Halo!

Maling Budiman Berpedang Perak Chapter 19

Memuat...

Pada saat itu datanglah Tan Hong dan Siok Lan. Melihat bahwa para pengeroyok Ong Kai berpakaian piauwsu, Tan Hong segera berseru, “Saudara-saudara, tahan dulu! Saudaraku inipun seorang piauwsu, mengapa kalian mengeroyoknya?”

Kelima orang piauwsu itu memang telah terdesak hebat dan tak berdaya, maka ketika mendengar teriakan Tan Hong ini mereka lalu melompat mundur dan berdiri berjajar sambil memandang tajam.

Ong Kai tertawa bergelak-gelak. “Ha, ha, ha! Piauwsu kampungan! Bagaimana, sudah kenal kehebatanku? Tiada hujan tiada angin kalian datang mengeroyokku, apakah di rumah tidak mempunyai pekerjaan lalu iseng-iseng memamerkan kepandaianmu?”

Seorang di antara kelima piauwsu itu tidak lain adalah Lim-piauwsu dari Wi-ciu yang pernah bertempur dan mengejar dan berusaha menangkap Tan Hong ketika pemuda ini berada di Wi-ciu. Melihat kedatangan Tan Hong, Lim-piauwsu terkejut dan segera menjura, “Ah, Gin- kiam Gi-to datang, tentu taihiap akan dapat menerangkan sejelasnya kepada kami, oleh karena kami percaya bahwa taihiap bukan tergolong para perampok hina!”

“Sabarlah dulu kawan-kawan, sebenarnya apakah yang telah terjadi?” tanya Tan Hong.

“Mereka berlima ini datang-datang menyerbuku tanpa memberi kesempatan sedikitpun!” seru Ong Kai dengan suara marah.

Lim-piauwsu menghela napas. “Mungkin sekali kami salah sangka, harap kau sudi memberi maaf,” katanya kepada Ong Kai. Kemudian kepada Tan Hong ia berkata, “Marilah kita turun ke bawah saja, kurang leluasa bicara di atas genteng. “

Semua orang lalu melayang turun dan oleh karena rombongan piauwsu-piauwsu itu telah dikenal dan dihormati semua penduduk sebagai orang-orang gagah, maka mudah saja bagi Lim-piauwsu untuk minta kepada pengurus hotel agar supaya ruang belakang disediakan khusus untuk mereka dan tidak boleh diganggu orang lain.

Setelah memasuki ruang belakang dan makan suguhan bakpauw dan air teh yang dipesan Lim-piauwsu, sebelum bercerita, Lim-piauwsu minta kepada Tan Hong supaya memperkenalkan si muka hitam dan si nona cantik itu.

“Ini adalah suteku bernama Ong Kai dan pekerjaannya juga menjadi piauwsu di Luikoan-bun, dan nona ini adalah sumoi-ku bernama Lo Siok Lan. “

Lim-piauwsu kembali menyatakan penjelasannya yang telah salah melihat orang dan minta supaya Ong Kai suka memberi maaf.

“Nanti dulu!” kata Ong Kai, “Soal minta maaf tidak ada artinya. Yang penting aku ingin sekali mengetahui, kalian sangka siapa aku ini?”

Dengan sejujurnya Lim-piauwsu menjawab, “Kami tadinya menyangka bahwa kau adalah Hek-bin-mo!”

“Hai!!” Oang Kai bangun dari tempat duduknya dengan kaget dan heran, sedangkan Tan Hong dan Siok Lan juga merasa terkejut sekali. Akan tetapi kelima piauwsu itu memandang heran tidak mengerti mengapa ketika orang muda itu menjadi demikian kaget.

“Apakah kalian ini kembali hendak mencari perkara dengan aku? Jangan kalian main-main!” Ong Kai membentak dan wajahnya yang hitam itu menjadi makin hitam oleh karena darah merah menjalar di urat-urat mukanya.

“Lim-piauwsu, suteku ini memang bernama Hek-bin- mo!” kata Tan Hong. Kini Lim-piausu dan kawan-kawannyalah yang terkejut sekali dan Lim-piauwsu buruburu berdiri menjura kepada Ong Kai. “Maaf ... ! Maaf ..., sekali lagi terjadi salah paham yang sama sekali tak kami sangka dan sekali-kali kami tidak sengaja hendak membikin marah dan tak senang kepada Ong-enghiong. Kami memang tidak membohong atau hendak mempermainkan orang, akan tetapi benar-benar kepala perampok yang kami musuhi itupun disebut Hek- bin-mo dan bernama Ciauw Lek.”

