekian saja Giok-liong menghadapi ancaman elmaut, karena disebelah samping kanan kiri kedua orang seragam hitam itu juga memutar kencang senjatanya menusuk tiba dari kanan kiri terus menubruk dan membabat kearah Giok-liong.
Giok-liong menggerung keras, kedua kakinya mendadak dijejakkan diatas tanah, badannya lantas melesat mundur kesamping, kebelakang, bersama itu sinar kuning dari potlot masnya diputar kencang, jurus Sip-hun dari salah satu Janhun- su-sek dikeluarkan.
Sesuai dengan nama jurus serangan ini yaitu kehilangan sukma, kontan terdengar salah satu dari seragam hitam pengeroyoknya segera melompat mundur sambil menjerit ngeri, terang kalau sukmanya melayang menghadapi raja akhirat.
Tapi tak beruntung bagi Giok-liong tiba-tiba terasakan bahwa paha kirinya juga sakit dan nyeri menusuk tuIang, namun sekuat tenaga ia bertahan dan berlaku tenang, kaki menjejak mendadak ia jumpalitan ditengah udara, badannya meluncur lagi kesamping setombak lebih berbareng terdengar bentakannya menggeledek.
"iblis rudin jangan gugup, Giok- Iiong mendatangi l"
Dimana tangan kanan diayun, sebuah potlot masnya disambitkan dengan kencang berubah selarik sinar kuning langsung meluncur kearah pelindung kanan dari Hiat hongpang yang tengah menusukkan senjatanya kearah Siok Kiu tiang yang mendeprok ditanah kahabisan tenaga dan darah.
Bentakaa Giok liong yang keras dan garang itu cukup membuat pelindung kanan itu tergelak kaget dan keder, sedikit merendek saja tahu-tahu sinar kuning yang mendesis keras laksana anak panah yang sudah menusuk tiba didepan mata, Meskipun ia sudah berusaha berkelit sambil memutar tubuh, tak urung mulutnya menggerung keras seperti babi hendak disembelih.
Karena potlot mas Giok liong dengan telak telah menghunjam amblas kedalam punggungnya sampai tembus kedepan dada kontan badannya roboh terkapar ditanah, Darah segar segera memancur keluar dengan deras dari dadanya, Tapi ia masih membelalakkan kedua matanya mencorong menyakitkan sebelum ajal ini dia masih sempat menyambitkan kedua senjata garpunya kearah Siok Kiu-tiang, Lantas badannya sendiri terbanting sekali lagi dan tak bergerak untuk selama-lamanya.
Begitu potlot masnya disambitkan, menurut perhitungan Giok-liong akan segera mengejar datang untuk mengambilnya kembali untuk menghadapi lagi kejaran dan kepungan pelindung kiri serta dua seragam hitam lainnya, sungguh diluar dugaannya bahwa watak pelindung kanan itu ternyata sedemikian ganas dan kejam, sebelum ajal ini masih mengerahkan seluruh sisa tenaganya untuk menyerang Siok Kiu-tiang dengan sambitan kedua senjata garpunya, Saking kejut segera mulut Giok-liong menghardik keras, tubuhnya juga melenting tiba dengan kecepatan meteor terbang dimana kedua tangannya bergerak saling susul, angin badai segera terbit bergulung-gulung, untung masih sempat menyampok pergi kedua senjata garpu musuh sehingga menyelonong kesamping.
Dilain saat begitu kakinya menyentuh tanah, rasa sakit di paha sebelah kiri segera merangsang hatinya, sampai kakinya lemas dan tenaga hilang, terpaksa ia melolos jatuh ketanah.
Bertepatan dengan itu, pelindung kiri jadi mengamuk dan menggembor keras sambil lancarkan pukulan yang membawa suhu panas membawa terus mengepruk keatas kepalanya.
sementara itu, dua orang seragam hitam lainnya juga sudah meluruk tiba pula dengan serangan senjata yang cukup ganas puIa.
Dalam seribu kerepotan ini, tiba-tiba terdengar Siok Kiutiang membentak keras, badannya tiba-tiba mental naik ketengah udara setinggi tiga tombak.
