Pendekar Bunga Cinta Chapter 23

6 balas menendang sambil rebah bergulingan, atau hendak menangkap kaki liehiap Liu Giok Ing yang sedang menendang, menggunakan ilmu 'tee-tong-kun' selagi tubuhnya masih bergulingan dilantai.

Kelihatannya bagaikan tidak ada kesempatan buat Kong Tek Liang bangkit berdiri, tetapi tak sia-sia pengalamannya yang puluhan tahun menjelajah dikalangan rimba persilatan. Walaupun umurnya sudah mendekati lima puluh tahun, akan tetapi tubuhnya masih lincah dan gesit; sehingga disuatu saat Kong Teng Liang perdengarkan suara menggeram bagaikan seekor lembu-hutan, lalu tubuhnya lompat bangun dan menyeruduk badan liehiap Liu Giok Ing bagaikan lembu hutan yang mau pulang ke-goa, oleh karena dia bergerak memakai jurus 'ya-gu-kwie-tong. Akan tetapi waktu liehiap Liu Giok Ing berkelit menyingkir, lalu sebelah tangannya liehiap Liu Giok Ing hendak memukul memakai gerak-tipu 'ke-san pa houw, diantara gunung memukul harimau; maka sepasang tangan Kong Tek Liang bergerak bagaikan mengibas, menggunakan jurus kek-bok cong-po' atau mengangkat kepala mengawasi gelombang, sehingga sempat Kong Tek Liang menangkis mengakibatkan tangan-tangan mereka saling bentur, membikin liehiap Liu Giok Ing terdorong kesamping, sedangkan tubuh Kong Tek Liang terjerumus hampir jatuh. Dengan demikian, dalam hal tenaga dalam ternyata liehiap Liu Giok Ing dapat menandingi Toan lo sin-koay Kong Tek Liang !

Bertepatan pada saat itu, Kim Lun Hoat ong berteriak perdengarkan suaranya, memerintah pie bu itu dihentikan, sebab pangeran itu merasa cukup sudah menyaksikan kegagahan liehiap Liu Giok Ing; tanpa pangeran itu

7 menghiraukan Kim Wan tauw-to perlihatkan muka tidak puas, sebab si imam belum mendapatkan giliran untuk mengadu kepandaian dengan liehiap Liu Giok Ing. Setelah menyudahi acara pie-bu itu, maka Kim Lun Hoat-ong mengajak liehiap Liu Giok Ing bicara; cuma ditemani oleh ciangkun Sie Pek Hong. Dalam pembicaraan itu mereka menyusun rencana buat melakukan penyerangan secara rahasia terhadap istana pangeran Gin Lun, tanpa pihak pangeran Gin Lun akan mengetahui bahwa penyerangan itu dilakukan oleh orang- orang dari pihak Kim Lun Hoat ong.

Ceng hwa liehiap Liu Giok Ing menyetujui usul itu, oleh karena yang dia pikirkan adalah urusan membalas dendam suaminya yang tewas sebagai akibat dari perbuatan pangeran Gin Lun yang telah memfitnah dia.

Akan tetapi, selagi rencana penyerangan terhadap istana pangeran Gin Lun belum sempat dilaksanakan; maka Bo-im kiamhiap Kwee Su Liang sudah memasuki kota Oei-kee tin; bahkan berhasil memperoleh keterangan bahwa liehiap Liu Giok Ing sudah mengabdi kepada Kim Lun Hoat-ong dan untuk sementara liehiap Liu Giok Ing masih berkediaman dirumah ciangkun Sie Pek-Hong.

Bo-im kiamhiap Kwee Su Liang merasa sangat cemas memikirkan nasib sang adik yang binal, sebab dia cukup mengetahui tentang ciangkun Sie Pek Hong yang dahulu pernah melarikan diri dari kota raja, sebagai akibat perbuatan serong yang dilakukan terhadap salah seorang selir sri baginda maharaja. Jelas Sie Pek Hong merupakan seorang laki-laki

8 perayu yang sangat berbahaya buat kaum wanita yang lemah !

Disamping itu, Kwee Su Liang juga sudah mengetahui tentang perbuatan Kim Lun Hoat ong yang telah memfitnah Liu Giok Ing, sehingga terjadi kesalahan mengerti antara pihak Liu Giok Ing dengan pihak pangeran Gin Lun, yang bahkan sampai terjadi pangeran Giok Lun tewas dan sang adik yang binal menjadi seorang janda muda.

Oleh karena itu Kwee Su Liang merasa perlu untuk bertemu dan mengajak bicara Liu Giok Ing, memberikan penjelasan agar salah mengerti itu jangan makin mendalam, sebab musuh yang sebenarnya adalah Kim Lun Hoat ong, yang didalam hal ini dibantu oleh ciangkun Sie Pek Hong!

