Golok Sakti Chapter 19

NIC

Ia tak dapat melampiaskan kata penghambisan "ti", karena tenggorokannya terasa seperti tersumbat oleh kesedihan-

Kho Kie hanya anggukkan kepalanya ia mengerti bahwa kabar itu telah menggetarkan hatinya si nona yang tampaknya ada menaruh perhatian besar kepada si anak muda.

"Kho toako, mari antar aku kesana... " kata pula si nona, seraya gunakan setangan-nya yang harum semerbak untuk menyeka air matanya yang mengembeng. Kho Kie bangun dari tempat duduknya, Diam-diam dua orang itu telah ngeloyor pergi.

cek-bin Thian ong Kim Toa melihat Su-moynya mau berlalu sudah lantas menanya. "Hei, sumoay, kau mau pergi kemana?"

"Aku mau pergi sembahyang pada jenazahnya engko Ho," jawabnya. Him Toa Kie mengkerutkan aslinya.

Diam-diam ia berpikir "sumoay baru saja berkenalan dengan orang she Ho itu, ternyata hatinya sudah tertawan olehnya, Buktinya, air matanya berlinang-linang mendengar kabar kematiannya si pemuda.

Dia ada begitu besar menaruh perhatian, mungkin hatinya jatuh cinta pada Ho Tiong Jong, Untung dia sudah mati, kalau tidak. bagaimana aku harus mempertanggung jawabkan kelakuannya sumoayku itu didepan ayahnya?"

Setelah berpikir demikian, ia pun meninggalkan tempat itu berjalan masuk keruangan dalam.

Kho Kie yang belum tahu jenazahnya Ho Tiong Jong ada ditempatkan dimana, lalu mencari keterangan pada orang-orang Seng kee-po, kiranya jenazahnya pemuda itu ditaruh dalam kuil Po-in-yan- Untuk kesana, mereka harus mencari sungai kecil dan masuk kedalam rimba bambu yang ada di sebelahnya.

Disitu tidak ada jembatan, hingga orang harus lompat menyebrang. cong le yang sudah tidak sabaran untuk melihat jenazahnya Ho Tiong Jong, sudah enjot tubuhnya melesat dan sebentar saja sudah berada diseberang, kemudian terus berjalan ke kuil Po-im-yan.

Tinggal Kho Kie yang jadi kebingungan sendiri, karena ia tidak pandai mengentengi tubuh, ia tidak ungkulan untuk lompat menyebrangi sungai itu yang jaraknya ada setombak lebih, tapi karena hatinyapun sudah ingin lekas-lekas melihat jenazahnya sang kawan, ia sudah pejamkan matanya dan paksa lompat menyebrang.

Bagaimana selanjutnya? Apa Kho Kie rupanya lebih pandai masuk kedalam tanah dari pada lompat menyebrang kali karena saat itu tidak ampun lagi ia kecebur kedalam sungai dan terpaksa berenang sebentar untuk mencapai kelain tepi, setelah naik didarat pakaiannya menjadi basah kuyup, ia tidak perdulikan itu, terus menyusul nona cong yang entah sudah sampai dimana.

Sesampainya dalam kuil ia mencari kesana kemari dimana jenazahnya Ho Tiong Jong ada ditaruh ia segera menemui kamar yang terang benderang lalu masuk kedalamnya. Pada dekat dinding sebelah kanan tampak ada satu tempat tidur, dimana ada diletakkan jenazahnya Ho Tiong Jong.

Dengan badan bergemetar menahan rasa sedihnya Kho Kie datang menghampiri. Ia membuka kelambu dan menatap wajahnya sang kawan beberapa lamanya.

Wajahnya Ho Tiong Jong seperti masih hidup hingga diam-diam Kho Kie tidak mengerti mengapa dengan wajah yang begini Ho Tiong Jong dikatakan sudah mati.

Ia menghela napas berulang-ulang, "Ho laote, melihar air mukanya kau ini seperti yang tidak rela meninggal dunia, sebab apa kau tidak mau hidup kembali? Ah, sebaiknya kau hidup lagi, jangan sampai banyak nona-nona itu menjadi sedih karena mu, Ho Tiong Jong seperti yang yang mendengar kata-katanya Kho Kie, matanya yang tertutup tampak seperti bergerak terbuka separuh. Kho Kie menjadi terkejut.

