Tetapi si gemuk pendek itu tidak menyahut, dia saling lirik dengan kedua saudaranya. Tubuh si laki-laki tinggi kurus langsung berkelebat. Sebelah lengannya menjulur ke depan, dia langsung me-nyerang Tan Liang.
Selama hidupnya, entah sudah berapa banyak mara bahaya yang dihadapi si Harimau Bersayap Emas Tan Liang. Tentu saja dia tidak merasa takut, malah tertawa terbahak-bahak. Tubuhnya bergerak sedikit untuk menggeser ke samping, tetapi lengan si laki-laki kurus yang panjang itu memainkan jurus yang aneh. Padahal terang-terangan sebuah pukulan sedang diarahkan kepada Tan Liang, tetapi di tengah jalan, telapak tangannya itu mengatup dan berganti menjadi tinju. Tangannya seperti mempunyai mata dapat menggeser ke arah mana pun Tan Liang bergerak. Lagipula serangannya tidak menimbulkan suara sedikit pun. Tan Liang bukan jago kelas satu di dunia kang ouw. Dia sebagai seorang Cong piau tau dari perusahaan piau kiok. Pengalamannya cukup banyak dan pengetahuannya juga luas sekali. Setidaknya setiap ilmu pukulan yang terkenal di kolong langit ini, dia pernah mendengarnya. Akan tetapi jurus partai mana yang dikerahkan laki-laki bertubuh tinggi kurus ini? Dia tidak pernah mendengar ada ilmu pukulan seaneh ini di dunia kang ouw.
Tan Liang tidak berani menyambut dengan kekerasan. Dia berusaha menghindar dari serangan laki-laki bertubuh tinggi kurus itu. Tetapi orang itu masih juga memainkan jurus yang sama. Hanya saja tinjunya membuka dan jari tangannya melakukan penyerangan dengan mencengkeram
Tiga kali perubahan ini membuat hati Tan Liang tercekat. Ilmu kepandaiannya sendiri terhitung tidak rendah, tapi tidak pernah dia menyaksikan perubahan jurus seaneh ini. Sekitar kurang dari satu depa Tan Liang dengan penuh pukulan, tinju, dan cakar. Dia menyadari bahwa dirinya telah berhadapan dengan musuh yang tangguh. Terdengar suara Crep! Pecut lemasnya segera dilepaskan dan tidak mau menghadapi lawan dengan tangan kosong.
Tetapi ketika Tan Liang baru saja melepaskan pecut lemasnya, tiba-tiba dia mendengar suara jeritan ngeri dari mulut Liu Hou. Hubungan Tan Liang dengan Liu Hou sangat akrab, bahkan sudah seperti saudara kandung. Mendengar suara jeritan sahabatnya itu, pikirannya langsung terpecah, tangannya tanpa sadar merenggang dan tahu-tahu pecut lemasnya sudah direbut oleh si laki-laki bertubuh tinggi kurus. Kemudian disusul dengan suara Blam! Dadanya telah terhantam telak oleh pukulan lawan.
Dalam keadaan panik, Tan Liang masih sempat menolehkan kepalanya. Dia melihat Liu Hou sudah terkulai di atas tanah, mati dengan bersimbah darah. Rupanya ketika laki-laki bertubuh tinggi kurus mulai bergebrak dengan Tan Liang, perempuan yang dipanggil 'sam moay' segera menghunus sepasang goloknya dan menerjang ke arah Liu Hou. Liu Hou yakin terhadap kekuatan sendiri. Dia menangkis serangan perempuan itu dengan golok lebarnya. Tidak disangka begitu saling membentur, goloknya langsung terpental. Golok di tangan kiri perempuan itu langsung menancap ke dalam ulu hatinya!
Sedangkan Tan Liang yang terkena hantaman si laki-laki tinggi kurus langsung merasa dadanya seperti mendidih. Tubuhnya terhuyung-huyung. Si Tinggi kurus mengeluarkan suara tawa yang aneh. Pukulan kedua langsung dilancarkan. Kali ini, Tan Liang bahkan tidak sempat bersuara sedikit pun. Tubuhnya terpental ke dinding kamar dengan keras, kemudian terkulai jatuh dan mati seketika dengan beberapa tulang belulang yang patah.