Waktu memasuki kota Oei-kee tin, sengaja Bo im kiamhiap Kwee Su Liang berpakaian semacam orang-orang yang biasa berkelana di kalangan rimba persilatan; tidak memakai pakaian dinas sebagai pejabat pemerintah. Dia bahkan sengaja memilih sebuah tempat penginapan yang letaknya tidak jauh terpisah dengan gedung tempat kediaman ciangkun Sie Pek Hong, yang kelihatannya dijaga ketat seperti tempat kediaman seorang jenderal. Malam sudah cukup larut waktu Bo-im kiamhiap Kwee Su Liang mendatangi gedung tempat kediaman ciangkun Sie Pek Hong. Bo-im kiamhiap Kwee Su Liang bergerak cepat dan ringan bagaikan tidak meninggalkan bayangan, hingga tidak sukar buat dia melewati barisan penjagaan yang ketat hingga tanpa pihak yang bertugas menjaga mengetahui tentang kedatangannya. Akan tetapi untuk mengetahui dimana tepatnya tempat atau kamar

9 yang dihuni oleh liehiap Liu Giok Ing ternyata tidak mudah buat Kwee Su Liang mengetahui. Bangunan gedung milik ciangkun Sie Pek Hong ternyata cukup besar dan luas, bahkan banyak terdapat ruangan dan kamar, sampai tiba-tiba ada dua orang peronda yang sempat melihat Kwee Su Liang yang sedang mengintai dekat jendela sebuah kamar.

Dua orang peronda itu tidak memiliki ketabahan untuk melakukan penangkapan, tetapi mereka segera perdengarkan bunyi alat tabuhan mereka, sehingga dalam waktu sekejap terdengar suara ribut-ribut karena banyaknya tentara yang datang mendekati, siap dengan senjata mereka.

Bu-im kiamhiap Kwee Su Liang merasa tidak ada gunanya bertempur dengan pihak tentara yang bertugas menjaga, sehingga dia melesat lompat keatas genteng hendak menghindari tempat itu. Akan tetapi dua bersaudara Ma Kong dan Ma Kiang ikut lompat naik ke atas genteng, bermaksud mengejar; sedangkan Ma Kiang bahkan melepas sebatang pisau mengarah bagian punggung Kwee Su Liang.

Dengan sebuah sampokan memakai pedang yang masih berada didalam sarungnya, Kwee Su Liang menangkis pisau yang mengarah bagian punggungnya; sehingga pisau itu terlempar hilang entah kemana, kemudian sebelah kaki langsung menendang Ma Kong yang sedang terbang dan hinggap didekat dia, membuat tubuh Ma Kong yang cukup besar terlempar balik, melayang turun dari atas genteng.

Ma Kiang berteriak marah melihat kakaknya menjadi pecundang sebelum terjadi perkelahian. Dia langsung menyerang memakai goloknya, bergerak bagaikan hendak

0 membelah gunung tay-san; akan tetapi dengan mudah Kwee Su Liang berkelit menyingkir, membikin golok Ma Kiang membelah angin, sementara kaki kanan Kwee Su Liang bergerak menendang lagi dan kena bagian betis Ma Kiang, sehingga Ma Kiang roboh terguling diatas genteng, bahkan terus terguling sampai menyangkut dekat tiang kaso.

Ceng hwa liehiap Liu Giok Ing ikut lompat keatas genteng, selekas diketahuinya ada seseorang yang datang mengacau. Tubuhnya bergerak lincah dan sangat ringan bagikan seekor burung walet menembus angkasa sedangkan sepasang kepalannya langsung menyerang Kwee Su Liang memakai jurus 'tong cu cin hian' (kacung-dewa sembahyang) akan tetapi sepasang kepalannya itu mendadak bagaikan berontak, ketika diantara sinar remang-remang dilihat orang yang diserangnya.

“Moay-moay, aku ..." ingin Kwee Su Liang mengucap kata- kata memberikan penjelasan tentang maksud kedatangannya, akan tetapi Liu Giok Ing mendadak marah sampai merah sepasang matanya.

Kembali jiwa Liu Giok Ing berobah seperti dulu, lebih dari sepuluh tahun yang lalu. Pemarah dan mudah tersinggung.

Mengapa secara mendadak Kwee Su Liang muncul dihadapannya ? Pertanyaan ini yang sekilas menghantui dia, dan terpikir olehnya bahwa Kwee Su Liang yang bertugas jauh di perbatasan, pasti telah dipanggil oleh sri baginda raja, dipanggil dan ditugaskan buat menangkap dia.

(“Kwee Su Liang, mengapa kau masih kesudian mengabdi kepada raja yang lalim itu?” ) liehiap Liu Giok Ing mengeluh di

1 dalam hati, bagaikan merasa kecewa dan putus asa, sebab mendadak dia pun teringat dengan Kanglam liehiap Soh Sim Lan yang kesudian mengabdi kepada pangeran Giok Lun. Jelas mereka yang dianggap kawan, bahkan yang dicintai; sekarang menantang dia.