Terus ia memegang nadinya, tapi tidak terasa denyutan juga badannya sudah dingin seperti mayat, Kho Kie benar-benar merasa sangat duka

Saat itu, ia merasa sangat sayang sahabat karibnya ini telah menemui ajalnya dengan cara yang luar biasa.

Dalam termenung- menungnya, tiba-tiba ia mendengar ada suara wanita dan senjata yang saling bentur seperti orang yang sedang bertempur, ia menjadi heran- Tapi tanpa memperdulikan siapa wanita yang bertempur itu, ia sudah lantas keluar melihatnya.

Suara pertempuran itu terjadi dibalik tembok pekarangan yang ia tak mungkin melompatinya karena sangat tinggi, Lantas ia keluarkan topi lancipnya untuk masuk kedalam tanah.

Ia nerobos dan keluar dibalik tembok pekarangan tadi, dilihatnya yang bertempur itu ada nona in dan cong Ie. Mereka bertempur sengit sekali, nona in menggunakan pedang dan nona cong berpegangan sepasang golok tajam sudah lima puluh jurus mereka bergebrak, sudah kelihatan nyata bahwa nona in bukan tandingannya lagi cong Ie, pikirannya Kho Khie yang sudah menjadi sibuk, apalagi melihat serang-serangan cong-le ada berbahaya sekali, Mungkin suatu saat nona in kena dihajar oleh sepasang goloknya yang tajam.

Tiba-tiba terdengar suara nona In tertahan pedangnya kena dipukul jatuh goloknya nona cong yang tersebut duluan ketakutan dan sudah meramkan matanya untuk menerima nasib, tapi apa mau, ketika goloknya nona cong membabat, mendadak nona in sudah menghilang entah kemana, hingga goloknya hanya membabat angin-

cong le tertegun sekian lamanya, ia Celingukan mencari-cari musuhnya, akan tetapi tidak kedapatan disekitarnya.

Meskipun ia penasaran ingin mencarinya, tapi keinginan lekas lekas ingin- melihat wajahnya Ho Tiong Jong ada lebih mempengaruhi hatinya.

cepat ia enjot tubuhnya melompati tembok peka rangan, kemudian masuk kedalam kuil Po-im-yan untuk melihat jenazahnya Ho-Tiong Jong.

Ketika ia memasuki kamar jenazahnya Ho Tiong Jong, dengan airmata berlinang-linang ia membuka kelambu tempat tidur ia menatap wajahnya si pemuda yang cakap tampan sambil bercucuran air mata.

Ia berlutut ditepi pembaringan dan mengusap-usap pipinya sipemuda yang sudah menjadi dingin. Hatinya sedih seperti disayat pisau. Belum lama ia berkenalan dengan pemuda ini, hatinya sudah tertawan dan ia meskipun diluarnya bersikap keras dalam hatinya sangat memuja kepada pemuda yang sekarang sudah jadi mayat ini.

Ia menangis terisak-isak sekian lamanya, Sambil menatap lagi parasnya Ho Tiong Jong, ia mengusap-usap lagipipinya danjidatnya si anak muda, "Engko Ho, aku tidak nyana kau sebegini pendek umur, Kau kelihatannya segar bugar, kenapa kau bisa mati secara mendadakan? oh. Engko Ho kau... "

Si nona tidak dapat melanjutkan kata-katanya, karena mendadak ia lihat wajahnya Ho Tiong Jong seperti yang bersenyum, ke dua matanya yang tertutup bergerak-gerak seperti hidup,

Kejadian mana membuat cong Ie menjadi ketakutan- Kakinya lemas dibuatnya, hingga hampir saja ia tak dapat berbangkit dari berlututnya dan jatuh lemas.

Untung dia masih bisa tabahkan hatinya, dengan sekali gerakan lututnya ia lompat mundur kedekat pintu, kemudian tanpa menghiraukan lagi apa yang akan terjadi lebih jauh dengan jenasahnya Ho Tiong Jong, si nona sudah angkat kaki melarikan diri terbirit-birit.

Dengan napas masih tersengal-sengal ia sudah berada pula di ruangan perjamuan, dimana banyak orang tengah bercakap-cakap sambil tertawa-tertawa ramah. Rasa ketakutannya sudah tidak mencengkeram lagi hatinya.

