Halo!

Pendekar Bunga Cinta Chapter 20

Memuat...

7 darurat. Pasti hasil kerja sang adik yang binal, pikir Kwee Su Liang yang membayangkan seorang diri Liu Giok Ing harus menggali lubang kuburan.

Kemudian sempat Kwee Su Liang menanyakan keterangan kepada penduduk yang terdekat, berhasil dia mengetahui tentang adanya 'perempuan sinting' yang ngamuk-ngamuk menyebar maut, di kalangan tentara kerajaan; juga di kalangan rakyat yang sedang nonton waktu 'perempuan sinting' itu mau ditangkap.

Mengeluh Kwee Su Liang atas perbuatan sang adik yang binal, tetapi bingung dia waktu didengarnya 'perempuan sinting' itu akhirnya pergi mengikuti serombongan tentara negeri sehabis mengubur jenazah yang ditangisi oleh 'perempuan sinting' itu.

“Tentara negeri dari mana ?” tanya Kwee Su Liang; akan tetapi sia-sia sebab penduduk desa itu tidak mengerti tentang tanda-tanda kesatuan militer, entah dari mana kesatuan mana, entah dari batalyon mana.

Terpaksa Kwee Su Liang meneruskan perjalanannya menuju ke arah selatan, tetap memakai kuda putih kesayangannya; dan bertamu dia di istana pangeran Gin Lun, sehingga sempat pangeran Gin Lun bercerita tentang liehiap Liu Giok Ing yang mengacau dan menyebar maut ditempat kediamannya, tanpa dia mengetahui entah apa kesalahannya.

Lesu keadaan Kwee Su Liang waktu dia meninggalkan istana pangeran Gin Lun, tambah dia menyesali perbuatan liehiap Liu Giok Ing tanpa dia mengetahui kejadian yang sebenarnya; dan dia lebih menyesal lagi sebab dia tidak

8 sempat bertemu dengan Kang-lam liehiap Soh Sim Lan, yang katanya pernah singgah di istana pangeran Gin Lun; bahkan ikut bertempur melawan liehiap Liu Giok Ing.

( 'Mengapa harus terjadi begini ...' ) Kwee Su Liang mengeluh didalam hati; merasa sangat penasaran bahwa sang adik yang binal jadi bertempur dengan Kanglam liehiap Soh Sim Lan yang saudara seperguruan dengan Liu Goat Go, sedangkan Liu Goat Go adalah adik kandung Liu Giok Ing.

Terpikir oleh Kwee Su Liang bahwa dia harus mencapai Liu Goat Go yang adiknya Liu Giok Ing, akan tetapi kemana dia harus mencari? Mencari Liu Goat Go sama sukarnya dengan mencari Liu Giok Ing, sehingga batal dia lakukan niatnya yang hendak mencari Liu Goat Go.

Hanya dengan mengikuti naluri hatinya, dia larikan kudanya menuju ke arah sebelah timur, menuju Oei-kee tin tanpa melalui kota raja; akan tetapi melintas jalan lewat hutan belantara dan daerah pegunungan.

Entah berapa hari sudah melakukan perjalanan itu dengan hati risau, cuma dibeberapa tempat yang membawa kenangan lama dia berhenti beristirahat. Cuma kenangan lama yang bisa mendekatkan dia dengan sang adik yang binal, cuma kenangan lama yang bisa membikin dia tersenyum, akan tetapi kadang-kadang mengalirkan air mata.

Terbayang lagi oleh Kwee Su Liang dengan saat-saat waktu sang adik yang binal itu marah-marah manja, ogah dibagi roti kering meskipun waktu itu hujan sedang lebat turun, selagi mereka meneduh ditempat yang sekarang Kwee Su Liang duduk seorang diri.

9 “Kalau kau tidak mau makan, aku juga tidak mau makan," kata Kwee Su Liang waktu itu dan sempat dia melirik sang adik yang binal, waktu sang adik yang binal itu sedang menelan air liur, mungkin merasa lapar tetapi diam tidak bicara. Ngambek- manja seperti biasa.

