Golok Sakti Chapter 22

NIC

Ketika Ho Tiong Jong datang menghampiri Kho Kie berkata padanya.

"Hmm... kau laote masih untung kau tak dapat dilihat oleh Tok kay Kang ciong, seorang yang jahat dan kejam hatinya"

"Kho toako, aku sudah menbunuh dua orang penjahat disini." kata Ho Tiong Jong yang tidak meladeni kata katanya sang kawan tentang Tok-kay.

"Dua penjahat siapa?"

"Dua penjahat yang dikenal dengan julukannya, sepasang orang ganas, yang terkenal kejam dan teleng as kepada rakyat jelata."

"Oh, mereka? Tapi bagaimana kau dapat menang dari mereka yang ilmu silatnya tidak rendah, apalagi kau dikerubuti tentunya"

"Berkat pil Siauw-hoan-tan yang mujijad" "Apa? Pil Siauw hoan-tan?" "Ya, pil siauw hoan-tan?"

"Ah, laote, itu tidak mungkin, Paling banyak pil itu menambah kekuatan tenaga berlipat ganda, tapi apa gunanya kalau tidak berkepandaian ilmu tenaga dalam (lwekang) yang mahir. Buktinya, ketika aku minta kau perlihatkan ilmu silat yang barusan kau pelajari dariku kelihatannya tidak selincah seperti yang aku bayangkan semula." Ho Tiong Jong bersenyum bangga.

"Kho toako," katanya, kau tidak tahu, aku sebenarnya sudah mempunyai dasar latihan lweekang yang sempurna. Hanya saja karena aku kekurangan tenaga dan ilmu itu harus dilatih bertahun-tahun baru mendapatkan tenaga yang sesuai, maka faedahnya tak dapat terlihat.

Tapi... "

Ho Tiong Jong bersenyum, tampak ia gembira sekali, tapi berhenti kata-katanya sampai disitu, hingga membikin Kho Kie jadi tidak sabaran.

"Tapi, apa lekas katakan, aku sebagai sahabatmu tentu akan merasa senang dan bangga mendengarnya." Demikian ia mendesak si anak muda.

"Tapi sesudah aku menelan itu dua pil mustajab, dengan mendadakan kekuatanku telah tambah berlipat ganda, Reaksinya ada luar biasa terhadap lweekang yang ada padaku yang sekian lama tidak bekerja.

Dengan menggunakan gaya pukulan "Kim ci Gini clang yang didapat dari toako, aku tempur mereka dengan hebat sekali. Telapakan tanganku berkesiur mengandung angin dahsyat, totokanku meluncur bertubi-tubi, sehingga mereka kewalahan-

Mereka bersenjata, sedang aku bertangan kosong, tapi mereka tidak berani datang mendekati karena ngeri dengan serangan totokan dan telapakan tanganku yang hebat luar biasa, Ha ha ha, toako aku harus mengucapkan terima kasih atas untuk ilmu pukulan yang kau telah turunkan padaku."

Ho Tiong Jong tutup kata-katanya sambil menjura dalam-dalam, mukanya berseri-seri gembira, hingga Kho Kie yang melihatnya menjadi terlongong- longgong.

"Hai, apakah benar ada kejadian demikian?" akhirnya Kho Kie dapat membuka mulut berkata.

"Memang begitu kenyataannya toako" juwab Ho Tiong Jong bersenyum-senyum.

Kho Kie menjublek sekian lama, seperti juga ia sedang berkutat dengan pertanyaan, apakah mungkin kenyataannya ada demikian seperti pengakuannya Ho Tiong Jong?

"Kho toako mari kita mencari nona Seng," kata Ho Tiong Jong tiba-tiba.

Kho Kie terkejut, ia menatap wabahnya si-anak muda.

"Mencari nona Seng, untuk apa? apa kau menyintai dia?" tanya Kho Kie.

"Hayo, toako, kau jangan bergurau, sebentar kalau si pengemis Beracun itu kembali lagi, kita bisa mendapat susah karenanya,"

"Susah apa?" jawab Kho Kie tenang. "Tapi, eh, tunggu dahulu, kita tanam dua bangkai ini dahulu, baru bicara tentang urusan kita melarikan diri."

