Halo!

Mutiara Hitam Chapter 15

Memuat...

"Eh, bagaimana engkau bisa tahu?"

"Tahu saja. Kau kira engkau saja yang tahu kelicikan mereka?"

Mereka saling pandang, cemberut karena dengan pertaruhan itu mereka seperti hendak saling memihak. Akan tetapi pemuda itu tersenyum, menyodorkan lagi bungkusan kacangnya.

"Enak kacang ini, bukan? Tentu enak, kacangini khusus dibuat untuk istana kerajaan"

Ia tertawa ha-ha-he-he, lalu melanjutkan.

"Akan tetapi, Raja dan para Pangeran belum tentu mempunyai mulut seperti mulutku, maka aku merasa bahwa mulutku tidak terlalu rendah untuk mencicipi kacang untuk istana ini dan kucuri sebagian. He-he-heh"

Kwi Lan juga tersenyum lebar dan mengambil lagi segenggam. Keduanya kini tidak berkata-kata lagi karena ikut merasa tegang dengan pertandingan yang makin seru itu. Mereka seperti lupa diri, makan kacang sambil menonton ke bawah, persis seperti lagak para penonton permainan sepak bola yang ramai. Mereka seperti dua orang anak nakal yang sudah sejak kecil menjadi kawan bermain.

Memang pertandingan itu makin seru. Tepat seperti yang dikatakan pemuda itu, gerakan pengemis baju butut yang memegang tongkat amat lincah, tubuhnya seringkali mencelat ke atas dan menyambar-nyambar dengan tongkatnya. Pengemis botak yang berbaju bersih, agaknya kewalahan dan terdesak sehingga ia hanya mampu mengelak dan menangkis, sukar untuk dapat membalas. Namun harus diakui bahwa pertahanan pedangnya cukup kuat sehingga semua terjangan Si Pengemis kurus kering selalu tidak mengenai sasaran. Tiba-tiba pengemis baju kotor itu mengeluarkan seruan keras dan ilmu tongkatnya berubah, membentuk lingkaran-lingkaran yang makin lama makin sempit sehingga mengurung tubuh lawannya.

"Hah, mampus sekarang jagomu"

Kata Kwi Lan.

"Heh, belum tentu"

Lihat saja..jawab Si Pemuda.

"Lihat, nah..kena"

Berbareng dengan ucapan Kwi Lan yang tentu saja dapat mengikuti jalannya pertandingan dengan jelas dan bahkan dapat menduga pula perkembangan setiap gerakan, benar saja tongkat pengemis pakaian kotor itu dapat menusuk leher pengemis botak.

Akan tetapi, ketika pengemis botak itu berusaha menangkis dengan sia-sia, tiba-tiba dari gagang pedangnya meluncur sinar hitam dan kakek pengemis kurus kering itupun berseru kesakitan dan roboh bersama-sama lawannya. Kalau lawannya dapat ia tusuk dengan tongkat, tepat mengenai leher, adalah dia sendiri menjadi korban tiga batang jarum beracun yang menyambar keluar dari gagang pedang ketika lawannya menekan alat rahasia di gagang pedang itu. Tiga batang jarum berbisa memasuki perutnya. Tiga orang pengemis baju kotor yang bertubuh kurus-kurus itu menjadi marah sekali. Akan tetapi pada saat itu, empat orang lawannya yang tadinya juga menonton, dengan bersorak telah menyerbu dan menerjang mereka bertiga. Tiga orang pengemis ini cepat menggerakkan tongkat melawan pengeroyokan empat orang lawan itu.