Keempat orang itu hanya bergebrak dalam waktu yang singkat. Ternyata sudah berhasil memperlihatkan pihak mana yang kalah dan pihak mana yang menang. Tao Ling yang duduk di sam-ping Lie Cun Ju merasa hatinya diguyur air dingin. Tetapi biar bagaimana pun dia tidak bersedia melarikan diri atau meninggalkan pemuda itu.
Tampak perempuan tadi dan si laki-laki tinggi kurus membalikkan tubuh dan berlari keluar. Baru saja mereka meninggalkan kamar itu, dari luar berkumandang serentetan jeritan yang menyayat hati. Keadaan di luar sana tampaknya kalang kabut. Si laki-laki bertubuh gemuk pendek malah tertawa terkekeh-kekeh. Dia melangkahkan kakinya menghampiri Tao Ling dan lie Cun Ju.
Tao Ling sadar mereka sulit menghindarkan diri dari ancaman bahaya kali ini. Daripada mati konyol, lebih baik mengadu jiwa, pikirnya dalam hati. Dia segera melepaskan pedang ernas dan perak dari selipan pinggangnya kemudian menerjang ke arah si gemuk pendek. Tetapi baru saja ruangan kamar itu dipenuhi cahaya yang berkilauan, orang itu sudah menghantamkan sebuah pukulan dan membuat sepasang pedang Kim Gin Kiarn itu terpental jauh.
Belum sempat Tao Ling berdiri dengan mantap, sebuah pukulan lainnya sudah meluncur ke arahnya. Tao Ling merasa telapak tangan orang itu masih belum menyentuh dadanya. Hanya serangkum kekuatan telah menerpanya dengan kencang. Tubuhnya bagai ditimpa besi seberat ribuan kati. Matanya langsung berkunang-kunang, tubuhnya limbung dan Hooaakkk! Dia memuntahkan segumpal darah segar. Tapi gerakan tubuhnya masih belum berhenti, kakinya terhuyung- huyung ke belakang, kemudian secara kebetulan jatuh menimpa tubuh Lie Cun Ju. Terdengar pemuda itu menjerit histeris. Tampaknya tekanan tubuh Tao Ling membuat lukanya bertambah parah beberapa kali lipat!
Tao Ling merasa dirinya hampir jatuh tidak sadarkan diri begitu tubuhnya menimpa Lie Cun Ju. Tetapi dalam keadaan setengah sadar setengah tidak, dia masih sempat mendengar suara perem-puan itu berkata.
"Toako, satu pun tidak ada yang tertinggal, mari kita pergi!"
Tao Ling masih berusaha memberontak, tetapi tiba-tiba dadanya terasa sakit, si Gemuk Pendek sudah melancarkan kembali pukulannya yang kedua. Dia hanya merasa isi perutnya seperti membrendel dan kacau balau. Tubuhnya hanya sempat bergerak-gerak sedikit kemudian terdiam.
***
Entah berapa lama telah berlalu, Tao Ling tersentak sadar oleh rasa sakit dan perih. Dia ingin membuka matanya, tetapi kelopak matanya tidak bisa digerakkan sedikit pun.
Seluruh tubuhnya bahkan seluruh isi perutnya bagai ditusuk ribuan jarum yang telah dipanaskan di atas bara api. Karena sakitnya sehingga sulit diuraikan dengan kata-kata. Dalam tenggorokannya seakan ada segumpal darah yang telah membeku, sehingga sulit baginya meskipun hanya menelan ludah saja. Jangan kan berbicara, merintih pun Tao Ling tidak sanggup.
Tetapi, ketika dia sudah tersadar. Meskipun matanya tidak bisa membuka, mulutnya tidak bisa bicara, tetapi telinganya masih bisa mendengar, walaupun suara yang ada di sekelilingnya hanya sayup-sayup seakan jauh sekali. Dia merasa ada seseorang di dalam kamar itu yang terus bolak balik. Kadang suara langkah kakinya berhenti di sampingnya, kemudian menjauh lagi seakan meninggalkannya.
Saat itu, kecuali pasrah pada nasibnya sendiri, Tao Ling tidak sanggup melakukan apa-apa lagi. Tidak lama kemudian terdengar seseorang berkata.
"Meskipun kedua orang ini masih ada setitik nafas, tapi seluruh isi perutnya sudah tergetar. Meskipun bisa mendapatkan obat yang mujarab, takutnya nyawa mereka hanya tinggal beberapa kentungan saja." Suara itu terdengar terlontar dari mulut orang yang sudah tua.
