Halo!

Dendam Membara Chapter 19

Memuat...

"Tadi aku bingung menduga-duga siapa adanya orang yang mengaku menjadi sahabatku ketika aku masih belajar di kuil

Habis aku tidak mempunyai sahabat lain kecuali su-moi (adik seperguruan) Ciu Lian Hwa

Kalau tadi engkau mengaku kacung kuil itu, tentu aku teringat

" Wajah Cin Han berubah agak merah

Kiranya orang ini malah lebih congkak lagi dibandingkan dulu ketika masih kanak kanak! Kalau tahu begini dia akan disambut, tidak sudi dia berkunjung

"Aku

ah, kukira

tiada salahnya mengaku bekas teman ketika di kuil

"

"Sudahlah! Sekarang katakan, apa maksud kedatanganmu ini? Kalau engkau berniat minta pekerjaan, tentu tidak ada karena engkau tahu, ayahku adalah komandan pasukan keamanan di kota ini dan setiap orang anggauta pasukan keamanan haruslah memiliki ilmu silat yang cukup kuat

Akan tetapi kalau engkau minta bantuan uang, biarlah aku dapat memberimu sedikit, mengingat akan perkenalan kita dahulu

" Berkata demikian, Kim Cong Bu memasukkan tangannya ke dalam saku baju, agaknya untuk mengambil uang

"Tidak, tidak usah!" Cin Han berkata, suaranya agak keras dan alisnya berkerut

"Kim-kongcu, aku datang ke sini bukan untuk minta pekerjaan, minta uang atau minta apapun juga

Aku datang untuk berkunjung karena ketika berpamit dahulu, engkau pernah mengundangku agar berkunjung ke sini

Engkau tidak perlu menghinaku, kalau engkau tidak suka menerima kunjunganku, aku akan pergi sekarang juga!" Agaknya memang Kim Cong Bu tidak suka akan kunjungan bekas kacung ini, dan kalau dulu dia mengundang, hal itu hanya sebagai basi-basi saja

Dia juga tidak perduli melihat, betapa Cin Han tersinggung

"Cin Han! kita bukan anak-anak lagi dan hubungan antara, kita harus berdasarkan derajat dan tingkat

Aku tidak mungkin bergaul dengan sembarangan orang saja dan tidak dapat menerimamu sebagai tamu

Kalau engkau hendak pergi sekarang juga, pergilah

" Makin merah wajah Cin Han, akan tetapi dia tersenyum

Dia memandang kepada wajah pemuda itu dan ada perasaan iba di dalam hatinya

Kasihan sekali pemuda ini, pikirnya

Kepribadian dan kemanusiaannya sudah hilang, diganti oleh kekuasaan harta dan pangkat, tidak seperti manusia lagi melainkan menjadi boneka dari kekuasaan

Diapun mengangguk dan tanpa banyak cakap lagi dia lalu meninggalkan ruangan itu, keluar melalui pintu gerbang dan cepat-cepat pergi dari tempat itu

Pengalamannya yang pahit ketika berkunjung ke rumah Kim Cong Bu ini membuat Cin Han merasa enggan dan malu untuk mencoba berkunjung ke rumah Ciu Lian Hwa

Gadis itu dahulu memang merupakan seorang anak yang baik hati dan halus budi

Akan tetapi kini tentu sudah menjadi seorang gadis dewasa dan gadis ttu puteri Ciu Tai-jin, kepala daerah Tong an

Kedudukan orang tua gadis itu lebih tinggi dari pada kedudukan orang tua Kim Cong Bu, maka bukan hal aneh kalau keluarga Ciu itu tentu bersikap lebih congkak lagi! Dan dia hanya ingin berkunjung, tanpa maksud apa-apa maka sungguh tidak sepadan dengan kemungkinan bahaya menerima penghinaan lagi! Tidak, dia tidak akan berkunjung kepada Ciu Lian Hwa dan hubungannya dengan kedua orang bekas teman di kuil itu akan dihabiskan sampai di situ saja

Biarlah aku akan mengenang mereka sebapai anak-anak di kuil, murid-murid Thian Cu Hwesio ketua kuil Siauw-lim-si di puncak Bukit Mawar, pikirnya