Lim-piauwsu lalu menuturkan bahwa baru-baru ini muncul serombongan perampok yang berkepandaian tinggi dan yang sama sekali tidak menghargai persahabatan dan mengganggu pengiriman barang-barang yang dikawal oleh para piauwsu. Lim-piauwsu dan beberapa orang kawan telah mendatangi sarang perampok baru itu di sebuah hutan, akan tetapi mereka tidak mau memperdulikannya, bahkan para piauwsu itu lalu dimaki, dihina, kemudian diserang hingga sebuah pertempuran hebatpun terjadi. Akan tetapi, perampokperampok itu terlampau hebat hingga rombongan piauwsu itu dipukul mundur, bahkan tiga orang kawan Lim-piauwsu mendapat luka berat.

Dengan hati marah Lim-piauwsu lalu mengumpulkan kawan-kawannya dari beberapa kota dan mereka ini lalu menyerbu ke dalam hutan untuk membuat pembalasan, akan tetapi kembali mereka dipukul mundur. Di antara pimpinan perampok, terdapat tiga orang kepala perampok yang memiliki kepandaian silat tinggi sekali. Seorang di antara ketiga kepala rampok ini bertubuh tinggi besar, bermuka hitam dan berjuluk Hek-bin-mo! Dua orang yang lain adalah orang-orang tua yang berkepandaian hebat sekali, yakni dua saudara kembar bernama Ang Houw dan Ang Touw dan yang dinamai orang Sepasang iblis Kembar!” Setelah menceritakan ini semua, Lim-piauwsu tiba-tiba menjatuhkan diri berlutut di depan Tan Hong dan kawan- kawannya, hingga ketiga orang muda itu menjadi terkejut lalu buru-buru mengangkat bangun Lim-piauwsu dan piauwsu-piauwsu lain yang juga ikut berlutut.

“Sam-wi enghiong yang mulia, kami mohon pertolongan sam-wi untuk membantu kami, oleh karena selain sam-wi yang maju membantu, rasanya tak mungkin bagi kami untuk mengusir perampok-perampok itu dan ini berarti bahwa sumber nafkah kami menjadi lenyap! Tolonglah kami, demi persahabatan di kalangan kang- ouw.”

Tan Hong merasa kasihan juga melihat keadaan para piauwsu itu. Sebetulnya ia tidak tertarik dan tidak ingin menanam bibit permusuhan dengan para jago liok-lim (perampok), maka ia lalu mengambil keputusan untuk menjadi orang penengah saja dan mencoba mendamaikan perampok-perampok itu dengan para piauwsu agar dapat bekerja sama dengan baik. Juga ia tertarik mendengar kehebatan mereka dan ingin sekali menyaksikan sendiri.

Akan tetapi tidak demikian dengan Ong Kai. Semenjak tadi hatinya telah amat tertarik mendengar bahwa ada kepala rampok yang bernama sama, bermuka serupa dan bertubuh sebentuk dengan dia! Maka ia lalu berkata kepada Lim-piauwsu, “Jangan khawatir, Lim-piauwsu! Aku takkan membiarkan seorang Hek-bin-mo lain melakukan kejahatan dan membikin cemar nama julukanku! Hendak kulihat bagaimana kehebatannya Hek-bin-mo palsu itu!”

“Lim-piauwsu, memang benar ucapan Ong-sute. Kita harus saling bantu dan sudah menjadi keharusan kita untuk membantu kawan-kawan yang menderita kesukaran. Biarlah siauwte ikut bersamamu ke sarang perampok itu dan mencoba mendamaikan urusan ini.” Sementara itu, Siok Lan tidak mau berkata apa-apa, dalam hati gadis ini merasa heran sekali melihat sikap Tan Hong. Pemuda itu sendiri adalah seorang maling besar, bagaimana sekarang ia mau memusuhi perampok? Bukankah mereka masih segolongan? Betapapun juga, apabila Tan Hong memusuhi golongan perampok, maka ia akan dapat dianggap mengkhianati golongan sendiri!

Dukungan & Donasi

Bantu kami terus update dengan memberi dukungan melalui:

BCA 7891767327
Trakteer
Post a Comment