"Belum tentu. Aku juga tidak mengharapkan mereka tertolong. Pokoknya salah satu dari mereka bisa berbicara beberapa patah kata, cukup." Suara yang satu ini terdengar nyaring dan merdu. Seakan terlontar dari mulut seorang anak gadis berusia lima belasan tahun.
"Kalau begitu kita coba saja." Terdengar orang yang sudah tua berkata lagi.
Tao Ling merasa ada sebuah telapak tangan yang panas membara menempel di punggungnya.
Lukanya saat itu memang parah sekali, sampai dia sendiri tidak dapat membayangkan keparahannya itu. Kalau dalam keadaan seperti ini, dia tidak mengalami kematian, boleh dibilang merupakan suatu keajaiban. Ketika tangan itu menempel di punggungnya, gadis itu merasa nyeri yang tidak terhingga. Sesaat kemudian dia jatuh tidak sadarkan diri lagi.
Ketika Tao Ling tersadar kembali, rasa sakit-nya sudah jauh berkurang. Tapi seluruh persendian dan tulang belulangnya masih ngilu dan lemas, seperti terlepas atau beruraian di dalam kulit. Tao Ling tidak mempunyai tenaga sedikit pun. Niatnya ingin membuka mata untuk melihat dimana dirinya berada, tetapi tidak ada kekuatan sama sekali. Sedangkan tubuhnya terasa terguncang-guncang dan terdengar suara berderak-derak. Rasanya dia berada di dalam sebuah kereta yang sedang melaju. Tao Ling berusaha menenangkan pikirannya. Mula-mula dia mencemaskan keadaan Lie Cun Ju.
Dengan menenangkan perasaannya, Tao Ling mencoba mengingat pembicaraan kedua orang yang didengarnya tempo hari. Kemungkinan Lie Cun Ju belum mati, hanya dia tidak tahu bagaimana keadaannya sekarang.
Dalam hati Tao Ling menarik nafas panjang, Kembali gadis itu merasa ada orang yang membuka mulutnya dan menuangkan sejenis cairan. Cairanitu harum dan menyejukkan perutnya. Perasaannya juga lebih segar. Dia mendengar anak gadis itu berkata.
"Lihat! Dia tidak mati kan? Malah sudah jauh lebih segar dari beberapa hari sebelumnya."
"Meskipun tidak mati, tetapi takutnya dia tidak bisa bergerak lagi selamanya dan menjadi orang cacat yang tidak dapat berbicara!" Terdengar suara orang tua menyahut.
Selesai pembicaraan, keadaan menjadi hening kembali. Hati Tao Ling dilanda rasa sedih yang tidak terhingga mendengar pembicaraan mereka. Diam-diam dia berpikir dalam hati.
"Waktu itu aku datang ke Si Cuan mengikuti kedua orang tuaku. Kata mama ada urusan yang penting sekali. Tetapi aku tidak tahu urusan apa yang dimaksudkan. Malah tidak menyangka semuanya akan berakhir seperti ini. Padahal kota Si Cuan saja belum sampai. Bahkan aku sendiri tidak tahu dimana sekarang aku berada?" Hati Tao Ling kembali terasa pilu mengingat nasibnya.
Tujuh-delapan hari telah berlalu, Tao Ling masih belum sanggup membuka kedua matanya. Kadang-kadang dia jatuh tidak sadarkan diri. Tapi kadang-kadang dia tersadar kembali. Hanya satu hal yang disadarinya, bahwa dia memang berada di atas sebuah kereta kuda. Lagipula selama tujuh-delapan hari ini, kereta kuda itu tidak pernah berhenti sekalipun!
Setiap kali mengingat dirinya akan menjadi orang cacat, hati Tao Ling terasa perih kembali. Kalau ditilik dari kecepatan kereta itu dan tidak pernah berhenti melakukan perjalanan selama tujuh-delapan hari, rasanya mereka sudah menempuh ribuan li. Entah kemana kedua orang itu akan membawa dirinya?
Tiga-empat hari kembali berlalu. Tao Ling merasa nyeri di seluruh tubuhnya sudah lenyap. Dia berniat membuka matanya. Karena itu dia mengerahkan semua kekuatannya dan ternyata dia berhasil.