“Cuma orang yang bodoh, yang mau melakukan hal-hal yang bertentangan dengan hasrat hatinya," Kwee Su Liang yang bicara lagi waktu itu berhasil membikin sang adik yang binal jadi tersenyum; ujarnya :

“Kau memang bodoh, kau merasa lapar tetapi kau tidak mau makan," kata sang adik yang binal, mempertahankan sikap ngambek manja waktu itu.

“Kau juga lapar tetapi kau tidak mau makan, sebaliknya kau ngambek marah," mulai ngomel Kwee Su Liang waktu itu.

“Tentu aku ngambek, tentu aku marah,” sahut sang adik yang binal.

“Kenapa ?"

“Sebab kau tinggi hati !"

“Dan kau keras kepala !" balas Kwee Su Liang.

“Dan kau yang bodoh, mau melakukan hal-hal yang bertentangan dengan hasrat hati."

Terdiam Kwee Su Liang waktu itu. Berpikir dia seorang diri. “Mau melakukan hal-hal yang bertentangan dengan hasrat hati,” kalimat kata yang pernah dia ucapkan dan yang dikembalikan oleh sang adik yang manja dan binal itu.

0 “Kalau kau tidak mau makan, aku juga tidak mau makan”, ini yang dikatakan oleh Kwee Su Liang kepada adik yang binal itu, mengapa bukan dia mengucap kata-kata yang sesuai dengan hasrat-hati :

“Giok-moay, aku risau kalau melihat kau tidak mau makan; sebab aku cinta padamu.”

“Ahk !" Kwee Su Liang membantah, sehabis sejenak dia membesarkan diri dibawa hanyut oleh alam-khayal.

“Jangan coba mengharap terlalu banyak, jangan coba mengemis cinta, sudah untung dia mau berbaik, sudah untung dia mau mengangkat saudara," bisik hati kecil Kwee Su Liang yang selalu merintang kalau Kwee Su Liang hendak menyentuh soal cinta, dan Kwe Su Liang selalu merasa takut kalau-kalau sang adik yang binal menolak kasihnya, sehingga tak berani dia menyatakan cintanya. Selalu dia menghadapi kesukaran buat mempersatukan hati mereka, selalu dia merasa jauh dan asing meskipun mereka sering berada berdekatan.

Ada bunyi suara yang tidak wajar yang sempat didengar oleh Kwee Su Liang, setelah dia sadar dari alam khayal. Tersentak Kwee Su Liang bangun berdiri dari tempat dia beristirahat, semacam sebuah goa dekat tebing yang curam didaerah pegunungan yang sunyi.

Hari sudah mendekati subuh ketika Kwee Su Liang meneliti keadaan disekitarnya, mencari asal bunyi suara itu terdengar, bunyi suara keluhan nyaring seorang-orang yang seperti sedang menderita kesakitan, kalau dia tidak salah duga.

1 Berindap-indap Kwee Su Liang melangkahkan kakinya, sampai kemudian dia mempercepat ketika suara keluhan itu terdengar berulang.

Ditepi sebuah jurang yang dalam, disitu Kwee Su Liang merasa bertambah jelas dia mendengar suara keluhan orang itu, seorang laki-laki, mungkin terjatuh kedasar jurang yang gelap tidak kelihatan sesuatu.

Sengaja Kwee Su Liang perdengarkan pekik teriaknya, menghadap ke dasar jurang, setengah berlutut dia melakukannya. Tiada suara jawaban yang didengarnya, bahkan suara keluhan tadi menjadi terhenti, yakin Kwee Su Liang bahwa seorang itu mendengar pekik suaranya, akan tetapi tak sanggup memberikan jawaban. Pasti terluka parah orang itu dan dia merasa wajib memberikan pertolongan.