Ho Tiong Jong anggap bicaranya Kho Kie memang benar, maka ia dengan kawannya lantas bekerja, Tiba-tiba mereka dibikin kaget melihat pakaiannya dua mayat itu semuanya hangus, gara-gara kena terpegang oleh tangannya Tok-kay Kang ciong yang beracun. "Lihay, lihay... " menggerutu Kho Kie sambil anggukkan kepala,

Kemudian dengan ilmunya nerobos tanah, Kho Kie telah membikin dua lobang untuk mengubur mayatnya "Sepasang orang ganas" yang tamat riwayat ditangan Ho Tiong Jong yang semula yang bermula sangat dipandang rendah.

Setelah selesai mengubur mereka lalu berjalan meninggalkan tempat itu. Terdengar Kho Khie berkata pada Ho Tiong Jong.

"Ho laote, kau membunuh mereka berdua dengan ilmu Kim ci Gi Ni Ciang sudah meninggalkan tanda bekas dibadannya mereka itu, itu pengemis tua yang melihatnya, tentu akan menyangka bahwa perbuatan itu dilakukan olah guruku."

Ho Tiong Jong kaget kaget, mukanya berubah seketika ia tidak memikir sampai disitu, maka ia lantas berkata.

"Kalau begitu aku harus mengejar pengemis jahat itu untuk membunuhnya." Kho Kie terkejut.

"Ho laote, katanya, " memang betul ilmu silatmu sudah bagus, tapi bagaimana juga tidak dapat menempur orang yang berilmu tinggi, yang latihannya sudah mencapai lima puluh tahun dengan susah payah. Apa lagi kalau pengemis tua itu melihat kau menggunakan ilmu pukulan Kim-ci Ginclang sudah tentu dia akan mengetahui bahwa yang membunuh mati "sepasang orang ganas" adalah kau orangnya." Ho Tiong Jong jadi bengong mendengar kata-katanya sang kawan-

"Nah, kalau begitu sebaiknya aku tidak unjukan diri didepan umum sebab mereka tokh sudah memandang yang aku Ho Tiong Jong sudah mati, seandainya mereka tahu aku hidup lagi, ada sulit aku mempertanggungjawabkan soal kematianku bukan?"

"Ya itu betul, Memang sudah lama aku memikirkan hal itu, cara bagaimana dapat mengatasinya." Keduanya terdiam sebentar.

"Eh Kho toako," kata Ho Tiong Jong, "jadi aku mendapat dengar Tok kay ada bermusuhan dengan keluarga Seng, Aku ini sudah menerima budi kebaikannya nona Seng, bagaimana juga aku harus membelanya. Soal menang kalah itulah ada urusan lain, aku tidak memikirkannya, asal aku dapat menunjukkan bahwa aku Ho Tiong Jong ada menjunjung tinggi budi kebaikannya orang." Kho Kie menghela napas.

KALI ini Kho Kie berkata-kata dengan serius, tidak sebagaimana biasanya ia suka bergurau dan lagaknya sangat Jenaka mengitik urat ketawa.

"Ho laote." kata pula Kho Kie "Bicara terus terang, dengan lain orang aku suka bersenda gurau dengan tidak mau tahu urusannya, Tapi terhadap kau ada lain, aku hargakan kau sebagai sahabat yang jujur dan berbudi. Buktinya, kau mendapat setetes budi saja terus akan membalasnya sampai rela mengorbankan jiwamu, ini memang tidak salah, kau punya pikiran betul. Tapi kalau kau dengan begitu saja hendak menerjang bahaya maut, apakah tidak sayang."

Ho Tiong Jong menatap wajahnya sahabat karibnya ini, tapi ia tidak memotong ketika Kho Kie melanjutkan bicaranya.

"Kau main membela dengan membabi buta saja, tanpa mencari tahu keluarga Seng itu ada orang macam apa? Memang betul nona Seng punya budi tak dapat kau lupakan, ia mungkin ada satu nona yang berhati mulia, tapi ayahnya... "

"Ayahnya kenapa?" menyelak Ho Tiong Jong.