Akan tetapi ternyata kepandaian empat orang lawan, terutama yang berpakaian seperti jago silat, bermuka penuh brewok dengan alis tebal, tubuhnya tinggi besar, amatlah lihai. Si Brewok tinggi besar ini menggunakan sepasang pedang dan gerakannya laksana harimau mengamuk. Tiga orang pengemis baju kotor itu amat kewalahan dan terdesak sambil mundur. Namun mereka melawan terus dengan nekad sambil memaki-maki. Tidak lama pertandingan itu karena tiba-tiba tiga orang pengemis kurus itu berteriak keras dan terjungkal roboh. Kiranya diam-diam empat orang lawannya itu telah mempergunakan senjata rahasia dan memukul roboh lawannya dengan senjata rahasia ini. Dan agaknya senjata rahasia mereka itu semua memakai racun, buktinya begitu roboh, seperti halnya pengemis pertama, tiga orang kakek baju kotor ini pun tak bergerak lagi, mati seketika.

"Hah-ha-ha, kau kalah bertaruh. Bukankah jembel-jembel busuk pesolek yang menang?"

Pemuda di samping Kwi Lan bersorak. Kwi Lan cemberut, lalu berseru keras ke bawah,

"Jembel-jembel pesolek dan kaki tangannya memang curang. Anak buah Bu-tek Siu-lam mana ada yang tidak curang dan pengecut?"

Teringat peristiwa lima tahun yang lalu, sengaja Kwi Lan menyebut nama itu. Siapa kira, mendengar disebutnya nama ini, Si Pemuda di sampingnya terkejut dan berteriak keras lalu terjungkal ke bawah pohon.

Kwi Lan terkejut dan baru ia tahu bahwa pada saat pemuda itu terjungkal, dari bawah menyambar beberapa macam senjata rahasia itu. Cepat ia menggunakan ujung lengan bajunya mengebut dan.. runtuhlah semua senjata rahasia itu. Dengan muka merah Kwi Lan meloncat berdiri di atas cabang pohon. Ia melihat empat orang itu terbelalak kaget, akan tetapi seorang diantara dua pengemis baju bersih, yang bertubuh pendek dan bermuka bengis, telah mencabut pedang dengan tangan kanan, sedangkan tangan kirinya kembali menyambitkan senjata rahasia gelang besi yang melayang dan terputar-putar menyambar ke arah perut Kwi Lan. Gadis ini memuncak kemarahannya. Iameloncat turun sambil menyampok senjata gelang besi itu ke bawah dan setengah disengaja ia menyampok gelang besi itu ke arah Si Pemuda yang sudah bangun.

"Aduhh"

Teriak Si Pemuda sambil berloncatan bangun dan mengelus-elus kepalanya, seakan-akan kepalanya terkena hantaman senjata rahasia itu. Akan tetapi jidatnya yang lebar dan kelimis itu tidak terluka, lecet pun tidak.

Kwi Lan tidak pedulikan pemuda itu, lalu melayang ke arah pengemis baju bersih yang menyambut kedatangannya dengan sebuah tusukan pedang. Tampaknya serangan ini tak mungkin dielakkan lagi oleh Kwi Lan yang tubuhnya sedang melayang di udara dan memang gadis inipun tidak berusaha untuk mengelak. Tangan kirinya dengan telapak tangan terbuka melakukan gerakan mendorong dan.. pedang itu terkena dorongan hawa pukulan ini membalik kemudian secepat kilat Kwi Lan menyentil dengan telunjuknya ke arah pergelangan tangan yang memegang pedang dan.. pedang itu mencelat sambil membalik sehingga menusuk pangkal lengan pengemis pendek itu sendiri sehingga kulit dagingnya terbelah dan tampak tulang lengannya. Sementara itu, entah bagaimana pedangnya telah berpindah ke tangan Kwi Lan yang mempergunakan pedang rampasan untuk menodong.

"Ha-ha-ha-heh-heh"

Si Pemuda itu bersorak sambil mempermain-mainkan gelang besi yang tadi menyambarnya dengan tangan kanan.