Bersusah payah Kwee Su Liang merambat menuruni dasar jurang itu, meskipun dia pandai ilmu ‘pek hou yu chong' atau cecak merambat ditembok, keadaan di dalam jurang itu amat gelap, hanya sedikit sinar bintang-bintang yang tinggi diangkasa, tiada bulan sedangkan matahari belum waktunya buat perlihatkan ujud.

Akhirnya Kwee Su Liang berhasil menemukan sesosok tubuh manusia yang nyangkut di antara dahan pohon yang tinggi dan lebat, pohon yang tumbuh didasar jurang, dan sekali lagi Kwee Su Liang harus bersusah payah menolong orang itu yang memiliki tubuh tinggi besar, yang terluka parah bekas terbanting tergelincir jatuh.

Berhasil Kwee Su Liang membawa orang itu turun kedasar jurang, akan tetapi diantara sinar yang remang-remang, Kwee

2 Su Liang terkejut karena merasa kenal dengan lelaki yang ditolongnya itu. Siapa? atau dimana ia pernah bertemu dengan lelaki itu?

Lemah keadaan lelaki itu yang terluka parah banyak mengeluarkan darah, bekas dia jatuh terbanting, bahkan ada bagian-bagian tulang yang retak atau patah.

Yakin Kwee Su Liang bahwa sudah tidak mungkin lagi buat lelaki itu menyambung hidup, akan tetapi mendadak Kwee Su Liang teringat; ya, teringat dan tak mungkin dia salah lagi, laki laki itu berkulit hitam.

“Susiok, bukankah kau Thio ... Thio susiok ..."

Laki-laki bertubuh tinggi besar dan berkulit hitam itu memang Thio Hek, keadaannya sangat lemah disamping dia menderita rasa sakit; tak mampu dia menjawab pertanyaan penolongnya, cuma sepasang matanya lemah mengawasi, merasa bagaikan dia juga kenal dengan si penolong itu, akan tetapi dia yang sudah lupa.

Meskipun merasa yakin tidak mungkin menolong nyawa Thio Hek, namun Kwee Su Liang merasa perlu mengajak bicara. Thio-Hek adalah pelayan yang mengabdi pada Touw- liong cuncia adalah liehiap Liu Giok Ing. Mengapa Thio Hek terjatuh, sebab dia memiliki ilmu meskipun dia bodoh, sering kali diganggu oleh sang adik yang binal selagi dulu mereka masih berkumpul diatas gunung Ouw-bong san.

Dan teringat lagi Kwee Su Liang dengan kejadian tempo dulu.

3 Dahulu dia sedang berkelana berdua liehiap Liu Giok Ing, lalu bertemu Liu Goat Go yang adiknya Liu Giok Ing, dan Liu Goat Go memberitahukan kakaknya, bahwa Touw-liong cuncia sedang sakit; sehingga buru-buru Liu Giok Ing menempuh perjalanan ke kota An-hui, jauh diperbatasan propinsi Inlam, Tali, ditempat yang banyak berkeliaran suku- bangsa Biauw.

Waktu itu Kwee Su Liang tetap mendampingi liehiap Liu Giok Ing, dan sang macan-betina yang waktu itu belum menjadi adiknya; ngambek-manja memaksa Kwee Su Liang turut mendaki gunung Oew-bong san, bahkan turut menemui Touw liong cuncia yang gurunya liehiap Liu Giok Ing.

Ternyata waktu itu Touw-liong cuncia sakit karena kena bisa-racun laba-laba dari India, yang dia terima sebagai hadiah dari temannya; dan Touw liong cuncia yang terkenal sebagai 'si biang racun', berhasil mengatasi penyakitnya, sehingga dengan lagak manja liehiap Liu Giok Ing perkenalkan Kwee Su Liang dihadapan gurunya :

Dukungan & Donasi

Bantu kami terus update dengan memberi dukungan melalui:

BCA 7891767327
Trakteer
Post a Comment