Halo!

Pendekar Bunga Cinta Chapter 19

Memuat...

Teringat liehiap Liu Giok Ing dengan kejadian lama, dan terbayang lagi olehnya betapa si paman Thio Hek memberikan kasih-sayangnya, sering dia diajak bermain, sering dia digendong dulu, waktu dia masih kecil. Dan sekarang, selagi dia merasa kehilangan kasih sayang suaminya, secara mendadak dia bertemu lagi dengan paman Thio yang menyayangi dia. Segera dia terisak menangis didalam rangkulan si tinggi hitam Thio Hek seperti dulu.

“Thio Susiok, oh Thio susiok ..."

0 “Ah, bocah manis. Mengapa kau jadi begini, siao kouwnio. Mengapa kau harus berkelahi melawan orang-orang sendiri.”

Ceng hwa liehiap Liu Giok Ing bagaikan tidak mendengar perkataan Thio Hek, dia tetap terisak menangis didalam rangkulan lelaki tinggi hitam itu, membikin sempat Thio Hek membelai rambut yang hitam ikal, yang masih dibungkus oleh kain penutup rambut, namun cukup banyak rambut yang nongol, kemudian ganti dia membelai bagian punggung liehiap Liu Giok Ing, tetapi batal dia memukul dibagian pantat, seperti dulu.

Setelah berkurang isak tangis liehiap Liu Giok Ing, maka Thio Hek berkata lagi, terdengar lembut, haru dalam telinga liehiap Liu Giok Ing, meskipun suara itu serak-serak basah!

“Siao kouwnio, jangan kau menangis lagi, ingin kuperkenalkan kau dengan teman-teman yang kau tempur tadi. Setelah suhu tewas dan kita terpisah, aku hidup merantau tak menentu, sampai aku bekerja mengabdi pada pangeran Kim Lun yang baik budi, mendampingi ciangkun Sie Pek Hong yang baik hati, alangkah baiknya kalau kauikut mengabdi pada pangeran Kim Lun dan kita berkumpul lagi, seperti dulu."

Liehiap Liu Giok Ing melepas diri dari rangkulan Thio Hek, bertepatan dengan kehadiran ciangkun Sie Pek Hong yang datang mendekati.

“Liehiap, maafkan kejadian tadi. Aku telah berlaku tidak sopan sebab tidak menduga berhadapan dengan liehiap yang kenamaan." kata Sie Pek Hong yang memberi hormat dan perlihatkan senyum.

1 Ceng hwa liehiap Liu Giok Ing ikut memberi hormat.

“Bukan ciangkun yang bersalah, sebaliknya aku yang telah bertindak diluar sadar sebab suamiku," tak sanggup liehiap Liu Giok Ing melengkapi perkataannya, menyebut suaminya sudah mati, dan Sie Pek Hong yang ganti bicara lagi.

"Seperti dikatakan oleh Thio-heng tadi, kami merupakan pasukan dari kota Oei-kee tin. Pangeran Kim Lun ikut mendengar perihal peristiwa yang terjadi di kota raja, sehingga kami ditugaskan untuk menyelidiki dan kami berhasil memperoleh keterangan, bahwa pangeran Gin Lun yang menjadi dalang peristiwa itu, sehingga liehiap kena fitnah yang mengakibatkan Giok Lun ongya ikut jadi korban kena bencana. Kami bermaksud melaporkan kejadian ini kepada Kim Lun Hoat ong, sehingga alangkah baiknya kalau liehiap ikut menghadap Kim Lun Hoat ong, setelah itu kita menyusun rencana buat liehiap melakukan balas dendam. Aku yakin Kim Lun Hoat ong akan berpihak kepada liehiap, sebab Kim Lun Hoat ong lebih akrab dengan Giok Lun ong ya."

Sejenak liehiap Liu Giok Ing terdiam mendengarkan perkataan Sie Pek Hong. Dia memang menyimpan dendam terhadap Gin Lun Hoat ong yang hendak dia bunuh mati, dan dia memang telah menyadari bahwa tidak mudah buat dia melaksanakan niat itu selagi dia cuma sendirian. Akhirnya liehiap Liu Giok Ing menerima saran Sie Pek Hong, setelah Thio Hek juga turut membujuk.