Legalah hatinya dan urusan itupun sudah lewat dan lepas dari batinnya

Batin yang bebas tidak akan menyimpan pengalaman yang lalu untuk dijadikan kenangan indah atau kenangan buruk

Penyimpanan pengalaman masa lalu ini hanya mendatangkan ikatan

Batin yang bebas melepaskan segala hal yang dialami dan menghabiskan di saat itu juga

Tidak mengenang masa lampau, tidak membayangkan masa depan, melainkan hidup dari saat ke saat

Setelah meninggalkan rumah keluarga Kim dan sekaligus meninggalkan apa yang dialami di rumah Kim Cong Bu, pada siang harinya Cin Han memasuki sebuah rumah makan untuk makan siang

Dia duduk menghadapi meja kosong dan memesan makanan dan air teh

Makanan sederhana saja, nasi dengan dua macam masakan sayur tanpa daging

Kehidupan di kuil selama belasan tahun membuat Cin Han tidak begitu suka daging walaupun dia tidak pantang seperti para pendeta di kuil

Juga dia tidak biasa minum arak, maka tehpun cukup baginya

Beberapa orang tamu yang mejanya tidak jauh darinya, saling pandang dan tersenyum mendengar pesanan pemuda sederhana itu

Masakan tanpa daging, dan minumnya air teh!

Hampir mereka mentertawakannya

Tentu pemuda yang sedang kosong kantungnya, pikir mereka

Tentu saja Cin Han tahu bahwa banyak mata memandang kepadanya dengan ejekan, dan banyak senyum mengejek ditujukan kepadanya

Namun dia tidak perduli

Baru saja masakan dan nasi dihidangkan oleh seorang pelayan yang kurang sopan karena pelayan inipun tidak dapat menghormati tamu yang memesan makanan murahan seperti yang dilakukan Cin Han, tiba-tiba masuklah dua orang laki-laki

Mereka itu celingukan, memandang ke sana-sini, kemudian langsung saja mereka menghampiri Cin Han

Di meja pemuda itu memang terdapat empat buah bangku

Yang dipakai hanya sebuah oleh Cin Han dan kini dua orang itu tanpa permisi dulu duduk begitu saja di depan Cin Han! Pemuda ini mengerutkan alisnya, akan tetapi tidak mengatakan sesuatu dan dapat menduga bahwa dua orang ini memang mencari gara-gara

Meja banyak yang kosong di situ, kenapa mereka duduk di mejanya? Dia menuangkan air teh dari poci ke dalam cawan tehnya

"Ha-ha, toako

Orang desa berani masuk restoran, sungguh tak tahu diri sekali, ya?" kata seorang di antara mereka yang kumisnya tebal

"Benar, seorang kacung berlagak menjudi tuan muda, mana pantas?" kata orang ke dua yang matanya sipit

Cin Han merasa bahwa mereka menyindirnya dan dia terheran

Bagaimana mereka ini bisa tahu bahwa dia bekas kacung? Akan tetapi dia pura-pura tidak mengerti dan mulai makan

"Brakkkk

!" Si kumis tebal menggebrak meja dan dua mangkok sayur itu tumpah, juga cawan teh itu miring dan tumpah

"Kalian mengapa bersikap seperti ini ? Apa kesalahanku?" tanya Cin Han, masih sabar

"Habis, engkau mau apa? Mau marah? Ha-ba-ha !" Si mata sipit,kini menggerakkan kedua tangannya menampar dan

semua makanan dan poci teh di atas meja di depan Cin Han terguling dan isinya berhamburan di atas meja

Cin Han bangkit berdiri, alisnya berkerut

"Hemm, kalian sungguh keterlaluan menghina orang," katanya

"Sebenarnya, mengapa kalian melakukan hal ini kepadaku?" "Karena engkau petani desa tolol hendak berlagak !" kata si kumis tebal

"Kacung busuk mau makan di restoran ha-ha!!" kata si mata sipit dan tangan kirinya menampar ke arah pipi Cin Han

Pemuda ini menarik tubuh bagian atas ke belakang sehingga tamparan itu luput dan diapun melangkah mundur