"Wut"
Beruntun ia kirim dua kali pukulan mengarah kedua orang seragam hitam itu.
Dilain pihak Giok-liong sendiri juga sudah menyedot hawa dan mengerahkan tenaga dari pusarnya, tangan kiri diayun dengan seluruh kekuatannya sedang tangan kanan merogoh kedalam saku terus beruntun menyambitkan tiga batang senjata rahasia yang berbentuk potlot mas kecil.
"Blang !"
Bum !"
Seiring dengan suara gemuruh yang menggetar ini, terdengar lolong panjmg kesakitan dari mulut pelindung kiri Bersamaan itu sinar merah marong juga tengah meluncur menghunjam kearah dada Giok-liong.
Diam-diam Giok-liong bergirang hati, tahu dia bahwa ketiga batang potlot masnya ternyata telah mengenai sasarannya dengan telak, Mendadak dengan kaki kanan sebagai poros ia memutar tubuh sambit mendekam tubuh, tepat sekali ia menghindarkan diri dari sasaran dua garpu musuh yang melesat tiba.
"BIum!"
Disebelah sana Siok Kiu-tiang juga telah saling gempur pukulan dengan kedua lawannya. Tiba-tiba ia menggembor keras,"Maknya, bunuh semua!"
Membawa seluruh badan yang penuh berlepotan darah ia terus menubruk maju lagi, seolah-olah kedua tangannya itu secara mendadak mulur panjang sekali lipat, kiranya jurus Kam-thian ci yang mematikan itu sudah dilancarkan.
Bukan kepalang kaget dan rasa takut ke dua orang seragam itu, sambil berseru ketakutan mereka melompat mundur.
Tapi meski pun mereka sudah bergerak cepat, dan berusaha menyelamatkan diri tak urung juga sudah terlambat, kedua kepalan tangan yang membesar itu menutuk tiba dari tengah udara jeritan yang mengerikan berkumandang sampai sekian lamanya, darah dan daging manusia yang hancur berkeping-keping berterbangan keempat penjuru, kedua orang seragam hitam berbareng direnggut jiwanya.
Cepat-cepat Giok-liong berjongkok menjemput senjata potlot masnya lalu perlahan lahan berdiri tegak.
Saat mana terdengarlah-serentetan getaran tawa dingin yang menggiriskan bulu roma mengalun tinggi.
Tampak Hiat hong Pang-cu mengulapkan tangan sembari memberi perintah.
"Serbu!"
Maka sorak-soraklah para seragam hitam yang mengepung diiuar gelanggang sambil angkat senjata terus menerjang maju sembari kekuatan serbuan yang dibawa oleh pihak Hiat hong-pang tidak hanya terpaut puluhan saja karena dari belakang batu batu besar di kejauhan sana juga beruntun berloncatan ke luar pula berpuluh puluh bayangan hitam yang membawa senjata berkilauan terbang mendatangai menyerbu ketengah gelanggang.
Mendadak Giok-liong merasakan dipaha kirinya merembeskan darah dan terasa hangat, celakanya suhu hangat ini semakin menjalar keatas, maka cepat-cepat ia mengerahkan hawa murni untuk menutup jalan-jalan darah.
Tiba-tiba terdengarlah ejekan tawa dingin dari samping kirinya.
"Buyung, menyerah saja"
Sebuah bayangan hitam berkelebat tahu-tahu Hiat hong Pang-cu sudah berada didepannya, berbareng tangannya ikut bergerak lima jalur angin dingin menyamber kencang melesat kearah lima jalan darah penting di dadanya.
Giok-liong bergelak tawa keras sekali tangan kanan juga digerakkan sinar kuning segera berkelebat berbareng ia juga menggerung keras.
"Siok-toako, bunuh semua!"
Terdengarlah rentetan ledakan keras, di mana jalur-jalur angin saling bentrok dengan potlot mas, konton Giok-liong rasakan telapak tangannya tergetar linu dan sakit sekali, hampir saja senjatanya terlepas dari cekalannya.
Dalam kagetnya kedua kakinya secara otomatis segera menjejak tanah, badannya lantas melenting mundur berbareng kuntum awan putih bergelombang menuruti gerak pukulan sisanya teras melebar dan menerjang keempat penjuru.