Dengan demikian liehiap Liu Giok Ing turut dalam rombongan Sie Pek Hong yang menuju ke kota Oei-kee tin,

2 hendak menghadap pangeran Kim Lun, dekat perbatasan luar kota raja sebelah selatan,

---o~dwkz^)(^hendra~o---

DENGAN MEMAKAI kuda-putih kesayangannya, si pendekar tanpa-bayangan Kwee Su Liang melakukan perjalanan seorang diri, jauh dari perbatasan kota Gan-bun koan yang berbatasan dengan suku-bangsa Watzu, Tartar; menuju kota-raja untuk memenuhi panggilan sri baginda maharaja.

Perjalanan jarak-jauh yang harus dia tempuh melewati pegunungan dan hutan-belukar memberikan kesempatan buat Kwee Su Liang membayangkan lagi kejadian lama yang pernah dia alami, selagi dia menjelajah kalangan rimba persilatan sehingga berhasil dia memperoleh gelar 'bo-im kiamhiap' atau pendekar pedang tanpa bayangan; berkat kelincahan dan kegesitan gerak tubuh, ditambah ilmu pedang 'pek-ban kiam-hoat yang khusus diciptakan oleh gurunya, tayhiap Pek Ban Tong. Begitu cepat gerak ilmu pedang 'pek- ban kiam-hoat', sehingga sukar dilihat oleh mata, bagaikan gerak sejuta pedang!

Kemudian Bo-im kiamhiap Kwee Su Liang sempat teringat lagi dengan saat-saat waktu dia berkumpul bersama Ceng hwa liehiap Liu Giok Ing. Bahu membahu berkelahi melawan musuh, bahu membahu menghadapi berbagai rintangan dan ancaman mara bahaya.

3 Dalam melakukan pertempuran melawan musuh, ilmu silat mereka bahkan pedang-pedang mereka, dapat bersatu- padu bagaikan memiliki jiwa; akan tetapi dua-hati mereka, mengapa sukar bersatu meskipun setiap hari bertemu ?

“Giok Ing terlalu keras kepala”, ini yang seringkali dikatakan oleh 'hati kecil' Kwee Su Liang, sukar dibantah oleh Kwee Su Liang !

'Su Liang terlalu tinggi hati', ini yang seringkali dikatakan oleh 'hati kecil' Liu Giok Ing, sukar dibantah oleh Liu Giok Ing.

Dan, ayahnya Liu Giok Ing dibunuh oleh ibunya Kwee Su Liang !

Dan, ibunya Kwee Su Liang dibunuh oleh Ceng-hwa liehiap Liu Giok Ing !

Dan, satu demi satu bintang-bintang menghilang dari angkasa, bagaikan ketakutan, umpatkan diri waktu dua pendekar muda-perkasa ini saling berhadapan, berkelahi antara hidup dan mati. Saling mencari keadilan, katanya, saling melunaskan hutang-dendam !

“Alam nyata terlalu kejam, Liang-ko," bisik Ceng hwa liehiap Liu Giok Ing, waktu sempat saling rangkul dengan Bo- im kiamhiap Kwee Su Liang. Dalam suasana yang damai tentunya, dalam suasana mesra tentunya.

Mesra, tanpa dua hati mereka 'mau' bersatu. Kenapa ?

Dan mereka berkelahi lagi, mereka berbaik lagi; bahkan saling mengangkat saudara.

4 Giok-moay, kau merupakan adik tersayang, kata Kwee Su Liang merangkul sang adik, sehabis mereka mengangkat saudara.

“Liang-ko, kau merupakan kakak tersayang," sahut Ceng- hwa liehiap Liu Giok Ing.

Kemudian Bo-im kiamhiap Kwee Su Liang menikah dengan Hui-thian liong-lie Lie Gwat Hwa si puteri naga terbang yang mahir ilmu ringan tubuh 'liok-tee hui heng' yang pesat seperti terbang, dan Ceng hwa liehiap Liu Giok Ing hidup merana banjir air mata, tanpa setahu Kwee Su Liang !

( „Giok-moay, aku girang waktu mengetahui kau sudah menikah dengan pangeran Giok Lun." ), untuk yang kesekian kalinya Kwee Su Liang berkata seorang diri, cuma didalam hati. Akan tetapi, mengapa terjadi peristiwa seperti yang diceritakan oleh menteri kesra Toan Teng Hong. Kenapa ? 'Mengapa kau harus menyebar maut lagi di kota raja ?'