Dengan geraknya yang begitu cepat, tanpa sempat dilihat oleh seseorang; liehiap Liu Giok Ing menghunus pedang Ku tie kiam, lalu secepat itu juga dia menyerang Kwee Su Liang dengan suatu tikaman yang mengarah bagian hati, bagaikan seekor naga hendak merebut mutiara.

“Moay-moay, tunggu ...!'' Kwee Su Liang berteriak dengan kaget selagi dia melompat menghindar dari tikaman; tetapi liehiap Liu Giok Ing mengulang melakukan penyerangan bagaikan dia tidak mendengar teriak suara Kwee Su Liang.

Kwee Su Liang bergegas menghindar lagi, akan tetapi waktu dia hendak mengucap kata-kata, sempat dilihatnya Ma Kong berdua Sie Pek Hong ikut mendekati tempat itu, sehingga dengan mengerahkan ilmu 'bo in sin-kang dia melompat menghilang bagaikan asap yang menghilang diudara, lalu pada lompatan berikutnya dia tinggalkan gedung tempat kediaman ciangkun Sie Pek Hong, tanpa dia menghiraukan Sie Pek Hong berdua Ma Kong mengejar.

---o~dwkz^)(^hendra~o---

SEORANG diri didalam kamarnya liehiap Liu Giok Ing rebah tengkurap diranjang dan menangis.

2 “Kwee Su Liang ... Kwee Su Liang .. berulangkali dia menyebut nama itu perlahan. Kwee Su Liang yang sudah 'mencuri' hatinya; Kwee Su Liang yang dicintai, meskipun setelah menjadi isterinya pangeran Gin Lun dan Kwee Su Liang menikah dengan lain perempuan. Tetap Liu Giok Ing tidak bisa melupakan Kwee Su Liang, sebaliknya mengapa Kwee Su Liang mau menangkap dia, untuk memenuhi tugas perintah sri baginda yang lalim itu?

Mengapa Kwee Su Liang terlalu kejam kepada yang mencintai ?

Dan Liu Giok Ing mengalirkan air mata, menangis karena teringat dengan Kwee Su Liang, sekaligus dia pun teringat dengan almarhum suaminya, yang begitu besar kasih- sayangnya; namun yang dia anggap cuma sebagai suatu tempat pelarian, tempat dia merana mengalirkan air mata. Sedangkan kasih sayang suaminya yang begitu besar, dia anggap sebagai kasih sayang seorang ayah yang menghibur dia. Betapa sekarang menyesalkan, menyesal bahwa dia tidak bisa menghapus bayang-bayang Kwee Su Liang, dan menyerahkan hatinya kepada suaminya.

Sia-sia sekian lamanya dia menyimpan rasa-cinta terhadap Kwee Su Liang, sebab ternyata laki-laki itu sedikitpun tidak memikirkan dia. Memiliki kedudukan baik sebagai gubernur yang menguasai daerah perbatasan, memiliki seorang isteri yang cantik dan gagah-perkasa; sebaliknya dia yang sekian lamanya hidup bagaikan merana, kini bagaikan sebatang kara kehilangan suami.

3 Justeru selagi liehiap Liu Giok Ing merasa sedih memikirkan nasibnya, maka tiba-tiba didengarnya ada seseorang yang mengetok pintu kamarnya.

Dihapusnya air matanya yang membasahi mukanya, juga dirapihkannya rambutnya yang tadi dia biarkan lepas terurai; setelah itu dia membuka pintu dan mengetahui bahwa ciangkun Sie Pek Hong yang melakukannya.

“Maaf; aku ... aku tidak berhasil mengejar penjahat yang datang mengacau tadi, dan apakah liehiap tidak apa-apa ?" kata Sie Pek Hong, terdengar gugup suaranya.

––––––––

SEJENAK liehiap Liu Giok Ing terdiam bagaikan terpukau. Selama beberapa hari tinggal menumpang dirumah ciangkun itu, memang telah dilihatnya betapa besar perhatian Sie Pek Hong terhadap dirinya, segala kebutuhannya tak pernah ada yang dilalaikannya, selalu diperlihatkannya sikap manis; bahkan kadang-kadang seperti berlebihan. Cuma satu hal yang tidak dilakukan oleh ciangkun Sie Pek Hong, yakni memperkenalkan isterinya terhadap Liu Giok Ing. Mengapa ? Ini pernah Liu Giok Ing menanya didalam hatinya, akan tetapi lambat laun dia menyadari, bahwa diam-diam ciangkun itu mempunyai minat terhadap dirinya.

Kini sekali lagi Sie Pek Hong perlihatkan perhatiannya dengan menyatakan rasa cemasnya, sehingga diam-diam liehiap Liu Giok Ing menjadi terharu, oleh karena disaat yang

4 seperti itu, dia memang sedang membutuhkan rasa kasih- sayang. Tanpa terasa, dia menunduk dan mengalirkan air- mata tak mampu mengucap apa-apa.

Posting Komentar