Melihat betapa tamparannya tadi luput, si mata sipit menjadi penasaran dan marah

"Engkau berani melawan, ya?" bentaknya dan diapun menerjang dengan pukulan ke arah kepala Cin Han, sedangkan si kumis tebal juga sudah mengirim tendangan

Dua serangan ini terjadi dari kanan kiri menyerang Cin Han yang hanya melangkah mundur

"Tuk!! Tukk!" Semua tamu dan para pelayan di restoran itu melihat betapa tiba-tiba saja gadis itu muncul, menyambar sepasang sumpit di atas meja dan menggunakan sumpit, di kedua tangannya untuk menyambut pukulan dan tendangan yang menyerang Cin Han tadi

Kaki itu tertotok sumpit, pergelangannya sedangkan pergelangan tangan si mata sipit juga tertotok sumpit

"Aduhhh

!"

"Aughh, kurang ajar

!" Akan tetapi, pada saat itu, gadis yang berpakaian indah itu sudah menggerakkan kakinya, cepat sekali dan dua orang itupun jatuh bertekuk lutut karena lutut mereka tercium ujung sepatu yang membuat kaki mereka lumpuh seketika

Ketika itu, ramailah orang-orang di dalam restoran berkata

"Ciu Sio-cia (Nona Ciu)

!" Si kumis tebal dan si mata sipit itu mengangkat muka dan ketika mereka berdua melihat siapa gadis yang merobohkan mereka itu, seketika wajah mereka menjadi pucat sekali dan dengan kedua kaki masih berlutut kini mereka mengangkat kedua tangan kedepan dada memberi hormat dan mengangguk-angguk, membungkuk-bungkuk, "Ciu Sio-cia, harap ampunkan kami

" kata si kumis tebal

"Ciu Sio-cia, ampunkan kami akan tetapi kami

kami tidak merasa bersalah terhadap siocia

" sambung si mata sipit

"Hah, enak saja minta ampun

Kalian tidak merasa bersalah, ya?

Kalian sudah menghina dan mengganggu orang yang tidak berdosa dan kalian masih mengatakan tidak merasa bersalah? Hayo jawab atau

haruskah kupatah patahkan semua tulang kaki dan tangan kalian?" "Aduh, ampunkan kamii" seru si mata sipit

"Siocia, kami mengaku salah

" kata sikumis tebal juga cepat mengaku dengan tubuh menggigil ketakutan

"Tapi, dia

, dia hanya seorang kacung yang

" "Biar dia kacung atau pengemis sekalipun, tanpa dosa tidak boleh dihina sembarangan seolah-olah di kota ini tidak ada lagi hukum! Padahal kulihat saudara ini tadi tidak mengganggu siapa-siapa

" Pada saat itu, si gadis mengangkat muka memandang Cin Han dan kata-katanya terhenti, matanya terbelalak

"Eh, aku seperti mengenalmu

" Cin Han terpaksa mtmpeikenalkan diri dan diapun menjura dengan sikap hormat, "Nona Ciu Lian Hwa, terima kasih atas pertolonganmu

" Wajah yang manis itu berseri dan matanya terbelalak

"Wah, engkau ini

bukankah engkau anak di kuil itu

siapa namanya

eh, Cin Han, bukan?" Cin Han mengangguk dan hatinya merasa gembira sekali

Gadis ini masih ramah, lincah dan manis, dan wataknya masih tetap saja baik, seperti dulu, terbukti dari sikapnya, menentang kedua orang laki-laki kurang ajar tadi, diapun tidak merasa heran kalau kedua pria itu ketakutan menghadapi Lian Hwa

karena pertama, gadis ini lihai ilmu silatnya dan kedua, tentu saja gadis ini adalah puteri kepala daerah! Melihat Cin Han mengangguk, gadis itu yang ternyata adalah Ciu Lian Hwa, tersenyum girang

"Aih, Cin Han, kapan engkau datang? Kenapa tidak singgah di rumah kami?" "Saya

Dukungan & Donasi

Bantu kami terus update dengan memberi dukungan melalui:

BCA 7891767327
Trakteer
Post a Comment