Dendam Membara Chapter 21

NIC

" Tiba-tiba muncul Kim Cong Bu yang bergegas memasuki taman dan melihat betapa Lian Hwa duduk berhadapan dengan Cin Han sambil bercakap-cakap dalam suasana romantis dan mesra, wajahnya berubah merah sekali

"Bagus!! Kiranya engkau ini kacung busuk berani sekali kurang ajar di sini, ya ?" bentaknya sambil melotot kepada Cin Han

"Bu Cin Han, manusia tak tahu diri

Bangkitlah dan mari kita selesaikan urusan ini seperti laki-laki sejati!" Tentu saja Cin Han terkejut sekali melihat betapa Cong Bu datang-datang marah dan menantangnya

Dia bangkit berdiri dan dengan sikap tenang dia mengamati wajah yang marah itu

"Kim-kongcu, mengapa engkau marah-marah ? Apa kesalahanku sehingga engkau datang-datang marah kepadaku dan menantangku ?" Sikapnya masih tenang dan sabar karena dia merasa yakin bahwa tentu terjadi salah pengertian

"Apa kesalahanmu ? Bocah dusun tak tahu diri! Engkau berduaan di taman ini dengan sumoi! Tahukah engkau bahwa ia adalah tunanganku? Dengan perbuatanmu ini berarti engkau menghinaku! Nah, majulah dan mari kita selesaikan dengan kepalan

Engkau harus berani melawanku, kecuali kalau engkau hanya seorang pengecut besar, seorang hina yang tidak pantas disebut laki-laki

" "Suheng

!!" Tiba-tiba Lian Hwa membentak sambil meloncat berdiri di depan Cin-Han ketika melihat suhengnya itu sudah hendak menerjang maju menyerang tamunya

"Macam apa sikapmu ini? Sungguh tidak mengenal sopan santun!! Kau kira apa aku ini Sebuah benda mati yang hendak kau kuasai begitu saja ? Engkau marah-marah seolah-olah aku tidak berada di sini! Akulah nona rumah pemilik tempat ini, mengerti? Engkau tidak berhak ribut-ribut! Dengar baik-baik, suheng

Akulah yang mengundang Bu Cin Han untuk datang berkunjung, dan aku telah memperkenalkan dia kepada ayah ibuku

Mereka saja sebagai ayah ibuku tidak ribut, kenapa engkau ribut-ribut seperti kambing kebakaran jenggot?" "Sikapmu ini sungguh tak tahu diri dan menghinaku, suheng! Kalau engkau mau memukul Cin Han, nah, lakukanlah, akan tetapi di sini ada aku yang akan menentangmu!" Berkata demikian, kedua tangan gadis itu dikepal dan agaknya ia sudah siap untuk berkelahi melawan suhengnya sendiri yang juga sudah menjadi calon suaminya itu

Menghadapi Lian Hwa yang marah itu Cong Bu menjadi lemas

Akan tetapi, dengan penasaran dia membela diri

"Sumoi, kau tidak boleh membelanya

Dia hanya kacung, orang rendah, dan dia sudah berani mengangkat dirinya setinggi derajatmu

Bukankah itu memalukan sekali? Melihat dia duduk berdua saja pada malam bari di taman ini, aku

" "Bagus! Engkau cemburu, ya? Suheng, engkaulah yang seharusnya malu dengan pikiranmu yang kotor itu!! Cin Han datang dengan sopan, sudah kuhadapkan ayah ibu, dan kami bicara dengan sopan

Akan tetapi pikiranmu yang kotor itu membayangkan yang bukan-bukan! Suheng, kau kira aku ini gadis macam apakah? Berani engkau menghina aku dengan tuduhan yang kotor?" Menghadapi kemarahan sumoinya, Cong Bu menjadi kewalahan dan tidak berdaya, maka dengan bersungut-sungut dia berkata, "Baik, aku akan memberi tahu orang tuamu

Engkau tidak adil, sumoi

" Pergilah pemuda itu, langsung masuk ke dalam gedung

Suasana menjadi kaku dan tegang setelah Cong Bu pergi

Akhirnya Cin Han berkata sambil menarik napas panjang, "Aih, aku sungguh menyesal sekali, nona

