Tepat pada saat itu, terdengar suara pintu kamar digubrak dengan keras oleh seseorang. Tao Ling terkejut setengah mati. la segera melonjak bangun dan menghalang di depan Lie Cun Ju.
Ketika Tao Ling mempertajam pandangan matanya, ternyata yang baru masuk dengan kasar itu Liu Hou. Tangan laki-laki itu menggenggam sebilah golok lebar. Wajahnya menyiratkan kegusaran. Di belakangnya mengikuti seorang laki-laki bertubuh pendek kurus. Tampangnya biasa-biasa saja. Tapi sepasang matanya menyorotkan sinar yang tajam. Usianya kurang lebih lima puluhan tahun.
Tao Ling jadi terkesima.
"Liu piau tau, kenapa kau . . .?" tanya Tao Ling terkesima. "Huh! Terus terang saja, Tao kouwnio. Tadi aku tidak tahu
persoalan yang sebenarnya. Boleh dibilang di dalam perusahaan pengawalan ini, aku terhitung setengah pemiliknya juga. Biar hagaimana aku tidak sudi menerima orang seperti kalian tinggal di sini!" ucap Liu Hou memaki- maki Tao Ling.
"Memangnya orang seperti apa kami ini, coba kau katakan saja terus terang!"
"Urusan ini sudah diketahui seluruh orang bu lim. Dia bertanding ilmu di gedung Kuan loya namun tidak menggubris peraturan dunia kang ouw, Tao Heng Kan membunuh Li Po, putra Pat Kua Kim Gin Kiam Lie Yuan suami istri dengan keji. Setelah itu dia melarikan diri sehingga jejaknya tidak diketemukan. Tidak tahunya malah bersembunyi di sini. Pokoknya sekarang juga kami akan menggeretnya ke rumah Kuan loya agar dapat diadili," ujar Liu Hou sambil menudingkan goloknya kepada Lie Cun Ju.
Saat itu Tao Ling baru sadar bahvva Liu Hou dan Tan Liang berdua salah menduga Lie Cun Ju dikira abangnya Tao Heng Kan. Hatinya merasa mendongkol juga geli. Pasti Liu Hou baru kembali dari perjalanan jauh sehingga tidak mengetahui persoalan ini. Sedangkan Tan Liang tidak kemana-mana. Jarak antara kota ini dengan tempat tinggal Kuan Hong Siau tidak seberapa jauh. Dia pasti sudah mendengar berita pembunuhan atas diri Li Po oleh Tao Heng Kan. Karena itu. begitu bertemu dengan Liu Hou dan mendengar mereka ada di rumahnya, dia langsung menganggap Lie Cun Ju sebagai abangnya yang sedang buron.
"Kalian berdua salah duga. Tahukah kalian siapa dia?" tanyanya sambil menunjuk kepada Lie Cun Ju.
Si Harimau bersayap emas Tan Liang maju satu langkah. "Memangnya dia bukan abangmu Tao Heng Kan?" tanya
Tan Liang.
"Bukan. Dia putra kedua pasangan suami istri Pat Kua Kim Gin Kiam Lie Yuan dan Lim Cing Ing, namanya Lie Cun Ju." Tentu saja Tan Liang tsdak akan percaya begitu saja.
"Apa buktinya?" tanya si Harimau Bersayap Emas Tan Liang.
Lie Cun Ju yang berharing di atas tempat tidur melirik sekilas kepada Tao Ling dan memberi isyarat kepadanya. Gadis itu langsung mengerti. Dia mengulurkan tangannya dan terdengarlah Cring! Cring! sebanyak dua kali. Dia mengeluarkan pedang emas dan perak dari selipan ikat pinggangnya.
"Lie toako terluka parah, pedang Kim Gin Kiam ini untuk sementara aku yang menjaganya! inilah bukti yang Anda minta!"
Sepasang pedang emas dan perak ini sangat terkenal di dunia bu lim, Juga sulit dihuat tiruan-nya. Tapi hati Liu Hou dan Tan Liang tidak hahis mengerti, mengapa dua keluarga yang saling ber-musuhan sedalam itu, putra putri masing- masing malah bisa menjalin persahabatan dan tampaknya sudah akrab sekali?
Karena Tan Liang adalah penduduk setempat, Tao Ling yakin dia sudah mendengar peristiwa tentang hancurnya perahu mereka dan terhanyutnya dirinya serta Lie Cun Ju.
"Setelah perahu tiba-tiba terbelah menjadi dua bagian, kami terhanyut sampai jauh. Entah bagaimana keadaan Kuan tayhiap, orang tuaku, pasangan suami istri Lie Yuan dan ko . .
. ko . . . ku sekarang?"
"Jejak Tao Heng Kan tidak jelas. Keadaan orang tuamu dan Kuan tayhiap baik-baik saja, hanya pasangan suami istri Lie tayhiap ditotok jalan darahnya dengan cara yang aneh. Sampai sekarang masih belum sanggup dibebaskan. Keluarga Sang yakni Sang Cu Ce malah melarikan diri dengan ketakutan ketika diminta bantuannya," sahut Tan Liang. "Apakah sudah diketahui siapa orangnya yang menotok jalan darah pasangan suami istri Lie tayhiap?" tanya Tao Ling.