"Jembel tua bangka pesolek sekarang kehilangan aksinya. Makanya jangan sok aksi. Sudah tua bangka begitu, pura-pura jadi pengemis tapi pakaiannya bersih dan baru, biar kelihatan aksi dan tampan. Wah, ini namanya tua-tua keladi"

Tentu saja pengemis pendek yang dirobohkan Kwi Lan itu melotot ke arah Si Pemuda dengan kemarahan meluap-luap, akan tetapi juga terheran-heran mengapa senjata rahasianya yang biasanya ampuh bahkan mengandung racun itu kini dipakai main-main oleh Si Pemuda ini. Pada saat itu, pengemis ke dua yang tubuhnya kurus kecil seperti kucing kelaparan itu menudingkan telunjuknya kepada Kwi Lan sambil membentak, suaranya besar dan parau sungguh berlawanan dengan tubuhnya yang serba kecil kurus.

"Eh, iblis betina dari mana berani menentang Hek-coa Kai-pang dan mengeluarkan ucapan menghina ciang bujin Bu-tek Siu-lam? Apakah sudah bosan hidup?"

Kwi Lan membalikkan tubuhnya, membelakangi pengemis pendek yang terluka untuk menghadapi lawan baru ini. Ia tersenyum manis ketika berkata,

"Kalian ini jembel-jembel busuk, biarpun tidak sama dengan Hek-peng Kai-pang, kiranya sama busuknya, apalagi sama-sama di bawah pimpinan Bu-tek Siu-lam yang biarpun belum pernah kujumpai, tentu busuk pula"

"Eh, perempuan keparat. Selama hidup kami tidak pernah bertemu denganmu dan tidak pernah bertentangan, mengapa hari ini kau datang-datang menghina dan memusuhi kami? Apakah kau berpihak kepada jembel-jembel butut itu?"

Bentak pula pengemis kurus kecil sambil menuding ke arah mayat empat orang pengemis baju butut. Kumis kecil di kanan kiri hidung itu bergerak-gerak akan tetapi tidak sama sehingga kelihatannya seperti sepasang sayap kupu-kupu yang hinggap di situ membuat Kwi Lan menjadi geli dan memperlebar senyumnya.

"Urusan kalian dengan jembel-jembel berpakaian butut sama sekali tidak ada sangkut-pautnya dengan aku. Akan tetapi kebetulan sekali aku adalah orang yang paling tidak suka melihat perbuatan-perbuatan curang dan pengecut. Dalam pertandingan tadi, kalian merobohkan lawan mengandalkan senjata rahasia secara curang sekali. Kemudian kalian juga menyerangku dengan senjata rahasia. Apakah kau masih mau bilang di antara kita tidak ada pertentangan?"

Berkata demikian, Kwi Lan melirik kepada dua orang lain yang tidak berpakaian pengemis, yaitu yang bermuka brewok dan seorang temannya lagi. Jelas mereka itu tidak segolongan dengan dua orang pengemis baju bersih ini dan mereka pula tidak mencampuri perdebatan, hanya memandang dengan mata terbelalak heran dan kening berkerut.

"Bocah sombong. Merampas pedang dan melukai saudaraku masih belum merupakan dosa besar, akan tetapi menyebut dan menghina nama ciang bujin kami.."

Kwi Lan memegang ujung pedang dengan tangan kirinya dan sekali tekuk, pedang rampasan itu patah menjadi dua dan ia buang ke atas tanah.

"Pedang sudah kupatahkan, kalau aku bunuh saudaramu itu dan kumaki Si Kepala Penjahat busuk Bu-tek Siu-lam, kau mau apa?"

"Iblis betina, rasakan tanganku"

Tiba-tiba pengemis kecil kurus itu sudah mencabut pedang dan menggerakkan pedangnya membacok, gerakannya selain cepat juga kuat sekali, jauh lebih kuat daripada gerakan pengemis yang sudah terluka tadi. Pada saat yang sama, ketika Kwi Lan memutar tubuhnya untuk menghadapi serangan pengemis kecil kurus, pengemis ke dua yang sudah terluka lengannya itu kini menggerakkan tangan kirinya menyambitkan sebuah gelang besi ke arah punggung gadis itu.

Dukungan & Donasi

Bantu kami terus update dengan memberi dukungan melalui:

BCA 7891767327
Trakteer
Post a Comment