Kehadiranku hanya mendatangkan keributan saja

" "Tidak ! Siapapun yang bersikap kurang bijaksana akan kutentang?" "Nona Ciu, kuharap saja aku tidak menjadi orang yang akan merusak hubungan baik antara kalian

Ingatlah bahwa dia adalah suhengmu dan lebih dari itu, calon jodohmu

" "Tapi dia tidak berhak untuk cemburu

!" Cin Han tersenyum

"Dia cemburu karena cintanya, nona

Dia tidak ingin kehilangan engkau

" "Tapi dia terlalu menghinamu, juga menghinaku

Dia tidak menghargai orang lain, kepala batu dan congkak !" CIN HAN diam saja dan suasana menjadi semakin kaku

Tak lama kemudian, muncullah Ciu Tai-jin

Baru saja dia mendapat laporan dari Cong Bu tentang diri Cin Han

Seorang kacung kuil!Sungguh tidak disangkanya

Kalau hanya seorang kacung, seorang pelayan, tentu saja tidak pantas menjadi sahabat dan tamu puterinya

Cong Bu memang melaporkan dengan hati panas

Dua orang utusannya tadi telah pulang dan sambil meringis menceritakan tentang gagalnya usaha mereka karena muncul nona Ciu yang bahkan menghajar dan membikin malu pada mereka

Dua orang itu melaporkan betapa nona Ciu membela Cin Han dan mengajak pemuda itu makan minum di rumah makan, di depan umum! Dengan hati panas dia lalu pergi mengunjungi rumah sumoinya dan dapat dibayangkan betapa panas dan cemburu rasa hatinya melihat sumoinya, juga tunangannya itu, duduk berdua saja dengan Cin Han di dalam taman dalam suasana yang romantis! Maka diapun cepat mengadukan keadaan Cin Han kepada calon ayah mertuanya

Pembesar ini menjadi marah dan cepat memasuki taman

"Lian Hwa!" kata orang tua itu dengan sikap marah dan suara keras "Benarkah bahwa pemuda ini adalah seorang kacung kuil?" "Benar, ayah, akan tetapi

" "Cukup!!" bentak pembesar itu dan kepada Cin Han yang berdiri dengan muka ditundukkan dia berkata, "Orang muda, engkau tahu sendiri betapa tidak pantas kalau engkau menjadi tamu kami

Apa akan kata orang kalau mendengar bahwa puteri kami bersahabat dengan seorang kacung kuil? Nah, aku minta agar engkau suka meninggalkan rumah kami sekarang juga

" "Ayah

!" "Sudahlah, nona Ciu

Yang salah adalah aku

Ayahmu benar, aku harus tahu diri

Nah, aku akan mengambil pakaianku dan terus pergi dari sini, nona

Maafkan bahwa kehadiranku hanya mendatangkan keributan belaka

" Tanpa menoleh Cin Han lalu melangkah lebar menuju ke kamarnya, mengambil buntalan pakaiannya, kemudian pergi meninggalkan rumah gedung itu dengan hati terasa perih

Dia memang tak tahu diri, pikirnya

Mana mungkin seorang seperti dia bergaul dengan orang-orang seperti Ciu Lian Hwa dan Kim Cong Bu? Malam semakin larut dan suasana sunyi sekali di rumah keluarca Ciu

Lampu-lampu besar sudah dipadamkan, tinggal lentera-lentera yang menerangi sudut-sudut yang gelap

Para petugas yang menjaga keselamatan keluarga itu sudah mulai meronda, memasuki taman, mengelilingi gedung dan memasuki lorong-lorong kecil dalam perumahan yang luas itu

Dua sosok bayangan hitam berkelebat cepat, menyelinap di antara semak-semak dalam taman, lalu bersembunyi di balik batang pohon dan semak-semak ketika ada dua orang penjaga meronda dan lewat di lorong dekat taman

Dua orang itu berpakaian serba hitam dan muka mereka ditutupi kedok hitam pula, hanya nampak dua mata melalui lubang di kedok itu

Gerakan mereka gesit dan ringan sekali, yang seorang bertubuh tinggi besar dan seorang lagi kecil ramping

Mereka berdua tidak tahu bahwa agak jauh di belakang mereka, terdapat sesosok bayangan pula yang membayangi mereka sejak tadi! Bayangan orang ke dua ini bukan lain adalah Bu Cin Han! Ketika tadi dia meninggalkan rumah gedung keluarga Ciu dmean hati perih, di tempat gelap dia melihat beikelebatnya dua bayangan orang

Dia terkejut karena dia mengenal gerakan orang yang ahli dalam ilmu ginkang (ilmu meringankan tubuh)

Hatinya tertarik dan diam diam diapun membayangi mereka

Alangkah heran dan kagetnya ketika dia melihat kedua orang yang dibayanginya itu menuju ke gedung keluarga Ciu!