Wajah si harimau bersayap emas Tan Liang jadi kelam. "Sampai saat ini masih belum diketahui!"
Lie Cun Ju masih sadar. Dia mendengar jalan darah kedua orang tuanya masih belum terbebas-kan sampai saat ini, hatinya menjadi gundah.
"Tao kouwnio, biar bagaimana lukaku ini harus dirawat.
Lebih baik kita pergi saja ke gedung Kuan loya."
Tao Ling mengerti maksud hatinya yang ingin cepat-cepat bertemu dengan ayah bundanya
Memangnya dia sendiri tidak rindu kepada kedua orang tuanya? Walaupun jarak antara tempat ini dengan kediaman Kuan loya hanya seratus li lebih, tetapi apabila di dalam perjalanan kepergok ketiga iblis yang kemarin, jiwa mereka pasti tidak dapat dipertahankan lagi. Karena itu dia menasehati Lie Cun Ju.
"Lie toako, bahkan Kuan tayhiap saja tidak sanggup membebaskan jalan darah orang tuamu, apa gunanya kau kesana? Aku rasa Kuan tayhiap dan kedua orang tuaku pasti akan mencari akal untuk membebaskan jalan darah mereka."
"Betul," tukas Tan Liang. "Kuan tayhiap sendiri sudah bersiap-siap mengantarkan kedua orang tuamu ke Si Cuan untuk meminta pertolongan si Kakek berambut putih.Sang Hao telah merundingkan masalah ini."
Lie Cun Ju baru agak lega mendengar keterangan orang itu. Sedangkan dia juga maklum larangan Tao Ling adalah untuk kebaikan dirinya sendiri. Oleh karena itu dia tidak berkata apa-apa lagi.
"Tao kouwnio, apakah aku perlu menyuruh orang menyampaikan beritamu kepada kedua orang tuamu? Jarak dari sini ke tempat tinggal Kuan tayhiap hanya memakan waktu tiga ken-tungan apabila menunggang kuda pilihan," tanya Tan Liang kembali.
Tao Ling sadar, apabila orang tuanya sanipai datang kemari, pasti dia tidak bisa bersama-sama Lie Cun Ju lagi. Karena itu dia menyahut cepat.
"Tidak usah!"
Tan Liang dan Liu Hou masih duduk di dalam kamar dan menanyakan masalah Tao Heng Kan yang membunuh Li Po tanpa sebab musabab. Karena urusan ini sudah tersebar kemana-mana dan menjadi tanda tanya bagi setiap orang. Tentu saja Tan Liang dan Liu Hou juga ingin mengetahui hal yang sebenarnya. Tao Ling hanya dapat menceritakan kejadian yang berlangsung saat itu, sedangkan apa sebabnya kokonya sampai membunuh Li Po, dia sendiri tidak habis mengerti.
Baru saja selesai bercerita, tiba-tiba dua orang petugas piau kiok masuk ke dalam kamar dengan sikap gugup.
"Tan . . . cong piau . . . tau, di... luar .. . ada orang ... yang ingin ... ber... temu dengan ...Anda!"
"Ada orang ingin bertemu saja, mengapa kau sampai segugup ini?" bentaknya kesal.
"Begitu masuk ke dalam halaman, orang itu sudah menghancurkan patung singa di depan dengan sekali hantam!" kata yang satunya.
Wajah Tan Liang langsung berubah mendengar keterangan anak buahnya. Dia langsung berdiri dari tempat duduknya. "Bagaimana rupa orang yang datang itu?"
"Yang ... satu bertubuh tinggi kurus, satunya lagi . . . gemuk pendek, sedangkan yang terakhir ... tampaknya seorang perempuan. Wajah mereka tidak terlihat karena mengenakan sebuah topeng berwarna merah darah." Tan Liang dan Liu Hou tampak merenung memikirkan kira- kira siapa orang yang berpenampilan demikian di dunia kang ouw. Tetapi wajah Tao Ling langsung pucat pasi. Tidak disangka-sangka dengan susah payah dia berhasil melarikan diri dan bersembunyi di gedung itu. Ternyata ketiga iblis itu masih mengejar mereka. Dalam keadaan panik, dia sendiri sampai kebingungan dan tidak tahu harus berbuat apa.
Kalau mengingat suara tawa si gemuk pendek yang aneh dan menyeramkan, seluruh bulu kuduk Tao Ling langsung merinding. Bagi dia sendiri masih tidak apa-apa, tetapi Lie Cun Ju sedang terluka parah. Mana mungkin dia sanggup mendengar berita yang mengejutkan itu. Begitu perasaannya galau, kembali dia memuntahkan darah segar. Tiba-tiba terdengar suara tertawa yang aneh itu, dan ketiga iblis itu pun sudah berdiri di depan pintu kamar.
Melihat ketiga orang itu langsung menerobos ke dalam kamar, mula-mula Tan Liang agak tertegun, kemudian wajahnya menyiratkan perasaan kurang senang.
"Siapa kalian?" bentaknya sinis.