Him Toa Ki yang selalu memperhatikan sumoaynya, melihat wajahnya sang sumoay datang pula kedalam ruangan demikian pucat dan napasnya tersengal-sengal, sudah lantas menanya. "Hei sumoay, kau menemui apa seperti yang ketakutan dan wajahmu pucat sekali?"

"Kiii" kata cong Ie sambil bergidik.

"Kau kenapa, sumoay?"

Si nona tidak lantas menjawab, hanya menatap wajahnya sang suheng seperti yang sudah tidak sabaran sekali, karena pertanyaannya belum dijawab. Setelah di tanya pula, cong le lalu menjawab "Suheng, apa kau percaya adanya setan dalam dunia ini?"

"Aku tidak percaya, karena belum melihatnya."

"Suheng, mungkin setan itu ada. Hanya orang yang bintang terang saja tak dapat melihatnya

ia... "

"Hei, ada apa?" Him Toa Ki mendengus, Tapi cong Ie tidak menjawab, hanya kepalanya digeleng- gelengkan dan matanya mengawasi ketempat seorang udna yang sedang dirubung-rubung oleh banyak tetamu perempuan, kelihatannya mereka riang sekali bercakap-cakap"

KlRANYA nona yang menjadi pusat perhatian itu ada nona Seng Giok Cin, puterinya Pocu dari Seng-kee-po yang cantik luar biasa.

Bagaimana dengan mendadak nona menghilang ketika mau dihajar dengan goloknya nona Ceng? Mari kita ajak pembaca menengok pada nona In-

Nona In yang mendadak menghilang, adalah perbuatannya Kho Kie didalam tanah.

Kho Kie yang melihat nona In dalam bahaya, sudah lantas menarik masuk kedalam tanah, Nona In sebenarnya sudah terbang dengan semangat ketika pedangnya di pukul jatuh oleh goloknya nona Ceng, kemudian ia pejamkan matanya terima binasa, Tak dinyana ia rasakan dirinya seperti ada yang telah menolongi dan masih hidup dalam dunia. Saat itu dalam pelukannya Kho Kie.

"Apakah aku ini masih hidup atau sudah berada dalam neraka?" terdengar ia berkata-sendirian.

"Nona In, kau masih hidup, Karena aku tarik kau masuk kedalam tanah, tak sampai putus

batang lehermu dan menghadap Giam-lo-ong. Ha ha ha apa kau kenali aku ini Kho Kie?"

Nona In menghela napas.

Karena kuatir lama-lama nona In dalam tanah bisa mati pengap. maka Kho Kie sudah cepat-cepat bawa lagi si nona keluar dari tanah untuk menghirup udara segar lagi.

Nona In sudah berdiri lagi menginjak tanah. Sambil merapihkan bajunya yang kusut dan rambutnya yang tidak karuan, matanya telah melirik pada Kho Kie yang dalam pakaian hitam dan bertopi lancip hitam, persis seperti setan penunggu gunung.

Tidak heran kalau nona In agak kaget dan hampir keluarkan jeritan tertahan, kalau tidak lekas lekas Kho Kie membuka topi lancipnya dan wajahnya yang asli tampak didepan matanya si nona.

"Ah, Kho toako, betul-betul kau bikin aku mati ketakutan-.." kata si nona bersenyum. Kho Kie tertawa nyengir.

"Kho toako, kau baik sekali sudah menolongku. coba kau tidak ada, tentu rohku sudah melayang dan menemui GIaM-lo-ong seperti barusan kau katakan-.

"Eh, nona In kau jangan bilang begitu, Aku menolong karena merasa senang kepada MU.. tapi ah, aku terlalu banyak bicara, nanti kau marah."

Nona In bersenyum manis. Nona pelayan ini selain romannya cantik manis, juga ramah tamah dan lincah sekali, hingga menarik perhatiannya Kho Kie. ia senang terkadang suka melamun, kalau boleh ia akan jadikan nona In itu sebagai kawan hidupnya.

Nona In mengerti kemana juntrungannya Kho Kie bicara, maka ia tidak menegur dan hanya bersenyum manis, "Kho toako, atas pertolongan ini aku tidak tahu bagaimana aku harus

membuang terima kasih kepadamu " kata si nona sambil matanya mengerling kearahnya Kho

Posting Komentar