Mereka berdua meloncati pagar tembok dan masuk ke dalam taman di mana tadi dia duduk bersama Ciu Lian Hwa

Dengan hati-hali Cin Han terus membayangi dan menanti dalam persembunyiannya ketika dua orang itupun menanti sampai malam agak larut

Setelah para peronda lewat dan suasana makin sepi, dua sosok bayangan orang itu berloncatan keluar dari tempat sembunyi mereka dan dengan gerakan ringan sekali mereka meloncat ke atas genteng bangunan induk di mana tinggal keluarga Ciu

Cin Han terus membayangi mereka dari jarak yang aman sehingga tidak nampak oleh mereka

Ciu Tai-jin dan isterinya sudah tidur nyenyak ketika tiba-tiba mereka terbangun oleh suara keras dan betapa kaget hati mereka melihat jendela kamar mereka telah dibongkar orang dan jebol

Ciu Tai-jin menyingkap kelambu dan dia melihat bayangan dua orang di luar jendela, keduanya memegang sebatang pedang telanjang yang berkilauan tertimpa sinar lentera dari luar kamar! Satu di antara dua bayangan itu mengeluarkan suara lirih, namun tajam dan mendesis seperti suara orang yang menahan kemarahan

"Orang she Ciu, bersiaplah untuk mampus!!" Tiba-tiba bayangan yang sudah hendak melompat ke dalam kamar itu, terdorong keluar kembali dan terdengar seruan orang lain, "Jangan

!" Kemudian terjadi perkelahian di luar kamar pembesar itu

Ciu Tai-jin melihat betapa dua orang bayangan yang mengenakan pakaian dan kedok hitam mengeroyok seorang laki laki yang memukai kedok pula, yang terbuat dari saputangan yang menutupi sebagian mukanya bagian bawah

Orang ini tidak memegang senjata, dikeroyok oleh dua orang yang menggunakan pedang itu

"Tolooonggg

! Tolooonngg

! Penjaga

! Ada perampok

!" Ciu Tui-jin berteriak-teriak, juga isterinya berteriak-teriak

Mendengar teriakan ini dan melihat pula berbondong-bondong para penjaga menyerbu ke tempat itu, dua orang berpakaian serba hitam lalu berloncatan pergi, gerakan mereka cepat sekali

Orang ke tiga yang menutupi muka dengan sapu tangan, juga meloncat pergi dan gerakannya bahkan lebih cepat dari pada dua orang pertama

"Ayah

! Ibu

! Apakah yang telah terjadi?" Ciu Lian Hwa kini muncul dengan pedang di tangan, Ia masih mengenakan pakaian tidur, hanya menutupinya dengan mantel karena ia terkejut oleh teriakan ayah ibunya tadi

Dan pada waktu itu, belasan orang penjaga juga sudah berdatangan

"Ada dua orang berpakaian hitam, berkedok hitam, membongkar jendela dan hendak menyerang ke dalam kamar

Lalu muncul orang ke tiga tadi yang menutupi muka dengan saputangan

Terjadi perkelahian di luar kamar, orang ke tiga itu dengan tangan kosong dikeroyok oleh dua orang berpedang, dan kami berteriak-teriak, mereka semua lalu melarikan diri

" kata Ciu Tai-jin yang selanjutnya memerintahkan komandan jaga untuk memperketat penjagaan dan melakukan usaha pencarian penjahat-penjahat tadi

Lian Hwa sendiri mempergunakan kepandaiannya untuk meloncat ke atas genteng dan melakukan pencarian, namun tidak menemukan jejak tiga orang yang diceritakan ayahnya itu

Posting Komentar