Jelas Kwee Su Liang belum mengetahui tentang adanya peristiwa pembunuhan dan si pelaku menggunakan senjata rahasia berbentuk bunga cinta, dan yang biasa menyebar 'bunga cinta' cuma sang adik angkat yang 'binal'.

Akan tetapi ketika Bo-im kiamhiap Kwee Su Liang sudah tiba didekat perbatasan kota raja, maka didengarnya berita bahwa Liu Giok Ing mengacau dan menyebar maut di kota Sam hay koan, bahwa Giok Lun ditangkap kemudian ditolong oleh isterinya yang mengacau dan menyebar maut di istana kerajaan, kemudian hilang jejak Liu Giok Ing yang membawa lari suaminya.

5 Semakin pusing Kwee Su Liang mendengar perbuatan sang adik angkat yang binal itu, kemana harus dia cari ?

Terpaksa dia menemui menteri kesra Toan Teng Hong, dan menteri yang tua usia itu, yang memang sudah tiba lebih dahulu di kota raja, menceritakan tentang kejadian Liu Giok Ing 'membongkar penjara' membawa lari suaminya, dan menteri Toan Teng Hong menambah keterangannya, mengatakan bahwa di luar kota raja, dekat pintu kota sebelah selatan, telah diketemukan belasan tentara kerajaan yang tewas. Ada dugaan bahwa mereka tewas akibat perbuatan Liu Giok Ing, terbukti didekat tempat kejadian itu, terdapat sebuah makam darurat yang kemudian dibongkar, dan diketahui sebagai tempat makam jenazah Giok Lun Hoat Ong, sehingga atas perintah sri baginda maharaja, maka jenazah Giok Lun Hoat Ong sudah dipindah di-tempat pemakaman kerajaan di kota raja.

( "Ah Giok-moay, kau sekarang menjadi seorang janda yang sebatang kara ..." ) Kwee Su Liang mengeluh didalam hati, hampir mengeluarkan air mata.

Dari tempat menteri kesra Toan Teng Hong kemudian Kwee Su Liang diperintahkan menghadap menteri kehakiman Pauw Goan Leng, akan tetapi tidak ada sesuatu tambahan keterangan apa apa yang dia peroleh, juga tentang Siu Lan yang datang melapor, tidak diberitahukan oleh menteri Pauw Goan Leng, sebaliknya menteri yang tua-tua keladi itu mengajak Kwee Su Liang menghadap sri baginda maharaja.

Marah-marah sri baginda raja waktu menerima kedatangan menteri Pauw Goan Leng yang membawa Kwee

6 Su Liang, sebab dia lagi asyik nonton 'tari perut' di dalam kamar selir yang ke enam belas. Ngomel-ngomel raja kepada menteri Pauw Goan Leng juga kepada Kwee Su Liang yang dia tahu pernah 'berpacaran' dengan liehiap Liu Giok Ing.

“Mana macan-betina itu ... !" tanya sri baginda maharaja, membentak.

Menteri Pauw Goan Leng dan Kwee Su-Liang saling mengawasi, tidak tahu raja menanya kepada siapa. Akhirnya Pauw Goan Leng yang bicara :

“Dia bukan lakinya si macan-betina ..."

“Aku tahu. Siapa bininya ..." tanya raja; rusak bahan bicara.

“Hui-thian liong-lie Gwat Hwa ... “

“Haayaaa ! Batal kawin sama macan, ganti kawin sama naga ..."

Pusing raja memikirkan kehidupan orang-orang kalangan rimba-persilatan, dan pusing Kwee Su Liang yang mengabdi pada seorang raja yang cuma ingat kawin; lebih pusing lagi waktu dia disuruh pulang, tetapi tetap diperintah menangkap macan betina, hidup atau mati !

Melamun Kwee Su Liang waktu keluar meninggalkan istana kerajaan, tetapi naluri hatinya menuntun dia melakukan perjalanan ke arah sebelah selatan; sehabis dia berpisah dengan menteri kehakiman Pauw Goan Leng. Kesebelah selatan, sebab disitu orang menemukan jenazahnya Giok Lun Hoat-ong waktu dimakamkan secara

Dukungan & Donasi

Bantu kami terus update dengan memberi dukungan melalui:

BCA 7891767327
Trakteer
Post a Comment