"Hmm..." Kho Kie berkata lagi." Ayahnya punya riwayatnya hidup memalukan- Andaikata batang lehernya harus dipenggal agaknya masih belum lunas menebus dosanya. Semua kepala-kepala dari Perserikatan Benteng perkampungan satu persatu harus digantung mati sebagai hukuman atas perbuatan-perbuatannya yang tidak benar."

Ho Tiong Jong berdebar hatinya mendengar cerita Kho Kie yang diucapkan dengan sungguh-sungguh, Diam-diam dalam hatinya menanya. Kenapa ayahmu harus dipenggal? Dan kepala kepala dari Perserikatan Benteng perkampungan kenapa harus digantung mati? Apa sebenarnya yang mereka telah perbuat sehingga harus menebus dosanya dengan kematian.

Meskipun ia berpikir deikian, ia tidak memotong dan menanyakan apa-apa kepada Kho Kie yang kelihatannya sangat bernapsu untuk menginsafi pikirannya Ho Tiong Jong yang hendak menerjang bahaya secara membabi buta.

"Ho laote," berkata pula Kho Kie dengan serius, Andaikata nona Seng ada mengandalkan ayahnya punya keangkeran, aku amat menentang kau membela mati-matian kepada nona Seng"

Ho Tiong Jong tertawa mendengar kata-katanya sang kawan, ia berterima kasih untuk perhatian yarg besar itu atas dirinya, Pikirnya, mungkin ia tidak mendapatkan yang keduanya lagi sahabat karib macam Kho Kie yang jujur ini. Maka sambil tertawa ia berkata kepadanya.

"Kho toako, legakan hatimu, Kau jangan kuatir, aku dapat menimbang dengan kepala dingin akan tindakanku yang kuambil soalnya Tok-kay itu, aku hendak mengambil jiwanya bukan karena dari sebab dia bermusuhan dengan keluarga Seng saja, tapi dia sudah terlalu banyak menumpuk dosa membikin susah pada rakyat jelata." Kho Kie menghela napas.

Ia tidak berdaya untuk mencegah maksudnya anak muda yang keras ini, yang kukuh hendak mengejar juga Tok kay Kang ciong yang berilmu tinggi.

"Ho laote, baiklah, aku tidak dapat menghalang-halangi maksudmu yang mulia, hanya aku pesan sukalah kau menjaga diri hati-hati sebab orang yang kau hendak bereskanjiwa nya itu ada seorang yang berilmu tinggi. Kau bukan tandingannya. Nah terimalah ini sedikit uang perak untuk

bekal kau diperjalanan, Tiga hari kemudian boleh kita ketemu lagi disini untuk saling menukar kabar."

Ho Tiong Jong terima pemberian uang Kho Kie itu dengan perasaan sangat terharu.

"Terima kasih, semoga dengan berkat doa restu toako kita akan berjumpa h pula nanti dalam keadaan selamat... "

Kho Kie kemudian menceritakan keadaan dalam ruangan perjamuan, dimana ada hadir banyak sekali tetamu yang hendak turut ambil bagian dalam dibuian diselenggarakan oleh Seng Eng dari Seng-kee-po.

Ho Tiong Jong tidak ketarik dengan beberapa nama orang-orang gagah yang disebut oleh Kho Kie, sebab hatinya masih terus melayang akan mengejar Tok-kay, bagaimana ia dapat menjatuhkan pengemis tua yang berilmu tinggi itu.

Tapi ketika sang kawan menyebutkan adanya seorang nona bernama Kim Hong Jie dengan wajah cantik luar biasa dan saban ketawa tampak sujennya yang memikat hati, ia membuka lebar matanya dan mengawasi pada Kho Kie

"Hei, laote, kau kenapa?" tanya Kho Kie ketawa ketika melihat arak muda itu tiba-tiba saja berubah wajahnya ketika mendengar ia menyebut namanya Kim Hong Jie.

"Tidak usah, dia ada satu gadis cantik lincah, puterinya majikan dari benteng Kim-Hong-po "

"Apa ia hadir bersendirian saja?" memotong Ho Tiong Jong.

"Aku tidak tahu, kau kenapa laote ? Apa kau kenal dengan nona jelita itu ?"

Posting Komentar