Jerit dan pekik mengaduh menyayatkan hati sebelum ajal saling susul, darah berceceran dimana-mana menjadi genangan jang besar.
Dimana-mana bayangan hitam berkelebat kaki tangan daging-daging manusia yang sudah menjadi mayat beterbangan kesana sini.
Para seragam satu persatu roboh menggeletak tanpa bangun kembali.
Seluruh tubuh Giok-liong dan Siok Kui tiang sudah penuh berlepotan darah, tapi mereka masih terus bertempur matimatian.
Matahari sudah mulai mengunjukkan diri dari peraduannya hari sudah menjelang pagi, Hasil dari pertempuran semalam suntuk, ini darah mengalir menjadi genangan besar, mayat bergelimpangan bertumpuk tinggi.
Semakin bertempur jarak Giok-liong dan Siok Kui-tiang semakin jauh akhirnya mereka semuanya terpisah saat mana Giok-liong tangan menghadai empat orang seragam hitam didepan sebuah hutan.
Keempat orang seragam hitam ini biasanya dikalangan Kangouw juga termasuk tokoh kelas satu, tapi sekali ini mereka harus berhadapan dengan Giok liong, betapapun tinggi kepandaian mereka masih jauh dibanding kemampuan Giok liong.
Tapi keadaan Giok-iiong saat mana sangat payah, bukan saja sudah lelah juga badannya penuh luka-Iuka, Apalagi setelah bertempur mati-matian dikeroyok sedemikian banyak musuh-musuh Hiat-hong-pang, tenaga dalamnya sudah banyak terkuras keluar.
Maka dibawah kerubutan keempat musuh ini dia semakin terdesak dibawah angin, Gerak empat pedang panjang musuh sangat cepat merupakan satu tekanan berat bagi dirinya, Kalau desiran angin pedang dapat mengiris kulit sebaliknya bayangan pukulan gabungan mereka berempat juga sangat deras bagai gelombang samudra, sedemikian rapat kerja sama mereka hakikatnya Giok-liong sudah terkekang dalam kepungan mereka.
Mendadak Giok liong kerahkan seluruh sisa kekuatan tenaga murninya sambil memutar potlot masnya satu lingkaran, nyana jurus Toan-bing (putus nyawa) dari Jan-hunsu- sek telah dilancarkan dengan seluruh kekuatannya.
,,Prak - Blum"
Beruntun terdengar benturan keras yang menggetarkan bumi, diselingi lima kali jeritan mengaduh disusul bayangan orang terbang sungsang sumbel ke-empat penjuru, darah beterbangan menari-nari ditengah udara, jenazah mereka terbanting keras diatas tanah.
Giok-liong merasa jantungnya berdebar keras hatinya merasa mual, segulunng darah segar menerjang keatas menembus tenggorokkannya.
Diam-diam hatinya berteriak.
"Tidak, tidak, aku tidak tidak boleh roboh"
Dia tahu sekali ia jatuh, bukan mustahil jiwanya bakal melayang ditangan para kamrat-kamrat Hiat-hong-pang ini.
Demikianlah sedikit pandangannya menjadi kabur dan pikiran tidak tentram, badannya segera melayang tinggi dan jatuh kena pukulan gabungan para musuhnya yang kejam dan telengas, badannya terus terbang tinggi menerobos dahandahan sehingga menerbitkan suara yang berisik, akhirnya Giok-liong merasa seluruh tubuh tergetar keras, kiranya dirinya sudah terbanting masuk kedalaman sebuah rimba dan menindih putus dan merontokkan banyak dahan dan daun pohon.
Tidak tertahan lagi, mulutnya menguak menyemburkan darah segar, kepalanya terasa puyeng dan pusing tujuh keliling, pandangan menjadi gelap lantas dia jatuh celentang tak ingat apa-apa lagi.
Tidak lama setelah Giok-liong terjatuh masuk kedalam rimba, dari lereng gunung sana juga terdengar suara jerit dan lolong kesakitan, beberapa orang saling bersahutan untuk mengakhiri pertempuran berdarah ini.